Mohon tunggu...
Abdul Rahim
Abdul Rahim Mohon Tunggu... Freelancer - pengajar di Fakultas Ushuluddindan Studi Agama UIN Mataram, Pegiat Rumah Belajar dan Taman Baca Kompak, Lombok Timur

I'm the moslem kontak 087863497440/085337792687 email : abdulrahim09bi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengemis Suara dalam Demokrasi Struktural

9 Mei 2019   10:54 Diperbarui: 9 Mei 2019   11:00 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan tetapi pembangunan sumber daya manusia, geliat ekonomi kreatif, kerakyatan bisa menjadi hal prioritas yang mesti ditanggulangi oleh pemerintah desa sehingga masyarakat pun benar-benar merasakan manfaat dari besarnya dana desa yang memang bertujuan untuk pemerataan pembangunan dan kesejahteraan yang setara untuk semua wilayah, dengan visi membangun dari desa.

Maka tak perlu menunggu janji-janji para calon wakil rakyat yang hanya berupa omongan. Namun aksi nyata dari janji-janji itu mesti menjadi hal krusial yang perlu ditonjolkan dan pastinya untuk kesejahteraan masyarakat lebih banyak lagi bisa terwujud. Baik melalui pemanfaatan dana desa, atau pun realisasi janji dari para calon wakil rakyat yang berhasil mulus menuju kursi kekuasaan. 

Dan sudah sepantasnyalah janji-janji itu mesti dibarengi dengan beban moral yang akan mereka pikul untuk direalisasikan sesuai dengan niatan baik mereka jika itu memang itu untuk sebuah ketulusan pengabdian. 

Jika tidak, tuntutan dengan mekanisme janji tertulis itu pun bisa menjadi penyelesaian yang tentunya sebagai kawalan atas upaya-upaya mereka berlepas diri dari janji-janji mereka.


* Alumni Magister Kajian Media & Cultural Studies UGM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun