Mohon tunggu...
Baharudin Pitajaly
Baharudin Pitajaly Mohon Tunggu... -

penikmat Kopi, peminat ikan Kakap

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Putin, Siloviki (Eks-KGB) dan Kebangkitan Rusia

11 Juni 2016   06:37 Diperbarui: 11 Juni 2016   10:01 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstraksi

Dalam proses perjalanab sejarah negara-bangsa di manapun di Dunia ini selalu terjadi intrik politik kekuasaan baik di lakukan oleh elit dalam negeri maupun permainan kekuasan dan sekenario global lewat agen serta instrument lainnya yang sudah sejak lama di susupkan via individu maupun lembaga-lembaga yang di bentuk oleh kekuasan global, semacam IMF, WB atau yang lainya. AS, Belanda dan Inggris-lah yang sangat piawai dalam memainkan dan mengunakan agennya atas oprasi tertentu untuk kepentingan kendali serta control mereka.

Indonesia adalah Negara-bangsa yang selalu saja terseok-seeok di belakang sejarah Dunia dan negara lain meminjam istilah “Gus Im” kenapa situasi seperti ini tidak pernah di sadari atau pelajari dengan baik oleh para elit di bangsa, kencendurngan a-historis elit membawa dampak buruk atas situasi sosial, politik, bahkan ekonomi. selalu terjebak dan mengulangi kesalahan yang sama sebelumnya. hingga tidak mampu keluar dari keterpurukan baik Ekonomi, sosial dan politik. yang di dikte oleh kepentingan bangsa asing.

Awal kehancuran bangsa ini adalah menerima mentah-mentah usulah IMF dan WB sebagi instrument kepentingan Internasional dalam soal resep ekonomi yang di sepakati dan tandatangani Orde Baru zaman pak Harto, resep ekonomi inilah yang menjebak bangsa hingga akhirnya terpuruk dan nyaris tidak mampu bangkit kembali, setelah tumbangnya rezim Orba, fase transisi kemudian berganti era-Reformasi tidak membawa perubahan yang sangat fundamental atas proses berbangsa dan bernegara, di fase ini para elit kita kembali a-historis dan melakukan kesalahan yang sama, kurang lebih 18 tahun setelah reformsai di jalankan.

Melihat Indonesia yang nyaris tidak bernah berkesudahan di rundung masalah krisis multidimensi seli berganti terjadi, serasa elit tidak pernah peka, awas atas masalah yang di hadapi bangsa ini. belum lama ini di akhir 2015 kita di buat tidak berdaya atas melemahnya Rupiah dan hampir menembus angka 15.000 per Dolar As. 

Melemahnya Rupiah terhadap Dolar tentu membawa dampak ikutan atas PHK besar-besaran yang menimpa Buruh, melemahnya Rupia terhadap dolar sangat terasa karena mayoritas di bangsa ini adalah masyarakat yang di hidup dalam kalas menengah kebawah, sementara korupsi semakin meraja lela dari pusat hinga daera cara penyelesaiannyapun sifatnya tebang pilih yang justru meninggalkan masalah, selain itu masalah yang kita hadapi sebagai bangsa ini adalah konflik yang mengatasnamakan SARA sering berulang terjadi tanpa penyelesaian yang baik, masalah ini di selesaikan selalu dengan cara simbolik hingga tidak menyentuh akar masalahnya dan bisa saja akan terjadi lagi.

Di tambah buruknysa tata kelola suber daya alam dari hulu hingga hilir menambah carut marut bangsa, hampir rata-rata sumber migas yang semestinya di kuasi Negara untuk hajat hidup orang banyak di kuasi Asing. Dalam penjelasannya di sebuah media NUSANTARANEWS.CO (Juni 03/2016) Prof Dr H. Mochtar Pabottingi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

“menegaskan bahwa setiap upaya penguasaan dan ekplorasi SDA di Nusantara yang merugikan rakyat adalah sebuah perilaku pengkhianatan yang harus dilawan. Misalnya Blok Mahakam yang masih memiliki cadangan gas sekitar 12,5 tcf. Di mana dengan potensi cadangan tersebut Blok Mahakam bisa menjadi sumber devisa dengan pendapatan 187 milliar dolar Amerika atau setara Rp 1.700 trilyun. Tapi faktanya, semua prediksi angka itu justru menjadi santapan lezat pihak asing.

Hampir semua sektor migas dan minerba di Bumi Nusantara baik, di wilayah barat hingga kawasan timur, di pulau-pulau besar, kepulauan-kepulauan kecil hingga di laut lepas sudah dikuasai oleh perusahaan asing. Disadari atau tidak, keberadaan perusahaan-perusahaan asing tersebut kini telah sampai pada taraf “mengancam” kedaulatan Indonesia. Dari total 276 blok migas yang ada, 70% sudah dikuasai dan dikelola oleh kontraktor asing. Bila dengan bahasa geopolitik, saat ini paling sedikit sudah ada 276 pangkalan militer asing yang tersebar di Bumi Nusantara”.

Melihat fakta dan data di atas tentu sanggat mengejutkan kita sebagai anak bangsa betapa tidak semua kekayaan SDA kita di kuasai Asing hingga tumbuh dan suburnya mafia migas menambah rumit atas krisis multidimensi yang di hadapi.  Memang bangsa ini di bikin semakin keropos dan tidak berdaya karena di grogoti dari dalam miris memang.

Di sisi lain Selalu saja elit mempertontonkan dagelan kekonyolannya dan sering menujukkan mentalitas inferornya pada bangsa asing dan itu di perlihatkan oleh para elit pimpinan senayan yang katanya terhormat, ketika hadir dalam kampanye salah satu calon presiden AS Donald Trump, yang ramai di perbicangkan di media masa pada September 2015 lalu. walaupun itu memalukan dan merendahkan martabat bangsa namun peristiwa tersebut sudah menunjukkan pisiko-historis sebagi bangsa terjaja yang bermental Inlader yang perlu kita rubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun