Mohon tunggu...
Bagus Adhi
Bagus Adhi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

__

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bullying

7 November 2024   22:43 Diperbarui: 7 November 2024   22:44 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa itu Bullying?

Di kutip dari halodoc.com Bullying atau perundungan merupakan tindakan mengganggu, mengusik, atau menyakiti orang lain secara fisik atau psikis.

Tindakan ini bisa dalam bentuk bentuk kekerasan verbal, sosial, atau fisik yang dilakukan secara berulang kali dan dari waktu ke waktu.

Secara etimologi, asal usul kata bullying berarti penggertak, yaitu seseorang yang suka mengganggu yang lemah.

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA), bullying adalah penindasan atau risak (merunduk) yang dilakukan secara sengaja oleh satu orang atau sekelompok yang lebih kuat.

Tindakan ini dilakukan terus menerus dengan tujuan untuk menyakiti.

Jenis Bullying

Mengutip hasil ratas bullying Kementerian PPA menyebut ada enam kategori bullying, yaitu:

1. Kontak Fisik Langsung
Bullying secara fisik paling tampak dan mudah diidentifikasi. Contoh bullying fisik yaitu memukul, mendorong, menjambak, menendang, menampar, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi dan merusak serta menghancurkan barang-barang miliki anak yang tertindas, memeras, dan lain-lain.

2. Kontak Verbal Langsung
Bullying dalam bentuk verbal biasanya menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih lanjut. Contoh bullying verbal yaitu julukan nama, celaan, fitnah, sarkasme, merendahkan, mencela atau mengejek.

Tindakan lain yang terkategori bullying adalah mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip, penghinaan, pernyataan-pernyataan pelecehan seksual, teror, surat-surat mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip, dan sebagainya.

3. Perilaku Nonverbal Langsung
Bullying jenis ini seperti tindakan melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek atau mengancam, biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal.

4. Perilaku Nonverbal Tidak Langsung
Tindakan mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng.

5. Cyber Bullying
Tindakan menyakiti orang lain dengan sarana media elektronik (rekaman video intimidasi, pencemaran nama baik lewat media sosial).

6. Pelecehan Seksual
Kadang tindakan pelecehan dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal.

Faktor Penyebab Terjadinya Bullying

Menurut Ariesto (2009, dalam Mudjijanti, 2011) dan
Kholilah (2012), penyebab terjadinya bullying antara lain :


1. Keluarga

Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang
bermasalah seperti orang tua yang sering menghukum
anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh
stres, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari
perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang
terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya
terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang
tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia
akan belajar bahwa "mereka yang memiliki kekuatan
diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku
agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan
seseorang". Dari sini anak mengembangkan perilaku
bullying.


2. Sekolah
 Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan
bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan
mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk
melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying
berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.

3. Faktor Kelompok Sebaya 
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan
dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk
melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying
dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk
dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa
tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

Faktor internal penyebab terjadinya bullying :

 
1. Karakteristik kepribadian 
 Menurut para ahli Yinger dan Cuber dalam Rafdi, 2012
kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seseorang
individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang
berinteraksi dengan serangkaian instruksi. Kepribadian
merupakan gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang
tampak dan dapat dilihat oleh seseorang. Kepribadian
seseorang yang baik sangat mendukung terbentuknya
karakter yang baik dan sebaliknya. Jika karakteristik
mewarnai semua aktifitas yang dilakukan seseorang, maka
kepribadian adalah akibat dari semua aktivitas itu.

2. Pengalaman masa lalu
 Pengalaman anak adalah suatu kejadian yang telah
dialami anak di masa lalu. Pengalaman anak terhadap
bullying pada masa lalu dapat menjadikan anak sebagai
pelaku bullying di kemudian hari. Anak cenderung
melakukan bullying setelah mereka sendiri pernah disakiti
oleh orang yang lebih kuat. Anak yang sering menjadi
korban bullying, kemungkinan besar akan ikut melakukan
bullying, atau setidaknya menganggap bullying sebagai hal
wajar dan akan membiarkan bullying terjadi begitu saja di
lingkungannya tanpa melakukan tindakan untuk
menghentikannya (sikap positif terhadap bullying)
(Levianti, 2008).

 
3. Pola asuh
 Brooks (2011) mendefiniskan bahwa pola asuh adalah
sebuah proses dimana orang tua sebagai individu yang
melindungi dan membimbing dari bayi sampai dewasa serta
orang tua juga menjaga dengan perkembangan anak pada
seluruh periode perkembangan yang panjang dalam
kehidupan anak untuk memberikan tanggung jawab dan
perhatian yang mencakup : kasih sayang dan hubungan
dengan anak yang terus berlangsung, kebutuhan material
seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal, disiplin yang 
bertanggung jawab, menghindarkan diri dari kecelakaan dan kritikan pedas serta hukuman fisik yang berbahaya,pendidikan intelektual dan moral, persiapan untuk bertanggung jawab sebagai orang dewasa, mempertanggung jawabkan tindakan anak pada masayarakat luas.Berdasarkan definisi pengasuhan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh merupakan suatu proses perlakuan yang diaplikasikan oleh orang tua kepada anak yang terbentuk oleh budaya dan lingkungan sekitar yang berlangsung seumur hidup, terikat, berproses, setulus hati dan penuh kasih sayang.

Dampak Bullying

Bullying memberikan dampak negatif terhadap pelaku dan
korban. Dampak terbesar dialami oleh korban bullying
(Soedjatmiko, 2013). Dampak yang dialami oleh korban
bullying adalah mengalami berbagai macam gangguan yang
meliputi kesejahteraan psikologis yang rendah (low
psychological well-being) dimana korban akan merasa tidak
nyaman, takut, rendah diri, serta tidak berharga, penyesuaian
sosial yang buruk di mana korban merasa takut ke sekolah
bahkan tidak mau sekolah dan menarik diri dari pergaulan(Akbar, 2013). Bullying merupakan tindakan intimidasi bagi
anak. Intimidasi secara fisik ataupun verbal dapat menimbulkan
depresi. Depresi pada anak-anak dan remaja diasosiasikan
dengan meningkatnya perilaku bunuh diri (Firmiana, 2013).

Cara Mencegah Bullying

Di kutip dari halodoc.com Pencegahan bullying bisa dilakukan dengan membicarakan dengan anak seputar apa yang mereka anggap sebagai perilaku baik dan buruk di sekolah, di lingkungan sekitar maupun di media sosial.

Pastikan orang tua memiliki komunikasi terbuka dengan anak supaya mereka merasa nyaman memberi tahu apa pun yang terjadi dalam hidupnya.

Lakukan pencegahan bullying secara menyeluruh dan terpadu. Langkah preventif ini bisa mulai dari anak, keluarga, sekolah maupun masyarakat. 

1. Pencegahan melalui anak

Ajari anak agar mampu mendeteksi potensi terjadinya bullying sedini mungkin.

Dorong mereka agar bisa melawan tindakan perundungan yang menimpanya.

Berikut cara yang bisa ibu lakukan untuk mencegah bullying dalam keluarga:

  • Hindari kelompok yang suka merundung.
  • Ajarkan anak untuk memilih kelompok bermain yang tepat.
  • Kenalkan anak pada orang dewasa yang bisa membantu mereka saat mengalami perundungan. Misalnya, guru atau pendamping pada lokasi tertentu.
  • Ajarkan anak untuk mengolah emosi saat mengalami perundungan. 
  • Minta anak untuk selalu terbuka dan bercerita mengenai segala bentuk perundungan yang terjadi. 

Baca artikel berikut ini untuk mengajarkan anak untuk membela diri saat mengalami bullying Cara Ajarkan Anak Membela Diri saat Di-bully.

Orang tua juga perlu mengajarkan anak supaya bisa memberikan bantuan saat melihat bullying. 

2. Pencegahan dari keluarga

Keluarga bisa melakukan beberapa pencegahan untuk menghindari anak dari perundungan, seperti:

  • Perkuat pola asuh yang mengajarkan cinta kasih kepada sesama dan menanamkan nilai-nilai keagamaan. 
  • Bentuk lingkungan yang penuh kasih sayang dan aman. 
  • Bangun rasa percaya diri anak.
  • Pupuk rasa keberaniannya.
  • Tanamkan ketegasan dalam dirinya. 
  • Ajarkan etika dan gugah rasa empatinya supaya anak bisa menghargai dan peduli terhadap sesama.
  • Jangan ragu untuk memberikan teguran saat ia melakukan kesalahan.
  • Selalu dampingi anak dalam menyerap informasi dari televisi, internet dan media elektronik lainnya.

3. Pencegahan di sekolah

Berikut tindakan preventif bullying yang bisa dilakukan sekolah:

  • Membuat sistem pencegahan berupa pesan kepada murid, bahwa sekolah tidak menerima perilaku bully di sekolah dan membuat kebijakan "anti bullying".
  • Bangun komunikasi efektif antara guru dan murid.
  • Rutin membuka ruang diskusi dan ceramah mengenai perilaku bully di sekolah.
  • Ciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif.
  • Menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban bully.
  • Melakukan pertemuan berkala dengan orangtua atau komite sekolah.
  • Mengajarkan anak-anak mengenai dampak negatif dari bullying.
  • Tingkatkan kepercayaan diri anak-anak dengan memberikan dukungan pada anak.
  • Pastikan guru memberikan contoh pada murid dengan menghargai seluruh anggota sekolah.
  • Ingatkan pada murid untuk selalu membantu dan memberikan perlindungan pada korban bullying. 
  • Ajak murid untuk banyak melakukan kegiatan positif yang mereka sukai.

4. Pencegahan di masyarakat

Salah satu contohnya dengan membangun kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak, mulai dari tingkat desa atau kampung.

Dalam masyarakat ada beberapa hal yang bisa berguna sebagai pencegahan, seperti:.

  • Ajarkan kelompok muda untuk melakukan berbagai kegiatan sosial.
  • Membangun kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak. Caranya bisa dimulai dari tingkat desa/kampung (Perlindungan Anak Terintegrasi Berbasis MAsyarakat : PATBM). 

Berbagai tindakan sebagai langkah pencegahan perlu anak-anak kenal sejak dini.

Hal ini karena tindakan perundungan dapat terjadi kapan saja. Lalu, bullying bisa terjadi dimana saja?

Tindakan tidak terpuji ini bisa terjadi pada lingkungan sekolah, pekerjaan, keluarga, hingga pertemanan.

Jadi, sebaiknya pastikan anak-anak mengetahui dampak spesifik bagi korban maupun pelaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun