Mohon tunggu...
Bagus Rizqi
Bagus Rizqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - __

Mahasiswa Biasa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Jendral Soedirman dengan Perang Gerilyanya dalam Menghadapi Belanda

30 November 2021   20:27 Diperbarui: 30 November 2021   21:43 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasil Perjanjian Roem-Royem memiliki beberapa kesepakatan bersama antara Indonesia dengan Belanda, antara lain sebagai berikut.

  • Angkatan Bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya.
  • Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar.
  • Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta.
  • Seluruh angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan sebuah operasi militer dan seluruh tawanan perang akan dibebaskan.

Setelah keluar beberapa kesepakatan di atas, pada tanggal 22 Juni, ada pertemuan kembali yang melibatkan Indonesia dan Belanda dengan menghasilkan keputusan sebagai berikut.

  • Kedaulatan akan seutuhnya diserahkan kepada Indonesia.
  • Didirikannya sebuah persekutuan dengan dasar sukarela dan persamaan hak asasi oleh Belanda dan Indonesia.
  • Diserahkannya semua hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada Indonesia.

Para pemimpin Indonesia yang berada di pengasingan mulai dikembalikan ke Yogyakarta pada awal Juli. Melihat keadaan yang semakin aman terkendali, akhirnya Soekarno pun dapat menarik napas dengan lega.

C. Markas Gerilya Jenderal Soedirman

Dari Pringapus, perjalanan Soedirman dilanjutkan menuju ke Desa Gebyur. Di des aini, Soedirman bersama anggotanya beristirahat selama tiga hari. Dari Gebyur,, rombongan bergerak ke arah Sobo melalui desa-desa yang masih sepi, seperti desa Tegalombo, Meijing, dan Ngambar. Sobo adalah sebuah dukuh bagian dari desa Pukis. Dukuh ini terletak di sebelah tenggara lereng Gunung Lawu. Letaknya pada ketinggian 900 meter dari dasar laut dan dilindung oleh sebuah sungai yang curam, yaitu sungai Merang. Lembahnya sangat dalam dan dikelilingi oleh perbukitan. Perbukitan tersebut bernama Selabadok di sebelah barat dan bukit Gandrung di sebelah timur.

Dari markasnya di Sobo, Soedirman mampu memantau perkembangan politik di tanah air, termasuk mengetahui Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Bahkan dalam rangkaian ini, menurut Soeharsono Cokroaminoto, sebelum itu Soedirman telah mengirim tiga pasukan khusus, seperti Kapten Cokropranolo, dr. Suwondo, dan ia sendiri (Soeharsono Cokroaminoto) pergi ke Yogyakarta untuk bertemu dengan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, guna mengetahui situasi sekaligus ikut mempersiapkan pasukan gerilya yang berada di kota agar bisa membuat rencana penyerangan tersebut.

Ketika memasuki Kawasan Yogyakarta, tiga pasukan tersebut berpencar mencari jalan masing-masing. Sebab, dari Soedirman, mereka mendapat tugas sendiri-sendiri. Atas keberhasilan Serangan Umum inilah, akhirnya memengaruhi keberadaan Belanda di Indonesia. Oleh karena itu, usaha-usaha ke arah perundingan untuk menyelesaikan konflik antara Indonesia dengan Belanda kembali dilakukan. Soedirman sendiri nantinya diharapkan dapat memberikan suatu dukungan terhadap langkah-langkah dari pemerintah. Oleh karena itu, Soedirman bergegas meninggalkan Sobo untuk sementara waktu dan bergegas ke Yogyakarta.

Setelah dari Yogyakarta menuju ke Jawa Timur, Jenderal Soedirman mendapat surat langsung dari adiknya untuk segera kembali ke Yogyakarta. Namun, setelah sampai di Pacitan, pasukan Belanda kemudian langsung menghadang, sehingga pada akhirnya perjalanan pasukan gerilya APRI mendapat rintangan dan segera dialihkan ke daerah Sobo di Nawangan, Pacitan. Di tempat inilah Jenderal Soedirman tingal mulai tanggal 1 April sampai 7 Juli 1949 dimana penginapan tersebut merupakan waktu terlama pasukan gerilya APRI tinggal di suatu daerah ketika melakukan perang gerilya. Di sini Soedirman dan anggotanya menggerakan masa dan menyusun strategi besar-besaran.

D. Jenderal Soedirman Kembali ke Yogyakarta

Pada tanggal 17 Maret 1949, Soedirman dan para pengawalnya meninggalkan Sobo dan bergerak ke arah Yogyakarta. Setelah keadaan di Yogyakarta mulai membaik, Soekarno langsung memerintahkan kepada Jenderal Soedirman untuk kembali ke Yogyakarta. Namun, Soedirman tetap menolak untuk membiarkan Belanda pergi tanpa perlawanan. Ia menganggap saat itu Tentara Nasional Indonesia sudah cukup kuat untuk melawan Belanda. Sudah tidak ada alasan lagi Tentara Nasional Indonesia kembali ke Yogyakarta hanya karena Perjanjian Roem-Royem.

Setelah sekian lama pembujukan, akhirnya Soedirman baru setuju kembali ke Yogyakarta setelah menerima surat. Surat tersebut sampai sekarang masih diperdebatkan siapa pengirimnya. Dalam perspektif Soedirman, surat tersebut atas pemberian sahabatnya yang menyuruhnya dating ke Yogyakarta, dikarenakan ada urusan mendesak. Pada tanggal 10 Juli, Soedirman dan kelompoknya kembali ke Yogyakarta. Setiba di Yogyakarta, mereka disambut oleh ribuan warga sipil dan diterima dengan hangat oleh para elite politisi di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun