Mohon tunggu...
Abdul Rahim
Abdul Rahim Mohon Tunggu... Freelancer - pengajar di Fakultas Ushuluddindan Studi Agama UIN Mataram, Pegiat Rumah Belajar dan Taman Baca Kompak, Lombok Timur

I'm the moslem kontak 087863497440/085337792687 email : abdulrahim09bi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sentuhan Tugu Jogja 03. 25 Pagi

20 Juni 2016   14:20 Diperbarui: 20 Juni 2016   14:28 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Jogja 03.25 Pagi (Tari, Syukriah, Nia, Pak Agus)

Ke belakang lagi di dekat WC, namun tak nemu juga. Tak sengaja ketika mengambil HP di dalam tas, barulah tersadar ada botol air mineral ukuran tanggung di tas saya, pak Ago yang masih mengorek-ngorek bak sampah lainnya saya teriaki sambil mengangkat botol plastik di tangan. Dengan 3 ribu rupih terisilah setengah botol tersebut dengan pertalite berwarna biru, kami kembali ke tempat mereka menunggu.

Bensin motor sudah terisi, dan jam sudah menunjukkan pukul 01. 20, kembali lagi secara tidak sengaja di dekat SPBU tersebut terlihat masih buka Rumah Makan Seafood, yang menurut penglihatan Pak Ago yang sepertinya sedang mengantuk, nama RM-nya tertulis Maksiat padahal antara huruf "i" dan "a" ada huruf "m". 

Setelah beberapa lama bercekcok perihal menu, dengan ide tiap orang harus pesan menu berbeda supaya bisa menikmati lainnya. Menu seaafodnya rata-rata habis, hanya udang dan kerang tersisa. Sampai 3 kali pelayannya bolak-balik ke meja kami untuk menanyakan ganti menu yang kosong. Kembali lagi menunggu untuk tersajinya menu. Saya pun tidur sebentar di bangku yang kosong, dan berpesan untuk dibangunkan jika menunya sudah datang.

img-20160620-014526-57679610da9373f51664b205.jpg
img-20160620-014526-57679610da9373f51664b205.jpg
Hampir sampai pukul 02.00 barulah menunya tersaji, dengan nasi cukup banyak untuk porsi 6 orang, beberapa menu dengan nama yang aneh ternyata tidak recomended untuk lidah kami. Sambil menikmati hidangan, diskusi kembali digelar, Mulai dari Konsep Ketuhanan, Beragama, sampai Khilafiah dan Khilafah yang banyak digaung-gaungkan sekarang. Sampai akhirnya sama-sama sepakat toleransi antar agama yang sudah cukup baik saat ini, menjadi patokan kedamaian dalam keragaman bangsa kita.

Selesai menikmati sahur extra, nanggung rasanya untuk langsung pulang, terpikir sekalian Shubu-an di jalan, mencari Masjid dan nantinya tinggal pulang tidur. Pak Ago yang sudah tinggal di Jogja 12 tahun lalu, mulai bercerita tentang Jogja masa lalu, mulai dari pemahamannya tentang Keraton, sampai slogan Jogja berhati Nyaman yang diplesetkan menjadi Jogja berhati Mantan, perbedaan signifikan jogja saat ini, tentang hukum Agraria, begitu juga tentang Tugu Jogja, yang mulai menarik perhatian yang lainnya. 

Beliau menceritakan bahwa bukti orang pernah datang dan akrab dengan Jogja salah satunya dibuktikan dengan pernahnya memegang Tugu Jogja. Dan hal ini baru juga kami ketahui, sehingga yang lainnya tertarik untuk ke Tugu dini hari tersebut.

img-20160620-wa0003-57679902967a613705d983a6.jpg
img-20160620-wa0003-57679902967a613705d983a6.jpg
Dari Babarsari melewati mantan kampusnya Pak Ago (STIE YKPN) meluncur ke Tugu jogja, sementara jam menunjukkan semakin beranjak pagi. Di sepanjang perjalanan melewati jalan Solo, warung-warung sahur sudah mulai ada yang buka. Tukang sapu jalan sudah mulai beroperasi se-pagi itu, pemulung-pemulung dengan karung besar mereka yang belum terisi seberapa mulai terlihat menyusuri jalan, ada juga dengan bakulan di sepeda mereka berhenti dari satu bak sampah ke bak sampah yang lain. 

Tak terkecuali, pemulung dengan buntalan karung di samping mereka, menikmati nyenyaknya tidur malam meski hanya beralaskan spanduk bekas, tak peduli dingin menusuk, dan menyamuk menggerogoti. Pedagang-pedagang dengan gerobak dorong mereka mulai menyasar tempat biasa orang-orang sahur di jalan.

img-20160620-wa0008-576796efb37e61e21fc00f82.jpg
img-20160620-wa0008-576796efb37e61e21fc00f82.jpg
Sampailah di Tugu Jogja, sepagi itu masih ada juga tukang parkir yang mencari nafkah dengan adanya pengunjung tugu. Banyak pula yang nongkrong di dekat miniatur Tugu tersebut. Niat untuk ke tugu Jogja dan sahur on the road tercapai juga. sayangnya Tugu jogja yang dikatakan untuk membuktikan akrab atau tidaknya dengan Jogja ketika berhasil menyentuh Tugu tersebut tidak tersampaikan. 

Larangan masuk ke areal taman Tugu tertulis di setiap Pojok dengan rantai terpasang mengelilinginya. Selain kami, beberapa traveller juga mulai mengambil gambar. Jam menunjukkan pukul 03. 52, barulah kami beranjak pulang, entah dikatakan puas atau tidaknya, yang pasti ini momen cukup berharga untuk dikenang nantinya.

img-20160620-wa0016-576797232a7a611d075afcf7.jpg
img-20160620-wa0016-576797232a7a611d075afcf7.jpg
ini bukan berpikir tentang baik-buruknya apa yang kami lakukan tersebut dengan menghabiskan waktu semalaman penuh tanpa makna. Kembali lagi konsep mendalam tentang Baik, Benar dan Bermanfaat, yang sepertinya juga tidak mencakup itu semua, tetapi nilai dari sebuah pengalaman dan yang akan terkenang nantinya, sepertinya cukup sebagai legitimasi ketidak sia-siaan perjalanan malam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun