Pencetus Citayam Fashion Week (CFW) Abdul Sofi Allail alias Ale menceritakan saat aksinya mulai viral. Diketahui Ale merupakan salah satu remaja yang turut mempopulerkan tren Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat.
Layaknya kebarat-baratan Citayam Fashion Week yang terkenal, para 'model' mengenakan busana ciri khasnya sambil mondar-mandir menyeberangi Trotoar jalan.
Ale menjelaskan, kegiatan tersebut bermula ketika banyak warganet yang mulai menunjuk-nunjuk tempat pertemuan Bonge dan kawan-kawan.
Katanya tempat nongkrong terakhir bernama Citayam Fashion Week. Pasalnya, sebagian besar anak mereka berasal dari seluruh Jakarta. Julukan ini diciptakan karena para remaja yang datang ke daerah ini dianggap memiliki selera fashion yang nyentrik.
"Aku tahu fashion week itu identik dengan runaway," ucap dia di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat.
Ale mengatakan saat itu kondisi Dukuh Atas belum ramai seperti sekarang.
Pria yang telah nongkrong di Dukuh Atas sejak 2019 itu mengaku memang sering foto-foto di zebra cross sebelum Citayam Fashion Week viral.
Pada akhirnya, dia berkeinginan untuk lebih meramaikan kegiatan tersebut.
"Akhirnya, sekalian (fashion show, red) mumpung rame. Ternyata aku menginspirasi orang-orang untuk lebih percaya diri," ungkapnya.
Setelah itu, fenomena Citayam Fashion Week menjadi viral di media sosial dan membuat anak-anak di  Jakarta ingin berkunjung ke tempat tersebut. Tidak hanya di Jakarta, Citayam Fashion Week kini merambah ke berbagai daerah di Indonesia.
Sejak menjadi fenomena Citayam Fashion Week, foto-foto Ale telah menarik perhatian netizen dalam beberapa pekan terakhir. Bagaimana mungkin Ale bukan salah satu  remaja SCBD yang selera fashionnya super nyentrik, unik, dan autentik.
Penyeberangan Zebra Dukuh Atas  selalu menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh para remaja lainnya, khususnya perempuan. Tidak hanya Ale yang berkeliaran, berbekal keterampilan modeling-nya, Ale tidak berbeda dari kebanyakan model profesional.
Tentu saja, alih-alih pandai di atas catwalk, seorang gadis berusia 19 tahun memiliki selera fashion atau pakaian yang sangat bagus dan telah menarik perhatian banyak  mata. Tak hanya di kawasan Sudirman, Ale  banyak mendapat perhatian dan pujian dari berbagai media sosial. Akun Instagram miliknya pun  mendapat banyak komentar positif dari netizen.
Lebih lanjut pria berusia 19 tahun ini mengungkapkan kalau dia dan Jeje sebelum viral sempat nongkrong bareng.
"Kebetulan aku juga sama Jeje sebelum dia viral juga sempet nongkrong bareng. Sama Roy juga kenal, mereka pacaran," ujarnya.
Berbeda dari sahabatnya, Ale mengaku hingga kini belum memiliki kekasih. Ale pun mengungkapkan alasan mengapa masih betah menjomblo.
"Kalau dia lebih ke bikin konten yang romantis, kalau aku belum punya pacar karena belum butuh, aku enggak mau ajak hidup susah, pengin memperbaiki finansialku dulu," tegas Ale yang berprofesi sebagai content creator dan model busana ini.
Ale juga menyebut banyak pandangan yang mengkritik sisi negatif  Citayam Fashion Week yang dinilai mengganggu ketertiban umum. Selain itu, masyarakat juga mengkritik cara berpakaian yang dinilai terlalu feminim dan berlebihan.
Peristiwa sesungguhnya adalah milik kaum muda untuk mengekspresikan identitas mereka, di mana mereka dapat berkarya dan berkreasi.
Ale, salah satu orang yang hang out disana, juga mengaku selalu tampil fashionable saat hang out disana. Dia bahkan bermimpi untuk masuk ke Paris Fashion Week, tetapi semuanya dimulai dengan "Citayam Fashion Week".
"Itu goals gue, jalanin fashion week. Seenggaknya di Jakarta Fashion Week itu its my dream, its my goals dan abis itu gue kemungkinan masuk agency model dulu," ungkap ale.
Untuk mewujudkan mimpinya, Ale mengaku sering memakai pakaian yang tidak biasa. Dia juga ingin menjadi gay, dan bahkan dikritik di TikTok karena mengenakan crop top.
"Itu gara-gara pakai croptop, semua full hujatan. Gue mau edukasi juga sedikit untuk temen-temen, bahwa croptop pada 1970 dibuat pertama kali untuk laki-laki yang ingin berolahraga gym, tapi dia nggak mau telanjang dada, maka diciptakanlah croptop," ungkapnya.
Dikutip dari beberapa sumber, para ABG yang tiba di kawasan Sudirman itu awalnya adalah anak-anak warga sekitar yang diusir dari rumahnya akibat pembangunan stasiun metro Dukuh Atas.
Rata-rata orang yang dideportasi memilih untuk pindah ke  Citayam, Bojong dan sekitarnya karena aksesnya yang mudah dengan kereta api. Â
Sebelum  viral, anak-anak muda ini lebih dulu datang hanya untuk duduk-duduk atau membuat konten di jejaring sosial pribadi mereka. Hal itulah yang membuat Sudirman begitu ramai di  akhir pekan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H