Mohon tunggu...
Bagus anak wage
Bagus anak wage Mohon Tunggu... -

saya bagus anak wage

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ujung Cerita yang Tak Tuntas

26 Agustus 2011   16:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:27 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Teriakkan ku makin keras, mereka panik. Seorang yang di bangku kecil dekat pintu memukul ku dengan kunci ban yang sedari berada di bawah bangku kecil yang ia duduki. Aku tak sadar dan jatuh.

##

Saat terbangun, aku dalam keadaan kacau. Baju ku compang-camping tak beraturan, rambut ku acak-acakan dan celana ku sedikit bernoda dan berbercak basah. Aku juga bingung berada di mana. Tak ada orang juga disekeliling ku.

Hamparan luas air yang mirip danau, dengan banyak pepohonan di pinggirannya serta sebuah pintu air, hanya itu yang aku lihat. Aku di dekat pintu air itu, di sebuah jalan kecil di samping pintu air.

Dalam kebingungan ini aku menapaki kaki ini entah kemana maunya berjalan. Aku terhuyung-huyung kepusingan. Kelimpungan tujuh keliling.

Dalam kekacauan ku ini, aku berusaha tenang. Aku melihat sebuah warung dan berinisiatif menghampirinya. Ada makanan ringan yang digantungnya dan box pendingin di depannya. Bagunan yang mirip balai ini beratapkan ilalang. Mirip saung di pematang sawah.

Aku berjalan menuju ke warung itu. Tentunya dengan maksud bertanya, aku di mana dan aku kenapa? Hanya itu yang ingin ku tanya pada si pemilik warung.

Belum sampai di warung, ada seorang pria keluar dari warung itu. Sesosok pria yang ku kenal namun aku memutuskan berlari.

Pria itu malah mengejarku, pria itu adalah pria yang mencoba merampas tas ku waktu di mikrolet. Ia pun berteriak, "Woi Jangan Lari."

Aku yang masih dalam keadaan setengah sadar tadi lari tak karuan. Pontang-panting. Teriak pun aku tak bertenaga.

Aku tersungkur, tersandung. Si pria tadi ternyata tak sendiri, ia bersama dua orang yang ku temui di mikrolet waktu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun