Ataukah ini cara menghidupkan kembali rezim otoritarianisme Orba yang harus dan bahkan melarang orang untuk membaca buku apa saja termasuk Marxisme-Lenisme sebagai pengetahuan. Atau berkumpul menyampaikan gagasan secara terbuka dan merdeka, ataukah ini cara lain mengalihkan isu. Sedari awal kita tahu bersama negara selalu punya rumus rekayasa isu dan lihai menciptakan mengalihkan isu. Â
Kita justru dibuat lupa dan mengabaikan masalah pokoknya. Tentu lebih bijak kita sebagai bangsa besar menyelesaikan semua masalah yang ada satu persatu dengan cara gotong royong, semua anak bangsa punya hak memberikan masukan atau mencurahkan semua ide dan gagasan besarnya untuk kemajuan bangsa. Oleh sebab itu karena kita sebagai bangsa besar sudah selayaknya menjadi pemain kunci sekurangnya di Asia. Â
Kita tidak hanya memiliki kekayaan SDA yang melimpah tapi juga di karuniai Tuhan kepada kita sebagai bangsa adalah letak geografis yang diapit dua benua dan dua samudra, ini tentu menjadi keunggulan kita sebagai bangsa yang tidak dimiliki bangsa lain.Â
Inilah sesungguhnya potensi yang kita miliki yang jauh harus diperhatikan dan diseriusi kedepan, bangsa besar tidak hanya mengahargai jasa para pahlawannya namun lebih dari itu mau belajar atas sejarah masa lalunya hingga peristiwa yang tragis, traumatik, dan sangat berdampak pisikologis ini tidak terjadi lagi. Â
Semoga saja anak bangsa hari ini objektif melihat apapun peristiwa yang dialami, dan tidak meresponnya dengan pendekatan reaktif apa lagi harus terjebak pada skenario dan perangkap yang di buat asing. Bangsa beradab tentu memiliki cara yang  mumpuni, kreatif dan punya kemampuan mensiasati situasi bukan mengunakan cara-cara represif.(**)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H