Mohon tunggu...
Bagus Aji Saputra
Bagus Aji Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa di Universitas Gunadarma

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Proses Pertanian Tak Kenal Lelah di Kala Pandemi

23 Juni 2021   11:42 Diperbarui: 23 Juni 2021   13:02 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sragen - Corona virus sudah hampir 2 tahun menyerang dunia termasuk salah satunya Indonesia yang memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian masyarakat. Beberapa karyawan disetiap perusahaan banyak yang dirumahkan dan  beberapa terpaksa di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).

Para petani di kota Sragen tepatnya di daerah Karang Anyar, Jawa tengah tetap melakukan aktivitas pertanian dikala pandemi. Mereka bekerja tak kenal lelah, tak kenal letih, panas terik, apalagi tak kenal rasa takut terkena virus corona yang makin mengganas, tidak berlebihan jika mereka kita sebut dengan Pahlawan pangan.

Pak Patmo sukirno, seorang pemilik persawahan pertanian padi, jagung, dan kedelai di daerah Karang Anyar sekarang berumur 73 tahun sekarang sudah tidak bekerja, pekerjaannya sekarang digantikan oleh tenaga bayaran, Kegiatannya sekarang hanya mematau perkembangan disektor pertanian ini.

Pak Patmo mendapatkan benih untuk ia tanam ditoko bibit terkadang ia juga membelinya di kelompok tani dan pupuknya disetorkan dari PT Pupuk Kabupaten Karang Anyar :

Pak Patmo sukirno : “ Benihnya dibeli di toko bibit kadang-kadang beli dikelompok tani, pupuk dibeli dari agen pupuk yang disetorkan dari PT Pupuk Kabupaten Karanganyar “

Biasanya para petani didaerah Karang Anyar ini menanam jagung dan singkong saat musim kemarau sedangkan dimusim hujan mereka menanam padi dan kedelai karena untuk mendapatkan hasil yang maksimal penanaman memperlukan banyak air, ia mengatakan didaerahnya tanaman tidak kekeringan saat kemarau karena ada irigasi :

Pak Patmo Sukirno : “ Di kampung sini walaupun kemarau ada irigasi jadi tidak terjadi kekeringan “

Kemudian saya menanyakan kepada pak Patmo untuk melakukan perawatan tanaman seperti penyiraman, pemupukan dan lainya.

Pak Patmo Sukirno : “ Mengairi dari irigasi 4 hari sekali, penyemprotan hama 1 minggu sepekan sekali setelah padi berusia dua minggu baru dilakukan pemupukan dan diwatun (dibuangi rumputnya) saat usia 3 minggu pencabuti rumput-rumput yang tumbuh disekeliling padi lalu 4 minggu diwatun yang kedua kali. “

Untuk mengatasi ancaman terjadinya gagal panen para petani di daerah ini melakukan penyemprotan hama setiap minggunya dan saat padi berumur 6 atau 8 minggu mereka membuat orang-orangan sawah untuk menangkal burung-burung emprit.

Pak Patmo Sukirno : “ Setiap minggunya tumbuh padi lalu diberikan semprotan hama, hamanya seperti walang sangit, tikus, dan jamur dipangkal padi serta saat padi berumur 6 atau 8 minggu (tergantung musim saat banyak burung) dibuat orang-orangan sawah untuk menangkal burung emprit. “

Dengan ini kita bisa tau bahwa pekerjaan petani tidak mudah dan proses penanaman harus menyesuaikan dengan musim. Itu berarti kita sebagai konsumen harus mensupport serta menghargai tenaga-tenaga para petani dengan cara membeli beras dan kelengkapan pangan lokal, karena usaha para petani adalah untuk kepentingan kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun