Mohon tunggu...
Bahrul Ulum
Bahrul Ulum Mohon Tunggu... wiraswasta -

Trainer Kewirausahaan dan pendamping UMKM, Direktur Makassarpreneur, website :www.makassarpreneur.com, www.bahrul-ulum.net

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mafia Menggurita, Buah dari Sistem yang Rusak

4 November 2011   00:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:05 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para mafia semakin menggurita di negeri ini. Hampir setiap hari publik melihat, membaca, dan mendengarkan, serta menyimak berita baik lewat media cetak, televisi, radio, hingga internet tentang sepak terjang para mafia yang menggerogoti berbagai sektor baik di pemerintahan maupun swasta.

Belum usai kesadaran kita tersentak dengan ulah Gayus Tambunan terkait mafia pajak, muncul pula sindikat mafia hukum yang bermain dari tingkat penyidikan sampai penetapan putusan pengadilan. Sebelumnya, sekretaris Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, Deni Indrayana berujar, terdapat sembilan kejahatan yang berkategori big fish yaitu mafia peradilan, mafia korupsi, mafia pajak dan bea cukai, mafia kehutanan, mafia tambang energi, mafia narkoba, mafia perbankan dan pasar modal, serta mafia perikanan.

Ironisnya, negeri ini seolah masuk dalam jebakan mafia satu ke mafia lainnya. Belum lama dibentuk panitia kerja (panja) terkait suatu kasus, muncul lagi kasus baru yang cenderung menutupi kasus sebelumnya. Tak heran ramai dibentuk bermacam pansus atau panja untuk membongkar jaringan mafia mulai dari panja mafia hukum, panja mafia pemilu, panja mafia pajak dan panja lainnya yang berujung tidak jelas. Terakhir, publik dibuat ramai dengan ulah segelintir anggota parlemen dalam isu mafia anggaran. Di Banggar DPR, partai politik menempatkan para petingginya seperti bendahara, wakil bendahara dan sekretarisnya. Dengan duduk di Banggar, para pemimpin parpol itu bisa dengan mudah kongkalikong dengan pemerintah dalam menentukan anggaran karena anggaran proyek-proyek pemerintah harus melewati lembaga ini dulu.

Republik Mafioso
Mafioso di negara asalnya Italy mempunyai arti anggota dari organisasi Mafia. Pada  awalnya Mafia merupakan nama sebuah konfederasi  orang-orang di Sisilia saat memasuki pada abad pertengahan untuk tujuan perlindungan dan penegakan main hakim sendiri.  Konfederasi ini kemudian mulai melakukan kejahatan yang terorganisir. Mafioso mempunyai arti yang demikian bagus, yaitu “pria terhormat.” Istilah mafia kini telah melebar hingga dapat merujuk kepada kelompok besar apapun yang melakukan kejahatan terorganisir.

Dalam bukunya “Negara Mafia”, anggota DPD RI Laode Ida mengatakan, Indonesia telah menjadi negara  mafia. Hal ini disebabkan yang berkuasa adalah para mafia dan preman. Ciri utama para mafia dan preman adalah toleran dalam kejahatan. Kalau ada orang yang  berkhianat membuka aib atau berhenti berbuat jahat, maka yang bersangkutan akan dihabisi. Jadi, mereka akan saling melindungi kejahatan rekan-rekannya. Itulah sebabnya

Indonesia kini disebut negara mafia. Bukti lainnya, perilaku korupsi di Indonesia didukung oleh jaringan sistematik yang ada di legislatif, eksekutif dan yudikatif. Sehingga, tidak mungkin kasus-kasus korupsi tersebut terbongkar. Ini berarti mencerminkan ada watak mafia dalam sistem

Istilah keberadaan mafia di negeri ini mungkin tidaklah seseram mafia di luar negeri yang tak jarang membunuh atau menyiksa. Tetapi, cara-cara mafia  seperti bersekongkol untuk izin proyek, ijon proyek untuk pengadaan barang dan jasa, melakukan persaingan tak sehat, merampok uang negara, merusak moral bangsa tentu merupakan kejahatan yang akan membunuh lebih banyak rakyat. Yang meyedihkan, alih-alih melacak akar persoalan, justru penegakan hukum di negeri ini terasa lumpuh karena terjadi kondisi saling sandera antar elite politik. Akibatnya, mafia-mafia di berbagai bidang tidak bisa terbersihkan hingga ke akar-akarnya.

Buah dari Sistem yang Rusak
Rasulullah SAW pernah menggambarkan kondisi zaman yang yang penuh dengan penipu dimana orang bodoh diserahi mengurus urusan umat. Sabda Rosulullah : “Akan datang kepada manusia zaman penuh penipu. Ketika itu orang dusta dibenarkan,sebaliknya yg benar didustakan; orang yg berkhianat diberi amanat, dan sebaliknya yg dipercaya dikhianati. Ketika itu yang berbicara adalah ar-Rawaibidhah.” Ketika ditanya tentang ar-rawaibidhah , Rosulullah saw menjawab mereka adalah orang tolol yang diserahi untuk mengurusi urusan umat.”

Apa yang terjadi sekarang merupakan bukti kebobrokan dari hukum jahiliyah yang bersumber dari ideologi jahiliyah yakni kapitalisme. Kapitalisme telah mencampakkan agama hanya untuk urusan individual, ritual dan moralitas. Sekulerisasi yang menjadi aqidah ideology ini telah membuat agama disempitkan menjadi sekedar urusan-urusan individual.

Sementara untuk masalah politik, ekonomi, sanksi hukum, dan urusan public lainnya diserahkan kepada hawa nafsu manusia. Apa yang kemudian terjadi ? Baik dan buruk dalam masalah publik kemudian diserahkan kepada hawa nafsu manusia dengan asas manfaat untuk kesenangan jasadiyah/materi .

Asas manfaat yang untuk kesenangan jasadiyah ini kemudian mendorong sikap yang materialistik. Dimana semuanya diukur oleh materi baik berupa harta maupun jabatan. Kebahagian diukur oleh banyaknya materi yang dimiliki. Materi pun kemudian menjadi dewa yang menjadi tujuan hidup. Tidak lagi melihat halal dan haram, apakah merugikan rakyat atau tidak, apakah menghancurkan negara atau tidak, demi mengejar materi, semuanya dilanggar. Bahkan membunuh sekalipun tidak masalah untuk mengejar materi.

Di sistem kapitalis sekuler elit politik dan pemilik modal menjalin hubungan simbosis mutalisme yang saling menguntungkan antar mereka tapi merugikan rakyat. Sistem demokrasi yang dikenal mahal membuat pemilik modal sangat berkuasa dan sangat dibutuhkan untuk mendukung kemenangan elit politik.

Setelah berkuasa, sebagai balas budi, elit politik baik di legislatif maupun eksekutif membuat kebijakan yang menguntungkan pemilik modal. Tidak mengherankan kalau di Indonesia lahir UU Migas, UU Penanaman Modal, UU Kelistrikan, dan yang lainnya yang semuanya lebih berpihak kepada pemilik modal. UU yang kemudian terbukti menjadi jalan bagi perampokan kekayaan negara oleh kekuatan asing sekaligus merugikan rakyat.

Akibat lain dari sistem sekuler-kapitalis ini adalah hilangnya rasa taqwa berupa ketaatan kepada Allah SWT dan rasa takut untuk berbuat maksiat. Sikap tidak mau diatur oleh hukum Allah SWT dalam masalah public, telah membuat ketaqwaan tidak mendapat tempat dalam masalah politik, hukum, atau ekonomi. Manusia seakan-akan bebas dari hukum Allah SWT, bebas dari pengawasan Allah SWT, dan bebas dari pertanggungjawaban kepada Allah SWT di hari akhir. Tidak ada lagi rasa takut berbuat maksiat, tidak lagi merasa diawasi oleh Allah SWT. Hal inilah yang membuat manusia gampang terjerumus berbuat kemaksiatan.

Maka usaha untuk memangkas kejahatan para mafia adalah perjuangan mengganti sistem dasar yang selama ini bercokol di tengah masyarakat. Perjuangan itu tidak boleh bersifat reaksional akan tetapi harus terus menerus karena masyarakat harus terus diingatkan dan dipanaskan. Perjuangan tersebut juga bukan perjuangan reformasi yang hanya sekadar “tambal sulam”, tapi harus bersifat revolusioner dan menyeluruh untuk megganti sistem rusak yang sudah berurat akar di masyarakat.

Perjuangan tersebut juga bukan perjuangan bersenjata atau dengan kekerasan tapi bersifat politik intelektual yang cerdas mengemukakan pendapat dan argumen di tengah-tengah masyarakat. Dan perjuangan tersebut bukan sekadar seruan moral yangg minim solusi dan hanya bersifat history semata, tapi sebuah perjuangan ideologis yangg melakukan perang pemikiran dan budaya kepada masyarakat.

Oleh karena itu perjuangan ini membutuhkan ideologi pembanding yang harus memiliki nilai yang lebih baik, lebih murni, lebih manusiawi, dan lebih hebat dari Kapitalisme. Pertanyaannya ideologi apa yg mampu menumbangkan Kapitalisme? Jika Sosialisme telah mati, maka tidak ada lagi solusi ideologi alternatif selain Islam. Pertanyaannya, sudah siapkah kita mengemban ideologi Islam ketika melihat kebobrokan Kapitalisme sudah sedemikian rupa dan tidak bisa ditolerir lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun