Peneliti Senior SIPRI, Sam Perlo-Freeman, mengatakan, tambahan belanja pertahanan ini sebagai bagian dari kebijakan Presiden Xi Jinping atas meningkatnya ketegangan di kawasan yang menjadi ancaman nyata di masa depan.
Sementara Amerika Serikat, pada periode yang sama, anggaran militernya menurun empat persen. "Kalau Arab Saudi dan Rusia, masing-masing meningkat signifikan, yaitu 97 persen dan 91 persen," tuturnya.Tahun lalu, menurut Freeman, anggaran militer China sebesar US$215 miliar, atau satu tingkat di bawah Amerika Serikat yang menggelontorkan dananya hingga US$596 miliar
Kini pertarungan negara-negara tersebut akhirnya bergeser ke kawasan Asia Pasifik sebagai tren global yang saat ini tengah berlangsung. Pada 1930-an, Bung Karno sudah mengingatkan betapa strategisnya kawasan Asia Pasifik di kelak kemudian hari:
“Bahwa Asia-Pasifik akan jadi pusat-nya dunia, perang lautan teduh adalah babak pembuka Kemerdekaan Asia Raya. Kelak Eropa hanya jadi benua tua yang sakit-sakitan sementara Asia Pasifik akan tumbuh bak gadis molek yang menghantui setiap pikiran lelaki”.
Pernyataan Bung Karno ini sunguh di abaikan oleh para elit bangsa ini hingga membuat mereka tidak awas dan tidak pernah memperhitungkan letak dan posisi bangsa ini, elit bangsa ini nyaris tidak memiliki padangan yang sangat Futuristik, elit bangsa ini hanya memikirkan kepentingannya dan kelompok. Banyak dari anak bangsa pun yang terhanyut melihat lakon yang di perankan para elit hari ini. Sementara yang telah saya sebutkan di atas negara-negara yang ikut meramaikan percaturan politik Global meraka selalu memiliki cara pandang yang sangat futuristic itu terlihat dari cara mereka menganti sipasi semua kemungkinan yang terjadi kedepan.
Dengan geoposisi silang yang di miliki bangsa ini semestinya menjadi keuntungan tersendiri secara ekonomi sekaligus menjadi kekuatan baru yang tidak di miliki oleh negara manapun termasuk kekayaan SDA yang melimpah di laut dan darat, dan sangat mungkin membawa kita bangkit menjadi kekuatan baru ekonomi global hingga di topang dengan armada tempur yang hebat bersama RRC, sekurang-kurangnya dalam lingkup kawasan ASEAN.
Atau-kah kemudian harus terpuruk dan tertinggal di belakang sejarah dunia lain karena tidak mampu membaca situasi dan momentum terjadinya patahan di dunia global dalam kacamata geopolitik di satu sisi, dan sisi lain kita hanya pasrah atas keadan hanya menjadi tempat dan arena peraturangan dan Perang Asimetris oleh AS, Rusia, dan RRC. ini harus menjadi agenda mendesak dan prioritas yang di fikirkan bersama elit bangsa ini harus sudah mulai merubah pola pikirnya dan jangan a-hitoris.
Hingga kemerdekaan Negara-bangsa ini akan tetap “hidup” (to live) buakn dalam pengertian ini, akan tetapi kemerdekaan negara-bangsa tetap “ada” dalam pengertian (to exsit). Kalau hidup memiliki konotasi yang pasif, sementara ada atau eksis memiliki konotasi aktif atau selalu berubah mengikuti zaman.
Mengahiri Tulisan Ini
Kealpaan, cendrung a-historisnya elit hari ini adalah mengabaikan geopoltik sebagai visi dan carapandang yang mampu memanfaatkan momentum atas kenyataan terjadinya patahan Global yang dapat untuk keluar dari tekanan asing dan bangkit menjadi pemain baru di kancah politik internasional.
Memahami geopolitik dalam konteks system dunia bukan hal baru atau bahkan ilmu baru karena visi Geopolitik ini sudah di praktekkan pada zaman Bung karno, Hatta, dan Tan Malaka. untuk kemerdekaan bangsa ini. Maka dari itu kebangkitan bangsa dan perubahan sebagai keniscayan hanya di Mungkin jika para elitnya awas dan mau mengunakan geopolitik sebagai kaca mata melihat fakta dunia Golobal.
Hingga mampu bergeliat keluar ketika ada momentum internasional yang terjadi, dan memanfaatka semua potensi yang di miliki kita mampu menciptakan kembali kejayan yang pernah di lakukan oleh Bung Karno cs atau lebih kebelakang ada Sriwijaya maupun Majapahi yang mampu mempresentasikan posisinya menjadi sentrum regional ASEAN.