Misalnya, ada novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori yang menjadi novel terlaris karena sumbangsih para reviewer buku TikTok. Novel ini bercerita tentang tragedi 1965 dari sudut pandang para aktivis dan keluarganya yang mengalami penindasan dan pengasingan.
Untuk buku non-fiksi, ada Filosofi Teras oleh Henry Manampiring yang membahas tentang mengendalikan emosi negatif dengan paham stoikisme untuk melawan depresi. Ini pernah menjadi buku yang paling banyak dicari karena sering diulas pengguna TikTok.
Telah banyak video yang menampilkan resensi buku, daftar rekomendasi buku berdasarkan genre favorit, bahkan juga menceritakan kisah pribadi yang persis dengan plot sebuah buku.
BACA JUGA:Â Kenapa Gen Z Suka Cari Informasi di TikTok Ketimbang Google?
Hendaknya kita memanfaatkan media sosial untuk pertukaran informasi secukupnya, bukan sepuasnya. Kita perlu mengembangkan hobi yang bermanfaat untuk mengisi waktu luang kita, seperti membaca buku.
Membaca buku dapat meningkatkan pengetahuan, kreativitas, dan konsentrasi kita. Selain itu, membaca buku bisa menjadi salah satu kegiatan untuk mengurangi kecanduan media sosial. Oleh karena itu, kita dapat menjaga keseimbangan antara dunia nyata dan dunia maya.
Dengan adanya tren #BookTok, kita melihat bagaimana media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan minat literasi membaca. Ayo, jangan ragu, ikutan #BookTok dan perluas wawasanmu lewat buku!
                                    . . . .
Referensi
A. Harris, E. (2022, July 6). How TikTok Became a Best-Seller Machine. The New York Times. https://www.nytimes.com/2022/07/01/books/tiktok-books-booktok.html
Harususilo, Y. E. (2021, February 2). Kepala Perpusnas: Indeks Kegemaran Baca Indonesia 2020 Masuk Kategori Sedang Halaman all - KOMPAS.Com; https://www.kompas.com/edu/read/2021/02/02/203054871/kepala-perpusnas-indeks-kegemaran-baca-indonesia-2020-masuk-kategori-sedang?page=all#page3