Sragen - Corona virus sudah hampir 2 tahun menyerang dunia termasuk salah satunya Indonesia yang memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian masyarakat. Beberapa karyawan disetiap perusahaan banyak yang dirumahkan dan  beberapa terpaksa di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
Para petani di kota Sragen tepatnya di daerah Karang Anyar, Jawa tengah tetap melakukan aktivitas pertanian dikala pandemi. Mereka bekerja tak kenal lelah, tak kenal letih, panas terik, apalagi tak kenal rasa takut terkena virus corona yang makin mengganas, tidak berlebihan jika mereka kita sebut dengan Pahlawan pangan.
Pak Patmo sukirno, seorang pemilik persawahan pertanian padi, jagung, dan kedelai di daerah Karang Anyar sekarang berumur 73 tahun sekarang sudah tidak bekerja, pekerjaannya sekarang digantikan oleh tenaga bayaran, Kegiatannya sekarang hanya mematau perkembangan disektor pertanian ini.
Pak Patmo mendapatkan benih untuk ia tanam ditoko bibit terkadang ia juga membelinya di kelompok tani dan pupuknya disetorkan dari PT Pupuk Kabupaten Karang Anyar :
Pak Patmo sukirno : “ Benihnya dibeli di toko bibit kadang-kadang beli dikelompok tani, pupuk dibeli dari agen pupuk yang disetorkan dari PT Pupuk Kabupaten Karanganyar “
Biasanya para petani didaerah Karang Anyar ini menanam jagung dan singkong saat musim kemarau sedangkan dimusim hujan mereka menanam padi dan kedelai karena untuk mendapatkan hasil yang maksimal penanaman memperlukan banyak air, ia mengatakan didaerahnya tanaman tidak kekeringan saat kemarau karena ada irigasi :
Pak Patmo Sukirno : “ Di kampung sini walaupun kemarau ada irigasi jadi tidak terjadi kekeringan “
Kemudian saya menanyakan kepada pak Patmo untuk melakukan perawatan tanaman seperti penyiraman, pemupukan dan lainya.
Pak Patmo Sukirno : “ Mengairi dari irigasi 4 hari sekali, penyemprotan hama 1 minggu sepekan sekali setelah padi berusia dua minggu baru dilakukan pemupukan dan diwatun (dibuangi rumputnya) saat usia 3 minggu pencabuti rumput-rumput yang tumbuh disekeliling padi lalu 4 minggu diwatun yang kedua kali. “
Untuk mengatasi ancaman terjadinya gagal panen para petani di daerah ini melakukan penyemprotan hama setiap minggunya dan saat padi berumur 6 atau 8 minggu mereka membuat orang-orangan sawah untuk menangkal burung-burung emprit.
Pak Patmo Sukirno : “ Setiap minggunya tumbuh padi lalu diberikan semprotan hama, hamanya seperti walang sangit, tikus, dan jamur dipangkal padi serta saat padi berumur 6 atau 8 minggu (tergantung musim saat banyak burung) dibuat orang-orangan sawah untuk menangkal burung emprit. “