Mohon tunggu...
Bagus Handoko
Bagus Handoko Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Indonesian,old days public policy consultant, long life motorbike rider, travel photographer, soldier of fortune, mercenary of love

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jika Alex Ferguson Pernah Diragukan, Begitu Pula Anies Baswedan

25 September 2013   13:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:25 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika saya bertemu Anies Baswedan terkait keikutsertaannya ke Konvensi Demokrat, kisah Fergie menjadi salah satu acuan saya untuk mendukung Anies. Demokrat saat ini, tak ubahnya United di tahun 1986. Elektabilitas merosot, disiplin kader amburadul. Kadernya alkoholik berat, alkoholik terhadap kekuasaan dan uang. Playmaker-nya dikejar-kejar KPK. Demokrat hampir di titik nadir.

Anies, bisa saja menolak undangan konvensi. Kesan Anies di mata masyarakat sudah baik dengan program dan tulisan-tulisannya yang humanis, he is Mr. Clean. Tetapi ia memilih memasuki ranah yang disadari akan penuh caci maki (toh tetap ada yang memuji). Ia berani melawan opini publik. Tujuan Anies cuma satu, bahwa apa yang dilakukannya ini demi kebaikan. Bahwa orang baik perlu lebih banyak turuntangan mengurusi persoalan negeri ini, salah satunya lewat politik. Bahwa orang baik seharusnya tidak menunggu semuanya lancar lalu baru berbuat.

Apa yang dilakukan Anies saat ini, mungkin seperti Fergie dahulu, tak banyak orang yang tahu dan tak banyak yang paham. Ketika waktunya tepat, dan semuanya siap, hasilnya baru akan terasa. Satu hal yang pasti, seperti Fergie, Anies butuh waktu dan gelanggang. Jika Fergie menemukan gelanggang pertarungannya di Old Trafford, maka Anies di Konvensi Demokrat. Jika kita hanya nyinyir Anies belum berpengalaman tanpa mempersilakan ia bertarung, maka kita telah terperangkap hipokrisi.

Sepak bola dan politik memang beda. Anies dan Fergie pun beda secara individu. Satu hal yang pasti, pemimpin hebat tidak lahir dari arena yang biasa-biasa saja. Seringkali pemimpin hebat ditempa dahulu dari kondisi serba minim, dari masa-masa sulit dan keberaniannya untuk mengambil keputusan memilih jalan terjal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun