Dari balik pohon besar sang gadis meratapi kesedihan atas kehilangan selendang, dengan suara merdu di tekan pelan, lirih menangis. mengundang empati dan rasa kasihan Tuan Jafar, akhir-nya menghampiri dan langsung bertanya.
“Ada apa gerangan wahai dikau bidadari jelita penghuni alam limau gapi……?"
Dengan nada sedih sang gadis pun menjawab pertanyaan Tuan Jafar.
“Sedih ku ini Tuan, akibat hilangnya selendang yang sering ku pakai agar bisa terbang balik ke tempat asal ku..!”
“Kini, ku tak tahu harus berbuat apa dalam hutan seperti ini Tuan…………..?”
Di balik semak dan hutan rimbun, terjadi percakapan sepasang keturunan “Adam dan Hawa”. Tuan Jafar akhirnya penuh bahagi dan kerelaan menghibur sang gadis yang di rundung sedih, Smabil berkata Tuan Jafar.
“sunguh malangnya nasib menimpa mu wahai jelita pemilik wajah seindah purnama…!”
Sambil sesekali melempar senyum pengigat hati. tanpa menunggu waktu lama hanya seberapa saat kemudian, Sang gadis pun berlahan-lahan tersipu malu, senyum yang tersungging di wajah cantik bagaikan rembulan, ibarat membalas senyum Tuan Jafar. seolah sang gadis terlihat senang, hilang sedih, telah menemukan pujaan hati penghibur lara.
Terlihat dari kejauhan cakrawala yang menghiasi alam limau gapi,nyayian burung-burung merdu terdengar seakan ikut bahagia. memberi isarat bahwa perjumpan ini sungguhlah takdiri Jou Taalah.Takdir yang akhirnya menyatukan dua insan menuju mahliga berumah tangga. Sang Gadis tanpa daya, rela dan sudi menjadi pendanpig hidup Tuan Jafar, dengan nama Siti Nursafa. dan keluarga kecil bahagia itu pun di karuniai emapat orang anak laki-laki, kemudian kelak menjadi para Kolano Jaziratul Mulukdengan empat kerajaan smpai hari ini.
Kawan lama pun akhinya mengahiri cerita-nya, tanpa terasa. dan dia akan melajutkan kembali di lain waktu itu janjinya sebelum kami berpisah. Cerita yang sungguh menarik. Saya pun menyimak dengan baik tanpa sedikit pun mata berkedip, seolah ruang bantin ikut menyimak. Ada perasan kagum atas kawan lama itu, terkesan sangat mengerti, dan mendalami, mengikuti alur peristwa tersebut. Hingga begitu asik ketika di tuturkan. pengen rasanya cerita itu mengalir terus tanpa henti bak air bah, namun waktu jualah pemisah kami.
Sekian dan sampai jumpa di kesempatan berikutnya…….***