Kontestasi pemilihan umum di Indonesia selalu menarik untuk diikuti. Dua tahun mendatang tepatnya pada tahun 2024, rakyat Indonesia akan menggelar hajatan besar politik untuk memilih calon presiden dan wakil presiden serta memilih anggota legislatif di berbagai jenjang pemerintahan.Â
Beberapa partai dan kadernya juga sudah mulai aktif menyebar berbagai media kampanye baik baliho, poster, kalender, dan berbagai alat kampanye lainnya meskipun saat ini belum masuk masa kampanye.
Di sisi lain, ada fakta menarik terkait dengan pemilu tahun 2024 mendatang, di mana menurut data yang dirilis oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan bahwa pada tahun 2024 mendatang mayoritas pemilih yang masuk dalam daftar pemilih tetap adalah mereka yang berada di rentang usia antara 17-40 tahun. Kelompok usia yang pada pemilu 2019 hanya berjumlah 30-40% kini meningkat hampir 2 kali lipatnya.
Menyikapi fakta-fakta d atas tentunya partai politik harus mengevaluasi strategi politik yang mungkin sukses menjaring banyak suara di tahun 2019.Â
Perubahan kelompok pemilih dan pola komunikasi politik harus menjadi perhatian utama agar partai politik tidak kehilangan suara dari kelompok-kelompok potensial ini.
Gaya Politik Generasi Muda Saat Ini
Dominasi Gen Milenial dan Gen Z sudah pasti akan menjadi perhatian serius bagi partai-partai politik.Â
Generasi Milenial dan Z dikenal sebagai kelompok generasi yang kritis tapi cenderung apatis. Kritis terhadap berbagai isu kebijakan publik tetapi juga cenderung apatis terhadap isu-isu politik praktis.
Keengganan anak muda untuk terlibat dalam isu-isu politik praktis tidak terlepas dari pandangan buruk terhadap berbagai aktivitas politik itu sendiri. Aktivitas politik praktis seringkali dikonotasikan sebagai perbuatan jahat yang merujuk pada perbuatan adu domba, merusak persaudaraan, bahkan dalam fase yang lebih lanjut dapat menyebabkan polarisasi politik yang berujung pada perpecahan antar kelompok masyarakat.
Selain itu, kelekatan mereka dengan media digital juga harus menjadi perhatian serius bagi partai politik. Kelompok muda saat ini lebih suka dengan branding politik yang dilakukan secara halus dan humanis, tidak memaksa tetapi tetap menyisipkan nilai-nilai demokrasi positif yang menarik untuk diikuti oleh anak muda.