Baca juga: Pola Pikir, Sikap, dan Perilaku: Pilar Utama Budaya Mutu SPMI
Membandingkan Perangkat Minimal dan Tambahan
Perguruan tinggi yang hanya mengandalkan perangkat minimal diduga akan menghadapi hambatan dalam pelaksanaan standar. Sebuah perguruan tinggi dengan sumber daya terbatas mungkin merasa cukup dengan perangkat minimal yang diatur dalam regulasi. Namun, dalam praktik kedepan, mereka akan menemukan bahwa panduan tambahan diperlukan untuk menjawab kebutuhan lokal masing perguruan tinggi, seperti bagaimana implementasi keunikan perguruan tinggi (mission differentiation), tentu perlu ada panduan tambahan yang perlu disusun.
Sebaliknya, perguruan tinggi yang mengembangkan perangkat tambahan cenderung lebih mampu menavigasi kompleksitas operasional. Dokumen tambahan seperti SOP, Instruksi kerja, aneka formulir, dan berbagai panduan insyaAllah dapat meningkatkan kelancaran pelaksanaan SPMI. Selain itu, dokumen ini membantu memastikan bahwa seluruh unit kerja memiliki pemahaman yang sama tentang apa yang diharapkan.
Namun demikian, kelengkapan dokumen tambahan juga membawa tantangan dan konsekuensi logis yang menyertainya. Semakin banyak jenis dokumen SPMI, berarti juga akan semakin komplek dalam mengendalikannya. Dokumen harus terus dikawal agar senantiasa update dan relevan dengan perubahan zaman, dokumen juga harus dipastikan terintegrasi, fleksibel dan mendukung proses inovasi organisasi.
Dokumen yang lengkap juga harus disajikan dengan baik agar mudah dicari dan ditelusuri. Sistem informasi dokumen berbasis online tentu merupakan jawaban yang bisa membantu. Dokumen harus disajikan dalam menu-menu yang logis dan mudah dicari/ didapat secara intuitif. Inilah tantangan yang harus dihadapi agar dokumen SPMI dapat dijadikan acuan kerja bagi segenap civitas akademika.
Baca juga: SPMI Berbasis Pengetahuan: Aset Utama Perguruan Tinggi
Penutup
Meskipun perangkat minimal yang diatur dalam Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 memberikan fondasi yang penting, perlu disadari, perangkat ini sering kali berpotensi tidak cukup untuk menghadapi tantangan operasional di perguruan tinggi. Dokumen tambahan seperti SOP dan panduan teknis memainkan peran krusial dalam menjembatani kesenjangan antara standar dan pelaksanaan.
Perguruan tinggi yang ingin memastikan keberlanjutan mutu pendidikan tinggi perlu melihat perangkat SPMI sebagai investasi strategis. Menambahkan dokumen pendukung bukanlah beban administratif, melainkan langkah strategis untuk menciptakan sistem yang lebih efektif, efisien, dan terintegrasi. Dengan perangkat SPMI yang komprehensif, perguruan tinggi dapat memastikan bahwa SPMI bukan hanya sekadar kewajiban regulasi, namun juga motor penggerak budaya mutu yang berkelanjutan. Stay Relevant!
Baca juga: Kemalasan Sosial: Musuh Tersembunyi SPMI
Referensi
- Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. (2024). Pedoman Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi Akademik. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
- OpenAI. (2023). ChatGPT [Large language model]. Diakses melalui https://openai.com/chatgpt
- Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.
- Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2023). Organizational behavior (19th ed., Global ed.). Pearson.
- Sallis, E. (2002). Total quality management in education (3rd ed.). Kogan Page.
Oleh: Bagus Suminar, dosen UHW Perbanas Surabaya, direktur mutupendidikan.com