"Oh... yang cuaca itu, ya?"
Ada dua kata kunci setiap kali menjelaskan apa itu BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika). Yang pertama cuaca, yang kedua gempa.Â
Saya menyimpulkan demikian setelah beberapa tahun berbincang dengan orang-orang mengenai pekerjaan. Meskipun sebenarnya, lingkup kerja BMKG lebih luas dari dua kata itu. Tetapi itu tidak masalah, dari dua kata itu, perlahan bisa dijelaskan.
Saya terdorong menulis tentang BMKG setelah membaca status facebook seseorang, tak lama setelah kejadian kapal tenggelam di Danau Toba. Meski dihalangi banyak keraguan, saya memberanikan diri berharap melalui tulisan ini, masyarakat mengenal BMKG dan mengikuti berbagai media sosialnya serta memasang aplikasi Info BMKG di handphone-nya.
Harapan itu sejalan dengan status facebook yang saya sebutkan di atas. Menurut orang itu, BMKG layak dituntut karena tidak menyebarkan informasi cuaca yang menyebabkan banyak korban jiwa. Padahal, kantor BMKG wilayah I Medan telah mengeluarkan Peringatan Dini melalui berbagai media beberapa jam sebelum kejadian itu. Salah satunya Facebook.
Pelan-pelan saya menjelaskan hal tersebut di kolom komentar orang itu. Pertanyaan dia selanjutnya, apa manfaat informasi disebar bila tak sampai ke pengguna?
Saya memahami pertanyaan itu, dan yang dia harapkan bukanlah pembelaan. Apalagi saling mengokohkan posisi siapa sebenarnya yang salah. Bukan. Bukan itu. Saya ingin membangun budaya diskusi yang baik.Â
Saya percaya, membangun negeri sebesar ini tak cukup dibebankan pada pemerintah. Perlu partisipasi masyarakat luas. Dan untuk itu, saling percaya yang dibangun melalui diskusi yang baik, perlu dibiasakan sejak dini.
Diskusi kami berjalan hangat. Dia pada akhirnya dapat mengerti keterbatasan BMKG membangun kantor (stasiun pengamatan) di seluruh pelabuhan dan Bandar Udara di negeri ini, serta memahami kurangnya kepedulian masyarakat. Ya, BMKG terbatas membangun kantor, dan untuk mengatasi keterbatasan itu, berbagai media dimanfaatkan: satu informasi disebar melalui banyak media.
Untuk itu, dibutuhkan partisipasi masyarakat. Di zaman teknologi canggih ini, mungkin sedikit lapisan masyarakat yang tak menggunakan smartphone.Â