Beberapa menit sehabis menaiki bus, pemandu wisata menjelaskan tentang bagaimana budaya setempat dan sejumlah fakta menarik tentang negara tersebut. Dia juga memberitahu terkait aturan dan peringatan yang sebaiknya dipatuhi agar kami aman serta nyaman selama melancong di Turki.
Dalam perjalanan kami, terdapat pula seorang pramuwisata dari warga lokal yang dapat berbahasa Indonesia. Namanya Jihan, terdengar seperti Cihan jika menggunakan logat Turki. Dia sudah bekerja sangat lama menekuni profesi tersebut. Seingat saya sekitar 20 tahun. Sehingga, tidak heran jika telah banyak negara yang ia kunjungi.Â
Kemampuannya berbahasa Indonesia cukup baik, karena sempat belajar di Yogyakarta selama setahun. Karena penggunaan bahasa yang baku, saya justru semakin mudah menangkap penjabarannya secara mendalam tentang negara asalnya.Â
Jihan menjelaskan dengan cukup terperinci yang kaya akan informasi. Saya sangat menikmati ketika mendengar Jihan berbicara, sembari memperhatikan apa yang ada di sekeliling jalanan.
Pemandangan pertama yang menarik perhatian saya adalah Selat Bosphorus. Jihan menyebutkan bahwa selat tersebut merupakan penghubung antara dua benua, yakni Eropa dan Asia. Dia mengatakan ketika bus kami sedang melalui Jembatan Bosphorus yang menggantung dan melintang di atas selat Bosphorus.Â
Dalam artikel yang ditulis Kurnia Yustiana, disebutkan jembatan itu menghubungkan Ortakoy di sisi Eropa Istanbul dan Beylerbeyi di Anatolia pada sisi Asia Istanbul.Â
Pada wilayah Eropa, lanjut Kurnia, dijadikan sebagai pusat bisnis serta perdagangan. Sedangkan pada wilayah Asia, secara umum dimanfaatkan untuk pemukiman warga.
Selanjutnya, kami juga melalui Jembatan Osmangazi yang panjangnya mencapai 2.682 meter atau terpanjang ke-4 di dunia. Menurut Zahidin, Direktur Jawa Pos Radar Bojonegoro, nama jembatan diberikan atas dasar mengenang pendiri Kerajaan Ustmaniyah atau Ottoman yang bernama Osman Gazi.
Melalui penghubung itu pula kami mengunjungi Kota Bursa, yang notabene tempat keberadaan makam bapak pendiri dinasti tersebut.Â
Sesampainya di tujuan, kami melihat situasi lingkungan yang sangat sepi dari pengunjung lokal maupun turis. Â Mungkin hanya ada dua rombongan wisatawan saja.Â