Maklum, aturan lockdown akibat pandemi masih berlaku. Demi menggenjot tingkat pariwisata, pelancong dari luar negeri dibolehkan untuk melalang buana di Turki. Sedangkan, bagi para warga setempat dilarang berkeliaran atau akan dikenakan sanksi.
Minimnya kehadiran manusia di sekitaran tempat wisata Bursa, membuat saya begitu mudah mendengar suara angin dan kicauan belasan burung yang saling bersahutan. Juga suara hancurnya daun kering akibat terinjak kaki kami yang ikut membumbui orkestra alam.Â
Pengalaman itu kami jalani ketika sedang berada di Komplek Muradiye (Muradiye Külliyesi) yang berisikan masjid, pemakaman, madrasah, pemandian, rumah sakit, dan air mancur.Â
Mehmed I Celebi merupakan pendiri dari komplek tersebut, yang berkuasa menjadi Sultan Ustmaniyah pada periode awal kekuasaan dinasti Ottoman antara tahun 1413 hingga 1421. Di sana, salah satu tempat yang paling bersejarah adalah YeÅŸil Camii atau Masjid Hijau karena didirikan antara tahun 1419 hingga 1420.Â
Keberadaan Masjid Hijau juga menjadi simbol awal kebangkitan dinasti setelah melewati periode interregnum atau perang saudara yang terjadi belasan tahun lamanya, sebelum akhirnya Mehmed I memimpin roda pemerintahan Ottoman. Pada tahun 2014, bangunan itu baru terdaftar di UNESCO World Heritage.
Di seberang YeÅŸil Camii, juga terdapat bangunan yang berisi makam Mehmed I. Namun, saat itu kami tidak diperbolehkan masuk karena sedang ada proses perbaikan (seingat saya alasannya begitu). Wisata di Komplek Muradiye berakhir di Rumah Sutra atau Silk House, sebuah toko yang menjual aneka ragam aksesoris.Â
Saya tak begitu tertarik untuk membeli. Sehingga, saya hanya menghabiskan waktu dengan melihat-lihat saja. Sekitar 30 menit kemudian, kami kembali lagi ke bus guna menuju restoran, lalu ke destinasi selanjutnya.Â
Setelah makan siang, kami sampai di Ulu Camii atau Masjid Agung yang terbesar di kota Bursa. Pendirian masjid yang terletak di Bursa disebabkan kota itu merupakan ibukota pertama dinasti Ottoman.  Pada tahun 1396 hingga 1399, Bayezid I (dikenal dengan panggilan Yıldırım) mendirikan Masjid Agung pasca memenangi peperangan di Nicopolis.Â