Mohon tunggu...
M Bagas Wahyu Pratama
M Bagas Wahyu Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pemilu 2024: Apa Strategi Terbaik untuk Menggaet Suara Anak Muda?

5 Juni 2022   06:23 Diperbarui: 5 Juni 2022   12:55 2218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kontestasi pemilihan umum di Indonesia selalu menarik untuk diikuti. Dua tahun mendatang tepatnya pada tahun 2024, rakyat Indonesia akan menggelar hajatan besar politik untuk memilih calon presiden dan wakil presiden serta memilih anggota legislatif di berbagai jenjang pemerintahan. 

Beberapa partai dan kadernya juga sudah mulai aktif menyebar berbagai media kampanye baik baliho, poster, kalender, dan berbagai alat kampanye lainnya meskipun saat ini belum masuk masa kampanye.

Di sisi lain, ada fakta menarik terkait dengan pemilu tahun 2024 mendatang, di mana menurut data yang dirilis oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan bahwa pada tahun 2024 mendatang mayoritas pemilih yang masuk dalam daftar pemilih tetap adalah mereka yang berada di rentang usia antara 17-40 tahun. Kelompok usia yang pada pemilu 2019 hanya berjumlah 30-40% kini meningkat hampir 2 kali lipatnya.

Menyikapi fakta-fakta d atas tentunya partai politik harus mengevaluasi strategi politik yang mungkin sukses menjaring banyak suara di tahun 2019. 

Perubahan kelompok pemilih dan pola komunikasi politik harus menjadi perhatian utama agar partai politik tidak kehilangan suara dari kelompok-kelompok potensial ini.

Gaya Politik Generasi Muda Saat Ini

Dominasi Gen Milenial dan Gen Z sudah pasti akan menjadi perhatian serius bagi partai-partai politik. 

Generasi Milenial dan Z dikenal sebagai kelompok generasi yang kritis tapi cenderung apatis. Kritis terhadap berbagai isu kebijakan publik tetapi juga cenderung apatis terhadap isu-isu politik praktis.

Keengganan anak muda untuk terlibat dalam isu-isu politik praktis tidak terlepas dari pandangan buruk terhadap berbagai aktivitas politik itu sendiri. Aktivitas politik praktis seringkali dikonotasikan sebagai perbuatan jahat yang merujuk pada perbuatan adu domba, merusak persaudaraan, bahkan dalam fase yang lebih lanjut dapat menyebabkan polarisasi politik yang berujung pada perpecahan antar kelompok masyarakat.

Selain itu, kelekatan mereka dengan media digital juga harus menjadi perhatian serius bagi partai politik. Kelompok muda saat ini lebih suka dengan branding politik yang dilakukan secara halus dan humanis, tidak memaksa tetapi tetap menyisipkan nilai-nilai demokrasi positif yang menarik untuk diikuti oleh anak muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun