2. Pro dan Kontra Jika Premium Harus Dihapuskan.
Jika Premium dan Pertalite dihapus, berarti hanya akan mengandalkan Pertamax di bahan bakar bensin. Sementara harga Pertamax relatif mahal di Indonesia tidak setara dengan harga di negara tetangga seperti Malaysia.
Otomatis bahan pangan akan naik dan segala sesuatunya ikut naik karena transportasi merupakan hal yang paling vital. Bahkan tukang becak sekarang jarang yang menggunakan pedal beralih modifikasi dengan motor bebek 2-tax yang barang tentu mereka menggunakan premium sebagai bahan bakar utama. Selain ekonomis dan lebih irit pada penggunaannya.
Orang ke sawah juga rata-rata masih menggunakan sepeda motor keluaran jadul. Karena masyarakat kita masih lebih memilih bahan bakar yang murah juga irit. Padahal jika ditinjau ulang mungkin kita termasuk negara yang tertinggal dari negara-negara lain yang kendaraan maupun bahan bakarnya lebih maju.
Mungkin dampak terbesar berikutnya akan terjadi pada pengendara ojek online yang menjadi lahan mata pencaharian paling banyak selain kurir ekspedisi. Tentunya akan berimbas pada tarif pengiriman barang maupun jasa.
3. Harus Adanya Pembaruan
Jika memang bensin (Premium dan Pertalite) benar-benar akan dihapus. Maka harus diimbangi dengan harga Pertamax yang turun atau membuat inovasi baru seperti zaman 2005, yaitu adanya bensin biru yang kualitas timbalnya lebih ramah lingkungan.Â
Itu pun jika Pertamina bersedia mengolah bahan bakar jenis baru yang lebih merakyat namun dengan kualitas ramah lingkungan. Atau opsi berikutnya hanya menggunakan satu produk Pertamax namun harga yang terjangkau di kalangan masyarakat bawah.
Toh kalau ada semacam subsidi lagi sering kali tidak tepat sasaran, banyak kalangan menengah ke atas masih menggunakan bensin bersubsidi. Itu bukan rahasia umum lagi, bukan?
4. Perlu Adanya Upaya Penghijauan