Toh, teman-teman Dubasku yang lain kebanyakan siswa MIPA. Itu seharusnya tidak menjadi masalah. Setiap orang punya bakatnya masing-masing. Meskipun begitu, alhamdulillah, di sekolah aku selalu memperoleh peringkat 3 besar Paralel MIPA. Saat itu, Aku aktif di organisasi ROHIS dan berperan sebagai Kepala Divisi Humas. Aku berteman dengan siapa saja dan suka belajar bersama.
Sebenarnya, selama di SMA banyak sekali problem yang kualami. Aku sangat sering curhat pada Guruku, Mama Jojoh, Coach Pirman, dan Dina Sensei. Hanya saja, aku selalu berusaha untuk melupakan masalahku. Bagiku, itu terlalu privasi untuk diceritakan, karena ini berhubungan gangguan mentalku. Bagiku, masa-masa SMA bukanlah masa-masa menyenangkan. Itu adalah masa paling kelam dalam hidupku, di mana saat itu pun perasaan, emosi, dan semuanya teraktivasi dalam diriku. Too sensitive. Sulit dimengerti memang. Namun, tidak apa-apa. Itu semua sudah berlalu.
Satu hal yang paling kusyukuri, di mana aku masih dikelilingi oleh orang tersayangku, keluargaku (meskipun menyebalkan, hehehe), guru-guru yang selalu mendukungku (Mama Jojoh, Bro Pirman, Dina Sensei, Bu Teti, Bu Herly, Bu Nunung, Umi Ade dan lainnya), juga sahabat-sahabat yang selalu ada bersamaku.
PERJUANGAN MENDAFTAR DAN MEMPEROLEH BEASISWA
Aku mulai mencari-cari informasi beasiswa dalam dan luar negeri sejak kelas 11 SMA. Di samping itu, aku tidak lupa mempersiapkan diri untuk seleksi SNMPTN, SBMPTN (UTBK), dan bahkan Ujian Mandiri, meskipun pada akhirnya, tidak ada satu pun PTN Indo yang aku daftarkan (UI, IPB, UIN JKT, UIN SGD, UNY, dan UNTIRTA) yang mau menerimaku, alias aku gagal dalam seleksi nasional di negeriku, hehehe, bagiku tidak apa-apa, bukankah kasus ini terdengar lumrah?
Aku mengasah skill bahasa Inggris hanya dalam waktu enam bulan. Aku pun mempersiapkan berbagai macam persyaratan, seperti KTP, KK, Akta Kelahiran, Paspor, Transkrip Nilai, sertifikat prestasi, surat rekomendasi, dan Ijazah setelah lulus SMA. Aku menerjemahkan transkrip dan ijazahku sendirian dan hanya memerlukan persetujuan atau tanda tangan kepala sekolah.
Awalnya banyak sekali yang meragukan langkahku, terutama keluargaku. Namun, aku tidak menghiraukan mereka. Aku pun mendaftar banyak beasiswa yang bisa diikuti oleh siswa kelas 12 atau siswa yang akan lulus pada tahun yang sama. Aku pun menemukan beberapa beasiswa luar negeri yang sesuai dengan kapasitasku: Ton Duc Thang University Scholarship Vietnam, Romanian Government Scholarship, Eduversal Scholarship Batch Kamboja, dan Turkiye Burslari Scholarship.
Saat aku mendaftar keempatnya, alhamdulillah ala kulli haal, aku lolos keempatnya. Aku sangat bersyukur pada Allah dan aku pun menjalani istikhoroh, tahajjud, berkepanjangan. Aku menimbang-nimbang begitu banyak hal, hingga pada akhirnya Allah lebih Ridha agar aku memilih beasiswa Turki.
Seiring berjalannya waktu, aku pun tersadar akan beberapa hal yang menjadi pertimbangan utamaku: