"Buku adalah teman yang paling tenang dan paling konstan; buku adalah konselor yang paling mudah diakses dan paling bijaksana, dan guru yang paling sabar" - Charles W. Eliot
Apakah Anda termasuk pengguna aktif TikTok? TikTok saat ini sudah menjadi konsumsi  media orang indonesia setiap hari. Nah, ada salah satu tren yang menarik di TikTok yaitu #BookTok.
Tren BookTok di TikTok bermula pada awal tahun 2021. Industri penerbitan di Amerika telah lama memperhatikan bahwa buku-buku yang dibicarakan pembaca di TikTok muncul dalam daftar buku terlaris. Satu tahun kemudian, tagar tersebut terus menjadi penguat eksistensi buku di tengah media sosial. Tren ini juga sudah merambah ke Indonesia dan masih diminati netizen dalam enam bulan terakhir.
Tren BookTok dimulai ketika pengguna milenial mulai berbagi kecintaan mereka terhadap buku dengan jutaan orang lainnya. Mereka membuat video pendek yang terinspirasi dari buku favorit mereka dan membagikannya di TikTok menggunakan tagar #BookTok. Tren ini terus berkembang dan menjadi lebih populer karena banyak orang menemukan wadah untuk berbagi kecintaan mereka terhadap buku dan sastra.
Selain dimanfaatkan oleh banyak penerbit untuk menjadikan bukunya laris di pasaran, tren ini juga telah mempengaruhi cara orang memilih buku untuk dibaca. Lantas apa pengaruh tren tersebut terhadap minat literasi membaca kita?
Literasi membaca buku di era media sosial
Minat literasi membaca di era media sosial menjadi  topik yang menarik untuk dibahas. Media sosial memang memberikan banyak kemudahan dan hiburan bagi  para  penggunanya, termasuk di Indonesia.
Berdasarkan data dari Statista, pada Februari 2022, Indonesia memiliki sekitar 191,4 juta pengguna media sosial aktif. Menonton konten video adalah aktivitas online paling sering dilakukan orang Indonesia saat mengakses sosial media. Sebanyak 61.9% dari pengguna aktif Indonesia menghabiskan lebih banyak waktu online (lebih dari tiga jam) dalam beberapa bulan terakhir.
Sedangkan, minat membaca masyarakat Indonesia bertimpangan dengan kecanduan sosial media. Dilansir dari Kompas.com, Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando mengungkapkan data statistik minat baca di Indonesia 2020 berupa "Kajian Indeks Kegemaran Membaca" yang dilakukan Perpusnas memberikan hasil minat baca Indonesia masuk dalam poin 55,74 atau sedang.
Konten media sosial saat ini seringkali bersifat langsung, tidak lengkap, dan singkat, yang memengaruhi cara seseorang menerima informasi. Terlalu sering kita tertarik pada headline yang menarik atau gambar yang menarik terlepas dari konten dan sumbernya.
Terlalu kecanduan media sosial menjadikan orang Indonesia sering menerima informasi mentah-mentah. Padahal, tidak semua informasi di media sosial itu benar dan bermanfaat. Ada juga banyak informasi yang menyesatkan, menipu, dan bahkan berbahaya. Kita perlu kritis dan selektif dalam menggunakan informasi di media sosial.
Berbeda ketika mengonsumsi konten dan isi buku, ketika membaca buku seseorang perlu menemukan makna tersirat dan tersurat, menemukan koherensi dan kontradiksi antar teks dan informasi, membuat kesimpulan. Intinya ketika membaca buku, sebenarnya seseorang sedang melatih kemampuan kritis dalam menganalisis suatu informasi.
Mengapa literasi membaca penting?
Literasi membaca merupakan salah satu keterampilan penting yang harus dimiliki oleh setiap individu. Literasi membaca adalah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi tertulis untuk mencapai tujuan pribadi, mengembangkan pengetahuan dan potensi individu.
Melalui literasi membaca, seseorang mampu mengolah informasi yang diperoleh dari berbagai sumber seperti cetak dan digital. Literasi membaca juga memungkinkan seseorang untuk memberikan dampak bagi orang lain dengan berbagi pendidikan dan pengalaman melalui tulisan.
Literasi membaca sangat erat kaitannya dengan kemajuan suatu bangsa. Negara dengan tingkat literasi yang tinggi akan memiliki warga negara yang cerdas, kritis dan kreatif.
Sebaliknya, jika suatu negara memiliki tingkat literasi membaca yang rendah, hal itu mempengaruhi kemampuan warganya untuk mengakses informasi dan mengambil keputusan yang tepat. Kurangnya literasi membaca juga mengakibatkan kurangnya informasi untuk memperluas wawasan seseorang dan memahami bagaimana sebenarnya dunia berkembang.
Tren BookTok di TikTok dalam membangkitkan minat literasi membaca
Salah satu hal yang perlu ditingkatkan oleh masyarakat Indonesia adalah minat membaca buku. Banyak orang yang mengaku tidak suka membaca buku karena merasa bosan, tidak punya waktu, atau tidak tahu buku apa yang cocok untuk dibaca.
Kurangnya referensi dan rekomendasi buku yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya minat membaca buku. Banyak orang yang bingung harus memilih buku apa di antara ribuan judul. Mereka juga tidak tahu apakah buku yang mereka pilih sesuai dengan selera, minat, atau kebutuhan mereka.
Media sosial hendaknya digunakan untuk menyebarkan pengaruh positif terhadap minat dan kebiasaan membaca masyarakat Indonesia. Dalam hal ini, TikTok bisa dijadikan alat untuk menstimulasi minat baca dengan membagikan rekomendasi buku yang menarik untuk mengatasi fenomena kecanduan media sosial.
TikTok sebagai aplikasi berbagi video pendek yang sangat populer di kalangan anak muda. Di sini, para pengguna bisa membuat video dengan berbagai tema, salah satunya adalah BookTok.
Melalui BookTok, pecinta buku di TikTok telah berbagi rekomendasi buku sastra yang menarik. Selain buku fiksi, para akademisi juga bisa membagikan buku-buku nonfiksi yang bermanfaat bagi kehidupan.
Misalnya, ada novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori yang menjadi novel terlaris karena sumbangsih para reviewer buku TikTok. Novel ini bercerita tentang tragedi 1965 dari sudut pandang para aktivis dan keluarganya yang mengalami penindasan dan pengasingan.
Untuk buku non-fiksi, ada Filosofi Teras oleh Henry Manampiring yang membahas tentang mengendalikan emosi negatif dengan paham stoikisme untuk melawan depresi. Ini pernah menjadi buku yang paling banyak dicari karena sering diulas pengguna TikTok.
Telah banyak video yang menampilkan resensi buku, daftar rekomendasi buku berdasarkan genre favorit, bahkan juga menceritakan kisah pribadi yang persis dengan plot sebuah buku.
BACA JUGA:Â Kenapa Gen Z Suka Cari Informasi di TikTok Ketimbang Google?
Hendaknya kita memanfaatkan media sosial untuk pertukaran informasi secukupnya, bukan sepuasnya. Kita perlu mengembangkan hobi yang bermanfaat untuk mengisi waktu luang kita, seperti membaca buku.
Membaca buku dapat meningkatkan pengetahuan, kreativitas, dan konsentrasi kita. Selain itu, membaca buku bisa menjadi salah satu kegiatan untuk mengurangi kecanduan media sosial. Oleh karena itu, kita dapat menjaga keseimbangan antara dunia nyata dan dunia maya.
Dengan adanya tren #BookTok, kita melihat bagaimana media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan minat literasi membaca. Ayo, jangan ragu, ikutan #BookTok dan perluas wawasanmu lewat buku!
                                    . . . .
Referensi
A. Harris, E. (2022, July 6). How TikTok Became a Best-Seller Machine. The New York Times. https://www.nytimes.com/2022/07/01/books/tiktok-books-booktok.html
Harususilo, Y. E. (2021, February 2). Kepala Perpusnas: Indeks Kegemaran Baca Indonesia 2020 Masuk Kategori Sedang Halaman all - KOMPAS.Com; https://www.kompas.com/edu/read/2021/02/02/203054871/kepala-perpusnas-indeks-kegemaran-baca-indonesia-2020-masuk-kategori-sedang?page=all#page3
Statista. (2023, January 23). Social media in Indonesia - statistics & facts | Statista. Statista; Hanadian Nurhayati-Wolff. https://www.statista.com/topics/8306/social-media-in-indonesia/#topicOverview
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI