Ke belakang lagi di dekat WC, namun tak nemu juga. Tak sengaja ketika mengambil HP di dalam tas, barulah tersadar ada botol air mineral ukuran tanggung di tas saya, pak Ago yang masih mengorek-ngorek bak sampah lainnya saya teriaki sambil mengangkat botol plastik di tangan. Dengan 3 ribu rupih terisilah setengah botol tersebut dengan pertalite berwarna biru, kami kembali ke tempat mereka menunggu.
Bensin motor sudah terisi, dan jam sudah menunjukkan pukul 01. 20, kembali lagi secara tidak sengaja di dekat SPBU tersebut terlihat masih buka Rumah Makan Seafood, yang menurut penglihatan Pak Ago yang sepertinya sedang mengantuk, nama RM-nya tertulis Maksiat padahal antara huruf "i" dan "a" ada huruf "m".Â
Setelah beberapa lama bercekcok perihal menu, dengan ide tiap orang harus pesan menu berbeda supaya bisa menikmati lainnya. Menu seaafodnya rata-rata habis, hanya udang dan kerang tersisa. Sampai 3 kali pelayannya bolak-balik ke meja kami untuk menanyakan ganti menu yang kosong. Kembali lagi menunggu untuk tersajinya menu. Saya pun tidur sebentar di bangku yang kosong, dan berpesan untuk dibangunkan jika menunya sudah datang.
Selesai menikmati sahur extra, nanggung rasanya untuk langsung pulang, terpikir sekalian Shubu-an di jalan, mencari Masjid dan nantinya tinggal pulang tidur. Pak Ago yang sudah tinggal di Jogja 12 tahun lalu, mulai bercerita tentang Jogja masa lalu, mulai dari pemahamannya tentang Keraton, sampai slogan Jogja berhati Nyaman yang diplesetkan menjadi Jogja berhati Mantan, perbedaan signifikan jogja saat ini, tentang hukum Agraria, begitu juga tentang Tugu Jogja, yang mulai menarik perhatian yang lainnya.Â
Beliau menceritakan bahwa bukti orang pernah datang dan akrab dengan Jogja salah satunya dibuktikan dengan pernahnya memegang Tugu Jogja. Dan hal ini baru juga kami ketahui, sehingga yang lainnya tertarik untuk ke Tugu dini hari tersebut.
Tak terkecuali, pemulung dengan buntalan karung di samping mereka, menikmati nyenyaknya tidur malam meski hanya beralaskan spanduk bekas, tak peduli dingin menusuk, dan menyamuk menggerogoti. Pedagang-pedagang dengan gerobak dorong mereka mulai menyasar tempat biasa orang-orang sahur di jalan.
Larangan masuk ke areal taman Tugu tertulis di setiap Pojok dengan rantai terpasang mengelilinginya. Selain kami, beberapa traveller juga mulai mengambil gambar. Jam menunjukkan pukul 03. 52, barulah kami beranjak pulang, entah dikatakan puas atau tidaknya, yang pasti ini momen cukup berharga untuk dikenang nantinya.