Dewasa ini transportasi umum menjadi salah satu mobilitas yang banyak digemari penduduk kota besar di Indonesia. KAI Commuter merupakan salah satu dari sekian banyak transportasi umum andalan masyarakat kota besar khususnya di daerah Jabodetabek.
KAI Commuter yang merupakan anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah bertransformasi menjadi salah satu penyedia jasa angkutan umum terbesar di Pulau Jawa. KRL Commuter Line yang dioperasikan oleh KAI Commuter merupakan sistem kereta cepat yang telah lama beroperasi di Indonesia sejak dari tahun 1925.
Setelah mengalami sejarah yang panjang KRL Commuter Line telah mendapat tempat di hati masyarakat sebagai moda transportasi umum yang efisien dan efektif dalam perjalanan. Perkembangan demi perkembangan terus digencarkan oleh KAI Commuter agar selalu menjadi moda transportasi yang terbaik supaya terciptanya kemudahan dalam mobilitas masyarakat di Indonesia.
Namun, Ketersedian KRLÂ Commuter Line yang tidak menjamah seluruh wilayah di Indonesia membuat beberapa wilayah di luar pulau Jawa tidak bisa menikmati moda transportasi tersebut. Beruntunglah bagi si rantau yang mengadu nasib di kota besar atau si kaya yang sekedar bertamasya untuk menghibur suntuk semata, bisa mencicipi transportasi umum andalan yang katanya murah, cepat, aman, dan nyaman tersebut.
Bagi kaum pinggiran Indonesia mencoba naik Commuter Line merupakan salah satu pengalaman yang menarik. Dari sebuah pengalaman tadi saya menulis beragam peristiwa, fenomena, dan masalah yang saya lalui ketika mencicip moda transportasi KRL Commuter Line.
Mencoba kembali lagi ke Jakarta setelah sekian lama menetap di Kota Painan yang terletak di Provinsi Sumatra Barat merupakan sebuah loncatan yang serius selepas menamatkan Sekolah Menangah Atas di kota kelahiran. Painan yang merupakan sebuah kota kecil yang terletak di pesisir pantai Sumatra Barat bisa dibilang jauh dari hiruk pikuk suasana kota metropolitan.
Beruntung bukanlah pertama kali saya ke Kota Jakarta karena sewaktu Sekolah Dasar dahulu Orang tua pernah menetap di sana. Satu hal yang membekas diingatan adalah pengalaman menaiki Commuter Line sewaktu kecil. Hal itu pula yang membawa saya balik lagi dan merasakan kembali agar diperjelas memori masa lalu ketika menaiki KRL Commuter Line sewaktu Sekolah Dasar dahulu.
Titik awal saya yaitu Stasiun Kramat yang terletak di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Menuju gerbang masuk stasiun saya dikejutkan dengan sistem kartu elektronik atau KMT, saya diharuskan membayar uang deposit awal untuk sebuah kartu multi trip (KMT) di loket pembayaran, setelah itu kartu yang diberikan oleh petugas loket tersebut digunakan untuk masuk kedalam kawasan peron yang merupakan tempat tunggu kedatangan kereta api.
Tidak berselang lama menunggu akhirnya KRL yang dinantikan telah berlabuh di Stasiun Kramat. Tiket yang saya beli yaitu tiket perjalanan menuju Stasiun Serpong, tidak menunggu waktu lama akhirnya saya memasuki gerbong KRL dari peron stasiun. Dalam KRL suasana berangsur berubah, stasiun demi stasiun yang dilewati penumpang pun mulai bertambah pula banyaknya, akhirnya sesak menyelimuti sepanjang perjalanan.
Setelah melewati beberapa stasiun akhirnya tibalah di Stasiun Tanah Abang yang merupakan tempat transit untuk kereta selanjutnya. Stasiun Tanah abang yang merupakan sebuah stasiun transit menggambarkan bagaimana sebuah Kota metropolitan yang sesungguhnya, lautan manusia menjadi horizon penglihatan yang dominan. Setiap sudut stasiun dipenuhi oleh manusia-manusia yang beragam, bentuk heterogenitas tergambar jelas dari kumpulan masyarakat yang majemuk tersebut. Fenomena sosial yang bisa tergambar jelas dari sebuah Stasiun kereta api di Kota Jakarta.