Sering kita menemukan ragam pernyataan yang mana antara setiap golongan mengklaim kebenaran menurut perspektifnya masing-masing, kelompok A mengatakan benar, kelompok B mengatakan benar dan kelompok lain juga mengklaim benar. Sehingga membuat kita berfikir tentang kebenaran mana yang sesungguhnya. Berdasarkan argumentasi apakah masing-masing kelompok mengklaim kebenaranya. Apabila seseorang merasa benar atau menyatakan suatu kebenaran tentunya dilihat sesuai sudut pandang orang tersebut berdasarkan pengalaman dan keilmuannya. Dengan kata lain, jika pengalaman dan keilmuannya sempit maka indikasi untuk menyatakan kebenaran juga akan menjadi sempit. Lalu kemudian akan menjadi faktor hasil yang tidak luwes dari keputusan menyatakan suatu kebenaran, dan cenderung mengarah pada banyak madarat dari pada maslahatnya.
Jenis Kebenaran dibagi menjadi tiga jenis:
- Kebenaran epistemologis
Yaitu “Kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia”. Epistemologi, ialah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan. Terdapat dua macam perta nyaan berkaitan dengan epistemologi. Pertama, perangkat yang mengacu kepada sumber pengetahuan kita; pertanyaan-pertanyaan ini dapat dinamakan pertanyaan-pertanyaan epistemologi kefilsafatan, dan erat kaitannya dengan ilmu jiwa. Kedua, pertanyaan-pertanyaan yang lain merupakan masalah-masalah semantik, yakni menyangkut hubungan antara pengetahuan kita dengan objek pengetahuan tersebut. Secara singkat, epistemologi dapat diartikan dengan bagaimana cara kita untuk mengetahui sesuatu. (Susanto, 2011)
Epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba menemukan ciri-ciri umum dan hakikat dari pengetahuan manusia, bagaimana pengetahuan itu diperoleh dan diuji kebenarannya. (Sudarminta, 2002). Singkatnya, epistemologi adalah pengetahuan mengenai pengetahuan yang juga sering disebut “teori pengetahuan (theory of knowledge)”. (Surajiyo, 2008) secara lebih rinci menyatakan bahwa pokok bahasan epistemologi adalah meliputi hakikat dan sumber pengetahuan, metode memperoleh pengetahuan, dan kriteria kesahihan pengetahuan.
Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan logis tentang objek yang abstrak logis, dalam arti rasional dan dapat juga dalam arti supra-rasional. Logis adalah yang masuk akal, terdiri dari logis rasional yakni suatu pemikiran yang masuk akal, tetapi menggunakan ukuran hukum alam, dan logis supra-rasional yaitu pemikiran akal yang kebenarannya berdasarkan logika yang ada di dalam susunan argumentasinya, benar-benar bersifat abstrak meskipun melawan hukum alam. (Tafsir, 1998).
Perlu diingat, bahwa dalam epistemologi terdapat beberapa perbedaan mengenai teori pengetahuan, karena setiap ilmu memiliki obyek, metode, sistem, dan tingkat kebenaran yang berbeda-beda, baik dari sudut pandang maupun metode. (Suhartono)
- Kebenaran Ontologis
Adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan. Istilah “ontology” berasal dari bahasa Yunani “onta” yang berarti sesuatu “yang sungguh-sungguh ada”, “kenyataan yang sesungguhnya”, dan “logos” yang berarti “studi tentang”, “studi yang membahas sesuatu” (Rahchman, 2003)
Menurut Suriasumantri (1985), Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”.
Jadi ontology dapat diartikan sebagai studi yang membahas sesuatu yang sungguhsungguh ada. Secara terminologis ontologi juga diartikan sebagai metafisika umum yaitu cabang filsafat yang mempelajari sifat dasar dari kenyataan yang terdalam, ontology membahas asas-asas rasional dari kenyataan Ontologi merupakan pembahasan tentang bagaimana cara memandang hakekat sesuatu itu, apakah dipahami sebagai sesuatu yang tunggal dan bisa dipisah dari sesuatu yang lain atau bernuansa jamak, terikat dengan sesuatu yang lain, sehingga harus dipahami sebagai suatu kebulatan (holistik)
- Kebenaran Semantic
Yaitu kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran semantik adalah kebenaran yang melekat pada tutur kata dan bahasa manusia. Tutur bahasa yang digunakan dikatakan benar jika bersesuaian dengan kebenaran epistemologis dan ontologis.(Watloly, 2001). Kebenaran ini mewujud dalam bahasa yang digunakan manusia untuk mengungkapkan segala sesuatu.
Ukuran Kebenaran
Kebenaran ilmiah muncul dari sebuah penelitian ilmiah, yang berarti suatu kebeneran tidak mungkin ada tanpa adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh suatu pengetahuan ilmiah. Secara metafisis kebeneran ilmu akan bertumpu pada objek ilmu, melalui penelitian dengan dukungan metode sarana penelitian maka diperoleh suatu pengetahuan. Kebeneran dan kesalahan timbul tergantung pada kemampuan menteorikan fakta. Suatu pengetahuan secara epistemologis bertempu pada suatu asumsi metafisis tertentu dari asumsi metafisis ini kemudian menuntut suatu cara atau metodde yang sesuai untuk mengetahui suatu objek. Dengan kata lain metode yang dikembangkan merupakan sebauh konsekuensi logis dari watak objek. Secara epistemologis kebenaran adalah kesesuaian dan kecocokan antara apa yang diklaim sebagai kenyataan yang sebnarnya menjadi suaru objek pengetahuan. (Dainori, 2018)