Sejauh ini, publik --meski tidak seluruhnya- belum terlihat gereget dengan pemberitaan-pemberitaan tentang perubahan iklim dan ancamannya. Banyak tautan-tautan pemberitaan media online yang disebar di beranda media sosial, hanya menjadi bahan obrolan menghiasi kolom komentar. Publik pengguna media sosial saling berbalas komentar memberikan pendapatnya masing-masing.
Bandingkan dengan pemberitaan-pemberitaan tentang rencana pengesahan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan upah pekerja. Atau pemberitaan tentang kasus-kasus korupsi.Â
Publik kerap bertindak. Kalangan pekerja yang merasa kebijakan pemerintah mengancam kesejahteraan mereka, ramai-ramai berunjuk rasa menolak pengesahan peraturan perundang-undangan. Ini bisa dilakukan sampai berhari-hari. Kalangan lainnya berdemonstrasi menuntut pelaku korupsi diusut tuntas.
Pada pemberitaan tentang perubahan iklim, seharusnya media massa memberikan lebih banyak informasi tentang tentang solusi untuk menangani krisis. Sehingga tidak hanya menjadi beban pemerintah atau ilmuwan. Tetapi publik sebagai masyarakat umum dapat membantu menyelesaikan krisis iklim.Â
Sebab, sejatinya media massa memiliki kekuatan yang powerfull bagi masyarakat karena media massa bukan hanya membentuk opini publik. Tetapi juga dapat membentuk tindakan publik. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI