Para pengasah batu giok tak lagi melihat antrian panjang di kedai miliknya dari pagi menjelang malam. Kadang ada yang asah. Kadang pun sepi.
Giok bukanlah emas yang semakin lama disimpan semakin menguning. Giok akan memudar bahkan akan pecah terberai begitu jauh ke lantai. Giok tak dapat dijadikan mahar pernikahan karena tak bisa abadi. Bahwa giok dianak-tirikan sebagai mahar di Aceh sungguhlah membawa malu. Saat orang-orang berderet di kedai asah giok, toko emas malah sepi. Saat orang-orang ingin menikah, toko emas adalah tujuan utama.
Seberapa mahalnya giok di Aceh tetaplah tak berharga dibanding emas. Miliaran rupiah dihabiskan untuk giok belum tentu bisa mengganti emas 20 mayam untuk meminang seorang gadis di Aceh. Begitulah giok, diagungkan tetapi dilupa.
Akhir perantauan giok hanya terpajang di toko-toko yang sepi. Orang mau melamar tak akan melirik ke sana. Orang mau berinvestasi akan mikir-mikir panjang memilih giok. Puluhan sampai ratusan batu giok dibeli, terbanting semau ke lantai, pecah harapan dan hilang miliaran.
Nasibmu giok. Begitulah dunia mengabadikanmu, sementara saja...
Sudahkah Anda memakai giok?
[caption caption="Giok Aceh - MajalahAceh.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H