“Kamu tahu kesalahan malam ini, Titin?” tanya Dayat judes. Sisi ganteng dari juri termuda itu sudah lenyap dari pandangannya. Sosok yang biasanya ia kagumi tak lagi menjelma menjadi laki-laki idaman semenjak Dayat menjadi juri dan ia sebagai finalisnya.
“Iya, Mas Dayat…,” ia menunduk dalam.
“Saya tak bisa memberi ampun. Seorang penyanyi, bukan, calon penyanyi itu wajib hapal lirik!” ungkapan hati Dayat begitu menohok. Ia tak kuasa menahan semua gejolak dalam hatinya. “Saya rasa kamu gagal menjadi calon penyanyi malam ini, bahkan sampai ke depannya kamu tak ubah seperti burung beo!”
Ia mendidih. Sudah teramat sakit hatinya dengan lupa lirik. Dan sudah teramat malu dirinya pada semua penonton.
“Bagi saya, Titin penyanyi hebat malam ini,” celutuk Biro, juri senior yang selalu membela Titin. Ia tidak meminta, namun Biro merupakan musisi yang sangat peka terhadap bintang baru. Biro secara terang-terangan mengatakan bahwa Titin tak lain anak emas acara ini, selain punya karakter suara yang khas, juga penggemar yang membludak.
“Nggak bisa begitu, Mas Biro,” Dayat tidak mau kalah. Perang akan kembali dimulai malam ini, tiap Sabtu malam perang itu karena Dayat tak mau mengalah dari Biro yang lebih tua. “Titin tak ubah penyanyi sampah!”
“Menurut saya sampah itu lebih berharga dari berlian, Mas Dayat,” Biro tampah lebih tenang. “Sampah masih bisa didaur ulang, sedangkan berlian, akan jadi sampah dan tak bisa diperjualbelikan lagi,”
Ia hampir tertawa. Bahkan, hampir melupakan kesalahannya.
“Bandingkan dengan Citra,” Biro memulai, “Cantik iya, tapi tak ada apa-apa yang ditampilkan olehnya. Banyak penyanyi lain yang mirip Citra dan itu akan punah karena suara tak berbeda dengan penyanyi kebanyakan,”
“Saya setuju, Mas Biro,” Dina yang lebih melankolis dibandingkan ketiga juri lain ikut nimbrung. “Titin punya ciri khas yang sama-sama kita tahu tak ada pada penyanyi lain, bahkan saya sendiri berani bertaruh Titin bisa lebih sukses jika terus belajar. Kesalahan malam ini hanya bagian terkecil dari perjalanannya. Masih panjang karir yang ditapaki Titin sebelum mendulang sukses!” Dina bahkan lebih legowo memberi semangat kepada Titin walaupun semua orang mengetahui Dina salah satu diva yang telah konser di dalam dan luar negeri dengan prestasi lebih banyak dari Dayat.
“Lupa lirik wajar-wajar saja sih,” Melmel menimpali. Semua juri ikut berbicara walaupun belum waktu mereka memberi komentar.