Mohon tunggu...
Bai Ruindra
Bai Ruindra Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Banyak Anak Banyak Masalah, Bukan Banyak Anak Banyak Rejeki  

31 Juli 2015   17:31 Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:17 3595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktor utama kekurangan gizi menurut pemaparan Rachmat Sentika, antara lain adalah kesehatan, pangan, pendidikan, air bersih, dan kurangnya sosialisasi keluarga berencana. Gizi buruk terjadi karena masyarakat masih bertahan dalam garis kemiskinan. Tahun 2013, Bank Dunia mengkalkulasikan jumlah anak yang berada di bawah garis kemiskinan mencapai angka 400 juta jiwa. Kemiskinan dengan gizi buruk ialah dua hal yang saling berkaitan satu sama lain. Kemiskinan mengakibatkan masyarakatnya kurang peka terhadap pengetahuan baru, kemudian mudah melahirkan anak karena kehamilan tidak direncanakan.  

Sebuah keluarga itu mempunyai rencana yang matang. Perencanaan yang dilakukan mencakup segala aspek. Perencanaan yang matang mengantarkan keluarga ke dalam kebahagiaan, walaupun tidak ada jaminan tetapi bahagia itu diciptakan bukan diangan-angankan. Kehamilan yang direncanakan akan berimbas kepada pendidikan dan kesehatan anak. Asupan gizi anak pun bisa dijaga jika selang waktu hamil dan melahirkan berjarak minimal dua tahun. Dikutip dari laman Tabloid Nakita, riset yang dilakukan oleh Buckles, menegaskan bahwa jarak kelahiran kurang dari dua tahun, perhatian dan pengasuhan orang tua terhadap anak tertua akan berkurang. (www.tabloid-nakita.com).

Memang, sebagai orang tua kasih sayang langsung terbagi pada anak yang baru lahir. Biasanya mengatur pola makan si kakak, setelah adiknya lahir rutinitas ini akan sedikit demi sedikit berkurang. Kasih sayang pun demikian, jika semula menimang-nimang si kakak tiap saat, begitu si adik lahir perhatian ini perlahan-lahan terkurangi dengan sendirianya.

Banyak persoalan muncul sehingga sebuah keluarga dianjurkan untuk mengikuti program keluarga berencana. Orang tua tidak hanya memperhatikan tumbuh-kembang seorang anak secara fisik namun juga batin. Fisik anak bisa saja dilihat perkembangannya secara detail. Batin anak belum tentu bisa dipahami dengan mudah. Pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya tidak membeda-bedakan antara si sulung dengan si bungsu. Orang tua bersikap tegas pada perilaku semua anak. Orang tua menenangkan dan mendukung maupun memotivasi anak dalam setiap kegiatan mereka. Orang tua harus bijaksana menetralisir kesalahan anak dengan menghindari pukulan dan makian yang berakibat lebih buruk pada perkembangan mereka setelah hari itu. Pelajaran lain adalah dengan memisahkan tempat tidur anak (kamar) dengan orang tua supaya anak terbiasa hidup mandiri sejak dini.

Lahirnya Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah sebagai bentuk ketegasan dalam membina keluarga. Undang-undang ini menegaskan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Pembinaan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak akan memudahkan terlaksanakan kerisauan di paragraf sebelumnya. Orang tua lebih gampang mengontrol dua orang anak dari segi materi maupun psikologi. Orang tua yang pas-pasan dalam hal ekonomi bisa dengan mudah membangun kamar kecil untuk dua anak mereka. Hal ini tidak mudah ketika sebuah keluarga dihuni banyak anak.

Peran Orang Tua

Dalam membina keluarga orang tua memiliki peranan yang sangat penting. Baik atau tidak baik anak ke depan sangat bergantung pada pendidikan dalam keluarga. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang diajarkan secara merata bagi semua anak. Pendidikan dasar terpenting adalah keluarga karena semua permasalahan yang terjadi di luar rumah akan kembali ke dalam rumah. Terkadang orang tua lupa fungsinya sebagai orang tua yang matang dalam berpikir dan berperilaku sebagai orang tua sehingga anak-anaknya terbengkalai. Pemahaman akan konsep sebagai orang tua sangat diperlukan sebelum memulai sebuah rumah tangga, rumah tangga bukan hanya untuk menambah keturunan semata (banyak anak). Orang tua harus siap mengajari saat anak perempuan mulai menstruasi atau anak laki-laki mimpi basah. Jika diabaikan orang tua akan mendapatkan ganjaran dari segi agama karena kedua perilaku ini dikenakan mandi wajib dalam Islam, di aman doanya musti diajari oleh orang tua apabila anak malu bertanya kepada orang lain. Peran ibu sangat penting mengantarkan anak perempuan bisa menanak nasi atau memanaskan air. Peran ayah mengarahkan anak laki-laki untuk bertanggungjawab terhadap tindakan yang dikerjakan maupun sikap tegas menjaga keluarga. Orang tua juga mempengaruhi perkembangan anak dalam menilai media yang semakin menjamur. Khusus media elektronik, pengajaran dan bimbingan dari orang tua sangat diperlukan sebelum anak-anak meniru dan bertingkah seperti yang ditayangkan dalam televisi. Tabiat orang tua di dalam rumah juga berpengaruh sangat besar terhadap pembentukan karakter anak sejak dini. Orang tua yang suka marah-marah, anak-anak pun akan mengikuti di kemudian hari. Kedua orang tua sering silang pendapat bahkan sampai bertengkar hebat, kondisi psikis anak tidak ada jaminan lebih baik di masa mendatang.

Anak-anak meniru. Semua yang dilihat dari orang tua itulah tindakan yang diambil kemudian hari. Memberi pemahaman akan masalah-masalah yang muncul dalam keluarga lebih mudah diberikan kepada dua anak dibandingkan banyak anak. Dua anak hanya mampu menelaah dua pemikiran saja. Banyak anak, banyak pula kesimpulan yang diambil. Seorang menyimpulkan benar. Seorang berkesimpulan salah. Seorang memahami setengah-setengah. Dan seterusnya sampai masalah yang terjadi tidak terpecahkan dengan benar.

Sebuah keluarga dianggap sejahtera jika orang tua memahami betul fungsi-fungsi sebuah keluarga. DR. Abidinsyah Siregar, DHSM., M.Kes dalam acara nangkring Kompasiana dan BkkbN menjabarkan 8 fungsi keluarga. Kedelapan fungsi tersebut antara lain keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan  pembinaan lingkungan.

Kedelapan fungsi keluarga ini erat kaitannya dengan keluarga berencana. Keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan kedua anak akan menjalankan 8 fungsi dengan benar. Sebagai contoh, ayah atau ibu mengajarkan mengaji pada dua orang anak dan banyak anak. Huruf hijaiyah yang belum familiar bagi anak tidak gampang diajarkan. Orang tua butuh kesabaran dalam menatih lidah anak melafalkan huruf-huruf Arab. Dua anak saja (jika mereka berusia berdekatan), orang tua butuh tenaga lebih besar sebelum anak-anaknya pintar mengaji. Tugas orang tua dalam membuat anaknya bisa mengaji tak hanya tugas dalam kehidupan sosial saja, namun juga yang berkaitan dengan hubungan si anak dengan Tuhan-nya. Anak bisa mengaji, akan bisa beribadah (shalat). Anak tak bisa mengaji, bagaimana melafalkan ayat-ayat al-Quran (lafal Arab) dalam shalat. Memang ada guru mengaji selain orang tua, namun waktu yang dihabiskan anak bersama orang tua lebih banyak dibandingkan dengan guru mengaji yang hanya termakan satu sampai dua jam. Contoh lain adalah pemerataan pendidikan, saat anak berusia berdekatan, biaya pendidikan pun semakin banyak yang dikeluarkan. Pendidikan formal sangat penting untuk anak karena berkaitan dengan hajat hidup ke depan (urusan pekerjaan dan lain-lain). Tidak mungkin orang tua menyekolahkan satu anak sampai sarjana sedangkan anak lain hanya sebatas menengah pertama. Tidak mungkin orang tua menyekolahkan si sulung sampai ke luar daerah (luar negeri) sedangkan adiknya cukup di kampus toko di kabupaten/kota. Cemburu sosial antar saudara lebih fatal dibandingkan antar teman. Cemburu sosial kakak beradik itu diciptakan sengaja dan tidak sengaja karena pengalihan isu dari orang tua sejak dini. Cemburu sosial antar saudara bisa berujung pada pembunuhan maupun pertikaian harta warisan saat kedua orang tua tiada. Tidak ada yang tidak mungkin, semua bisa saja mungkin, sesuatu yang tidak dipikirkan saat ini.

Apakah program keluarga berencana sebagai solusi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun