1. Turki adalah negeri Muslim.
2. Beasiswa Turki adalah beasiswa Fully Funded, yang mencakup pesawat, uang makan, uang bulanan, uang kuliah, dan bahkan transportasi. Beasiswa selain Turki yang kudapatkan tidak mencakup biaya pesawat, uang yang seharusnya kugunakan untuk ongkos ke Romania, digunakan untuk hal lain.
3. Selain itu ada hal yang tidak bisa dinilai dengan uang dan popularitas, yaitu waktu dan tempat untuk solat, juga bahkan keberadaan makanan halal.
4. Jurusan BAHASA. Salah satu passion utamaku. Bagiku, bahasa adalah sumber ilmu pengetahuan. Jika Allah tidak menciptakan bahasa, apa yang bisa kita lakukan?
5. Prospek menjadi seorang Hoca (Guru), profesi yang sangat mulia, di mana aku bisa menjembatani siswa-siswa Indonesia maupun internasional, agar dapat belajar atau berkuliah di tempat terbaik, aamiin.
 PASCA LOLOS BEASISWA
BINGUNG, perjuanganku untuk mengambil beasiswa pun memerlukan begitu banyak tenaga dan uang. Aku bingung siapa yang dapat membantuku. Aku tidak mungkin datang ke kantor Desa atau Kabupaten untuk meminta uang. Mereka bukan siapa-siapaku. Sampai aku pun memaksakan diri meminjam dana pada kerabat-kerabatku untuk membeli berbagai keperluan, seperti ongkos bolak-balik Bogor-Jakarta, laptop, handphone, dan lain-lain.
Aku pernah disarankan oleh guru dan teman-temanku untuk membuat dan mencoba menyerahkan proposal dana bantuan pendidikan kepada lembaga pemerintah setempat atau daerah, seperti ke Dinas-dinas Kabupaten, BAZNAS, Kemdikbud, Kemenag, dan lain-lain. Namun, aku apatis dengan semua itu. Aku yakin, aku hanya akan membuang-buang waktu untuk membuat proposal yang pada akhirnya akan menjadi sampah, sekalipun di ACC, kemungkinannya hanya 0,01%, bagi diriku sebagai orang luar. Lagi pula, aku tidak mau mengganggu mereka yang begitu sibuk mengurus kepentingan rakyat. Apalagi di tengah pandemi seperti itu.
Dulu saja, saat aku meminta surat rekomendasi dari kemenag kabupaten pun tidak kunjung diberikan, padahal aku sudah memberikan pengantarnya, dan aku akan membayar biaya jasa pembuatannya. Tidak masalah. Itu sudah berlalu, dan mereka tidaklah penting bagiku. Yang menjadi kewajibanku kali ini adalah tetap bersyukur pada apa yang telah Allah berikan. Dengan pinjaman dari kerabatku, aku benar-benar merasa sangat beruntung karena aku tidak terikat riba, dan tidak perlu berhutang pada lebih banyak orang alias dana masyarakat Indonesiaku.
Saat ini, yang menjadi tujuanku hanya satu: Istiqomah untuk meraih Ridha Allah.
Saat ini, yang menjadi langkahku hanya satu: Ibadah kepada Allah.