Mohon tunggu...
BAGAS SYABANISABRAWERA
BAGAS SYABANISABRAWERA Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Teknologi Digital Bandung

Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Jaringan Bisnis dalam Upaya Pengembangan Usaha (Studi Kasus pada Moriska Baby)

17 Mei 2024   14:14 Diperbarui: 18 Mei 2024   13:35 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

TINJAUAN PUSTAKA

1.   Jaringan Bisnis

     Beberapa teori mengenai jaringan bisnis meliputi pengertian, manfaat dan jenis-jenis jaringan bisnis.

1.1   Pengertian Jaringan Bisnis

     Di era yang sudah modern sekarang, suatu bisnis akan cepat berkembang apabila bisnis tersebut mampu banyak berkolaborasi dengan berbagai elemen atau jaringan bisnis lain untuk melakukan kerjasama dalam mengembangkan bisnisnya. Mengutip dari (Irawan, 2020: 107), jaringan bisnis adalah kerjasama usaha, akses dan hubungan-hubungan dengan pihak ketiga (perusahaan lain, lembaga keuangan, lembaga lainnya) yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjalankan usahanya secara efektif dan efisien, sehingga dapat dicapai produktivitas dan daya saing yang tinggi yang pada akhirnya perusahaan dapat mencapai profit dan perkembangan usaha yang diharapkan. Selain itu, (Rijal, 2023: 177) mengatakan bahwa jaringan bisnis merupakan sebuah jaringan yang mengacu  pada  koneksi  dan  hubungan  yang  dibentuk  oleh perusahaan dengan organisasi lain, termasuk pemasok, pelanggan, pesaing dan pemangku kepentingan lainnya, yang pada akhirnya jaringan bisnis akan memfasilitasi pertukaran sumber daya, pengetahuan dan informasi yang menciptakan peluang untuk kolaborasi, pembelajaran yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak baik itu perusahaan maupun jaringan bisnisnya.

     Jaringan bisnis mempunyai peran penting dalam pengembangan suatu bisnis. Mengutip (Irawan, 2020: 104), jaringan bisnis merupakan salah satu faktor penting dalam bisnis untuk meningkatkan skala ekonomi, pengelolaan bisnis yang efisien dan memperluas pangsa pasar. Usaha yang memiliki jaringan bisnis yang kuat akan menjadi modal untuk dapat melaksanakan kegiatan operasinya secara efektif dan efisien, sehingga jaringan bisnis juga dapat menjadi modal daya saing perusahaan.

Dari beberapa pengertian mengenai jaringan bisnis tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa jaringan bisnis merupakan hubungan saling menguntungkan yang dilakukan melalui kerjasama antara perusahaan dengan pihak luar perusahaan baik organisasi maupun perorangan. Manfaat utama dari jaringan bisnis yaitu untuk mempermudah dan mempercepat aliran informasi mengenai aktivitas dalam suatu perusahaan. Dengan adanya jaringan bisnis, perusahaan akan mendapatkan pengalaman bisnis secara langsung dengan berbagai elemen-elemen bisnis seperti  pemasok, pedagang, pelanggan dan lainnya. Elemen-elemen tersebut yang akan memberikan aliran informasi yang bermanfaat kepada perusahaan, sehingga informasi tersebut yang akan dijadikan modal oleh perusahaan untuk menyusun berbagai strategi-strategi yang akan dilakukan untuk mengembangkan usahanya.

1.2   Manfaat Jaringan Bisnis

     Banyak manfaat yang akan dirasakan perusahaan ketika bekerjasama dengan jaringan bisnisnya. Mengutip dari (Irawan, 2020: 107), beberapa manfaat yang dapat diperoleh ketika suatu usaha memiliki jaringan bisnis adalah:

1. Meningkatkan posisi tawar

2. Mencapai skala ekonomi yang efisien

3. Meningkatkan kinerja perusahaan

4. Membangun pengaruh dan kekuatan pasar

5. Membangun kemampuan daya saing

6. Menyusun kekuatan bersama untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan

7. Memudahkan dalam mengakses jasa-jasa seperti konsultansi manajemen, akuntansi, penelitian pasar

8. Memudahkan dalam mendapatkan atau memperluas informasi pasar

9. Memudahkan untuk mendapatkan tambahan modal usaha

10. Mengurangi biaya transaksi

11. Memudahkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasar atau kontrak-kontrak pasar yang lebih besar

12. Mengurangi beban resiko dengan cara tanggung renteng

13. Dapat menjaga kestabilan harga dari pesaing

14. Keberlanjutan usaha terjamin.

     Dari beberapa teori mengenai manfaat jaringan bisnis tersebut, dapat dikatakan bahwa manfaat utama dari jaringan bisnis adalah memberikan informasi mengenai aktivitas bisnis yang sedang dilakukan. Melalui informasi tersebut sebuah perusahaan dapat melakukan berbagai strategi inovasi agar produk yang mereka tawarkan dapat sesuai dengan kebutuhan konsumennya di pasar. Melalui kerjasama dengan jaringan bisnisnya suatu perusahaan dapat terus eksis dan bersaing dengan berbagai kompetitornya.

1.3   Jenis-Jenis Jaringan Bisnis

     Jaringan bisnis bukan hanya hubungan antara pemasok dan pembeli, jaringan bisnis juga memiliki jenis-jenis yang banyak berdasarkan fungsinya masing-masing. Mengutip dari (Giawa, 2021: 3), jenis-jenis jaringan bisnis berdasarkan fungsi bisnisnya, antara lain:

1. Jaringan Pemasaran

     Untuk keberhasilan dalam pemasaran produk dan layanannya, suatu usaha perlu memiliki jaringan pemasaran yang handal, yang selalu siap menyerap produk dan layanan usaha dengan volume, harga dan waktu yang tepat atau membantu kegiatan pemasaran. Dengan begitu jaringan pemasaran ini dapat terdiri dari jaringan inti dan penunjang. Jaringan inti dapat terdiri dari para perantara pemasaran seperti grosir, pengecer, agen dan perantara pemasaran lainnya. Sedangkan jaringan penunjang adalah suatu lembaga atau pihak ketiga yang berperan sebagai penunjang kesuksesan pemasaran, seperti perusahaan atau lembaga yang bergerak dalam bidang promosi, ekspedisi, transportasi, informasi pasar dan lain-lain. Lembaga-lembaga atau pihak ketiga tersebut dapat merupakan lembaga pemerintah, lembaga bisnis dan lembaga lainnya.

2. Jaringan Produksi atau Operasi

     Jaringan Produksi meliputi kerjasama usaha dan hubungan-hubungan dengan berbagai pihak (produsen, pemasok dan pihak lainnya) yang dibutuhkan untuk menjamin proses produksi atau operasi dapat berjalan dengan baik. Dengan jaringan produksi yang kuat maka kapasitas produksi perusahaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan (fleksibilitas dalam kapasitas), dapat dilakukan semacam pembagian tugas produksi sesuai dengan keunggulan anggota jaringan, sehingga proses produksi dapat dilakukan lebih efisien, dapat melakukan produksi yang besar melalui subkontrak/maklon ataupun melakukan kerjasama sehingga dapat memenuhi permintaan yang besar dengan cara yang ekonomis.

3. Jaringan Keuangan atau Pembiayaan

     Jaringan keuangan menyangkut kerjasama hubungan-hubungan dan akses ke sumber pembiayaan, baik lembaga keuangan bank, maupun non bank. Jaringan keuangan atau pembiayaan ini diperlukan perusahaan untuk pemenuhan kebutuhan modal perusahaan secara efektif dan efisien. Selain itu juga, jaringan atau lembaga keuangan diperlukan untuk kemudahan-kemudahan dalam melakukan transaksi baik di dalam maupun luar perusahaan.

2.   Produksi

     Beberapa teori mengenai produksi berikut meliputi pengertian, manfaat dan jenis-jenis produksi.

2.1   Pengertian Produksi

     Membuat produk di dalam perusahaan merupakan kegiatan yang cukup penting dan sangat menentukan. Dapat dikatakan bahwa produksi merupakan dapurnya perusahaan. Mengutip dari (Harjadi, 2015: 140), produksi adalah semua kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia, proses produksi dilakukan dengan mengkombinasikan tiga aspek yaitu bahan baku, sumber daya manusia dan mesin beserta perlengkapannya.

Sedangkan (Vadilla Mutia Zahara, 2020: 92) mendefinisikan bahwa produksi adalah usaha untuk menciptakan, meningkatkan manfaat barang dengan mengkombinasikan faktor-faktor produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen, proses produksi meliputi seluruh aktivitas perubahan input menjadi output hingga barang atau jasa sampai ke tangan konsumen. Selain itu, (Sumual, 2019: 48) juga mengatakan bahwa produksi merupakan upaya untuk menciptakan, mengubah dan menambah nilai guna suatu barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan perseorangan atau badan (organisasi).

     Dari berbagai pengertian mengenai produksi tersebut, dapat dikatakan bahwa produksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk mengubah input berupa bahan baku yang diproses melalui berbagai cara guna menghasilkan output berupa barang atau jasa yang kemudian hasilnya dapat dimanfaatkan oleh konsumen. Aktivitas produksi merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan kelancarannya oleh suatu perusahaan. Mengutip dari (Sumual, 2019: 49), kegiatan produksi sangat penting sekali bagi suatu usaha sebab tanpa kegiatan ini maka tidak ada produk yang akan dihasilkan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan produksi menjadi jantung bagi suatu usaha. Aktivitas produksi tidak dapat mencapai tingkat produktivitas yang tinggi sebagai tujuan akhir yang akan dicapai jika tidak dikelola dengan baik.

2.2   Manfaat Produksi

     Produksi memilki peran yang sangat penting dalam perusahaan. Melalui proses produksi suatu perusahaan dapat menciptakan produk-produk yang berkualitas untuk ditawarkan kepada konsumennya. Selain untuk menciptakan produk atau output yang dihasilkan, produksi juga memiliki banyak manfaat. Mengutip dari (Dikdas, 2021: 40), ada beberapa manfaat yang dihasilkan dari kegiatan produksi, diantaranya:

1. Menghasilkan Barang atau Jasa

     Sangat jelas jika tujuan kegiatan produksi adalah menghasilkan barang atau jasa dengan menciptakan barang atau jasa baru melalui proses produksi oleh produsen.

2. Meningkatkan Nilai Guna Barang atau Jasa

     Sebuah perusahaan atau industri memproduksi suatu barang bertujuan untuk meningkatkan nilai guna barang itu sendiri, yang mana sebelumnya barang tersebut belum atau kurang berguna tetapi sesudah melalui proses produksi nilai guna dari barang tersebut menjadi lebih tinggi.

3. Meningkatkan Kemakmuran Masyarakat

     Tujuan dari proses produksi diharapkan dapat menghasilkan produk. Dimana dengan melalui prosesnya sampai menjadi bahan jadi akan dapat mendatangkan keuntungan yang nantinya kemakmuran masyarakat akan meningkat karena masyarakat akan memperoleh keuntungan dengan memproduksi suatu barang atau jasa.

4. Meningkatkan Keuntungan

     Dengan memproduksi barang dan jasa diharapkan dapat meningkatkan keuntungan industri atau perusahaan tersebut.

5. Memperluas Lapangan Usaha

     Apabila suatu perusahaan sudah memiliki skala produksi yang besar dan diminati atau laku di pasar, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut akan semakin besar sehingga dapat memperluas lapangan usaha.

6. Menjaga Kesinambungan Usaha Perusahaan

     Tujuan berikutnya adalah untuk menjaga kesinambungan usaha perusahaan sehingga perusahaan tersebut dapat terus berjalan baik dalam memperoleh faktor-faktor produksi, memproduksi barang dan jasa serta menjualnya ke pasar untuk mendapatkan keuntungan.

2.3   Jenis-Jenis Produksi

     Jenis-jenis produksi dapat dibedakan berdasarkan sumber bahan yang digunakannya. Mengutip dari (Harjadi, 2015: 141), produksi terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah:

1. Produksi Ekstraktif

     Produksi ekstraktif merupakan suatu proses produksi yang mengambil bahan-bahan langsung dari alam. Misalnya penambangan batubara, emas dan pengeboran minyak.

2. Produksi Analitik

     Produksi analitik merupakan suatu proses produksi yang dilakukan dengan cara pemisahan dari suatu bahan menjadi beberapa macam barang yang hampir menyerupai bentuk atau jenis aslinya. Misalnya penyulingan minyak.

3. Produksi Sintetik

     Produksi sintetik merupakan suatu proses produksi yang dilakukan melalui pengkombinasian beberapa bahan ke dalam suatu bentuk produk. Misalnya perakitan mobil, televisi, dan obat.

4. Produksi Pabrikasi

     Produksi pabrikasi merupakan suatu proses proses produksi yang dilakukan dengan cara mengubah sesuatu bahan menjadi beberapa bentuk. Misalnya pembuatan pakaian, mebel dan lain-lain.

3.   Pemasaran

     Berikut adalah beberapa teori mengenai pemasaran yang meliputi pengertian, manfaat dan jenis-jenis pemasaran.

3.1   Pengertian Pemasaran

     Selain produksi, pemasaran adalah yang tidak kalah penting dalam suatu usaha. Mengutip dari (Yulianti, 2018: 1), pemasaran merupakan teknik analisis, perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang meliputi perencanaan penentuan harga, promosi dan pendistribusian barang-barang yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Sedangkan menurut (Nganto, 2018: 8), pemasaran merupakan suatu proses manajerial yang membuat individu atau kelompok mendapatkan apa yang  dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen.

Selain itu, mengutip dari (Haque Fawzi, 2021: 9), pemasaran mempunyai peranan penting dalam sebuah perusahaan atau bisnis karena pemasaran merupakan upaya memasarkan suatu produk, baik itu barang atau jasa, dengan menggunakan pola rencana dan strategi tertentu sehingga jumlah penjualan menjadi lebih tinggi juga berfungsi untuk menentukan nilai ekonomi perusahaan, baik itu harga barang maupun jasa.

     Dari berbagai penjelasan mengenai pemasaran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan sebuah strategi bisnis yang mengacu pada aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk mempromosikan penjualan suatu produk perusahaan kepada konsumen dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan meraih keuntungan bagi perusahaan melalui penjualan produk kepada konsumen. Konsumen tersebut dapat berupa konsumen yang sudah ada maupun konsumen yang potensial. Terpenuhinya kebutuhan konsumen akan menciptakan suatu loyalitas pelanggan yang membuat citra perusahaan akan lebih baik dibanding kompetitornya.

3.2   Manfaat Pemasaran

     Selain memilki manfaat untuk mempromosikan atau mengenalkan produk perusahaan kepada para calon konsumennya, aktivitas pemasaran juga memiliki beberapa manfaat bagi perusahaan. Mengutip dari (Putri, 2024: 49), berikut adalah beberapa manfaat dari kegiatan pemasaran untuk perusahaan.

1. Meningkatkan Pemahaman

     Pemasaran membantu perusahaan untuk memahami karakteristik, kebutuhan, perilaku, dan kepuasan pelanggan di pasar, serta mengidentifikasi peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan yang ada di pasar. Dengan demikian, perusahaan dapat merumuskan tujuan, sasaran, dan strategi pemasaran yang sesuai dengan kondisi pasar, serta mengukur dan mengevaluasi kinerja dan hasil pemasaran.

2. Mengurangi Ketidakpastian

     Pemasaran membantu perusahaan untuk mengurangi ketidakpastian yang dihadapi dalam melakukan pemasaran,  yang disebabkan oleh perbedaan dan perubahan lingkungan, pelanggan, pesaing, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemasaran. Dengan demikian, perusahaan dapat mengantisipasi dan menangani risiko, masalah, atau kesalahan yang mungkin terjadi dalam pemasaran, serta meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan.

3. Meningkatkan Inovasi

     Pemasaran membantu perusahaan untuk meningkatkan inovasi dalam pemasaran, yang diperlukan untuk bersaing di pasar yang kompetitif dan dinamis. Dengan demikian, perusahaan dapat mengembangkan produk, harga, distribusi, dan promosi yang baru, unik, dan menarik, yang dapat memenuhi kebutuhan, preferensi, dan keinginan pelanggan di pasar, serta membedakan diri dari pesaing.

3.3   Jenis-Jenis Pemasaran

     Ada beberapa jenis-jenis strategi pemasaran yang dapat digunakan oleh suatu usaha. Jenis-jenis strategi pemasaran tersebut dapat digunakan sesuai dengan kondisi dan produk yang ditawarkan. Mengutip dari (Dikdas, 2021: 50), ada beberapa jenis pemasaran, di antaranya:

1. Pemasaran Langsung

     Dalam pemasaran langsung, hasil produksi dapat disalurkan ke tangan konsumen tanpa melalui suatu perantara apapun. Contohnya penjual mie ayam menjual langsung mie ayamnya kepada konsumen dengan cara berkeliling kampung, sebuah warung yang menjual makanan dan minuman di suatu kampung.

2. Pemasaran Tidak Langsung

     Dalam pemasaran tidak langsung, hasil produksi dapat disalurkan ke tangan

konsumen dengan menggunakan sebuah perantara, seperti agen, pedagang besar, dan pedagang eceran. Contohnya suatu pabrik mengekspor kayu ke negara lain seperti Malaysia, China, dan lain sebagainya dengan menggunakan agen tertentu, suatu pabrik baju menjual hasil produksinya dengan menggunakan pedagang eceran.

3. Pemasaran Semi Langsung

     Pemasaran semi langsung menggunakan saluran distribusi dalam penyampaian barangnya, namun saluran distribusi tersebut masih menjadi bagian dari produsen tersebut.

4.   Pengembangan Usaha

     Berikut adalah beberapa teori mengenai pengembangan usaha yang meliputi pengertian, manfaat dan strategi pengembangan usaha.

4.1   Pengertian Pengembangan Usaha

     Tujuan utama dijalankannya sebuah usaha adalah untuk meraih keuntungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meraih keuntungan yaitu dengan melakukan pengembangan usaha. Mengutip dari (Sumardi, 2017: 69), pengembangan usaha adalah suatu cara untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang juga untuk meningkatkan peranan para usaha dalam pembentukan produk, perluasan kesempatan kerja serta peningkatan pendapatan. Sedangkan (Sulaiman, 2022: 21), mengatakan bahwa pengembangan usaha merupakan kegiatan menambah skala, menginovasi produk, memperluas pasar dan melakukan inovasi pasar.

Selain itu, mengutip dari (Mihani & Hutauruk, 2020: 114), pengembangan usaha adalah bagaimana suatu usaha mengembangkan pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang, dengan cara memberikan informasi untuk mempengaruhi sikap-sikap atau menambah keahlian dalam pelaksanaan suatu usaha.

     Dari beberapa penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa pengembangan usaha merupakan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pekerjaan yang dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara umum tujuan pengembangan usaha terbagi menjadi dua yaitu pengembangan internal dan pengembangan eksternal. Pengembangan internal meliputi pengembangan kegiatan produksi dan distribusi, pengembangan pemasaran, pengembangan produk hingga peningkatan pendapatan. Sedangkan pengembangan eksternal berupa perluasan kesempatan kerja bagi lingkungan sekitar perusahaan tersebut.

4.2   Manfaat Pengembangan Usaha

     Selain untuk memperluas dan meningkatkan mutu produksi dan distribusi, ada beberapa manfaat yang akan didapatkan ketika suatu usaha melakukan pengembangan. Mengutip dari (Khumaira, 2024: 284), berikut adalah beberapa manfaat dari pengembangan usaha.

1. Menciptakan Keunggulan Bersaing

     Strategi pengembangan usaha membantu perusahaan untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan keunggulan kompetitif yang unik. Dengan memahami pasar, pesaing dan faktor-faktor lingkungan lainnya, perusahaan dapat merumuskan strategi yang membedakan mereka dari pesaing dan menciptakan nilai tambah bagi pelanggan. Keunggulan bersaing ini membantu perusahaan untuk memperoleh pangsa pasar yang lebih besar dan meningkatkan pendapatan serta laba.

2. Mengarahkan Fokus dan Prioritas

     Strategi pengembangan usaha membantu perusahaan untuk menetapkan tujuan jangka panjang dan merumuskan rencana tindakan untuk mencapainya. Dengan memiliki visi yang jelas tentang arah yang ingin dicapai, perusahaan dapat mengarahkan fokus dan sumber daya mereka pada inisiatif yang paling penting dan strategis. Hal ini membantu dalam menghindari pemborosan sumber daya dan meningkatkan efisiensi operasional.

3. Inovasi dan Penyesuaian

     Strategi pengembangan usaha mendorong perusahaan untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis yang cepat. Dengan merencanakan untuk masa depan dan mengidentifikasi kondisi pasar yang akan datang, perusahaan dapat mengantisipasi perubahan dan menyesuaikan strategi mereka secara proaktif. Ini memungkinkan perusahaan untuk tetap relevan dan kompetitif di pasar yang terus berubah.

4. Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik

     Strategi pengembangan usaha menyediakan kerangka kerja untuk pengambilan keputusan yang lebih baik di semua tingkatan organisasi. Dengan memiliki visi yang jelas tentang tujuan perusahaan dan prioritas strategis, manajer dan karyawan dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi dan terarah. Hal ini membantu dalam mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan keserasian organisasi.

5. Pengelolaan Risiko yang Lebih Baik

     Melalui strategi pengembangan usaha yang terarah, perusahaan dapat mengidentifikasi dan mengelola risiko dengan lebih efektif. Dengan memahami potensi ancaman dan kesempatan yang mungkin timbul, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah preventif atau mitigasi untuk mengurangi risiko yang terkait dengan operasional bisnis mereka. Hal ini membantu dalam melindungi keberlanjutan jangka panjang perusahaan.

6. Meningkatkan Kinerja Keuangan dan Nilai Pemegang Saham

     Strategi pengembangan usaha yang efektif dapat berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dengan meningkatkan pendapatan, mengoptimalkan biaya, dan meningkatkan efisiensi operasional, perusahaan dapat mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan meningkatkan nilai bagi pemegang saham.

7. Keberlanjutan Lingkungan dan Sosial

     Strategi pengembangan usaha yang berkelanjutan juga memperhitungkan dampak perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat. Dengan menerapkan praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan, perusahaan dapat membangun citra merek yang positif, mengurangi risiko reputasi, dan memperoleh dukungan dari pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya.

4.3   Jenis-Jenis Strategi Pengembangan Usaha

     Satu usaha dengan usaha lain memiliki staregi-strategi yang berbeda dalam melakukan pengembangan usahanya. Banyak jenis-jenis strategi yang dapat dijadikan alternatif untuk diterapkan dalam mengembangkan usaha. Mengutip dari (Harjadi, 2015: 207), berikut adalah beberapa jenis-jenis strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan usaha.

1. Strategi Integrasi

     Strategi integrasi merupakan strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kendali terhadap pihak lain baik yang dilakukan secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal integrasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:

 1) Strategi Integrasi ke Depan

     Strategi integrasi ke depan merupakan upaya untuk memiliki atau meningkatkan kendali atas distributor atau pengecer. Sebagai     contoh saat ini banyak perusahaan manufaktur (pengolahan) yang menjalankan strategi integrasi ke depan dengan cara mendirikan situs Web untuk menjual produk-produk mereka secara langsung kepada konsumennya. Hal ini disebabkan potensi keuntungan yang cukup besar yang selama ini diperoleh oleh para distributor maupun pengecernya. Walaupun demikian strategi ini biasanya akan mendapatkan reaksi dari para distributor maupun pengecernya. Cara yang paling mudah untuk menerapkan strategi integrasi ke depan adalah melalui franchising (waralaba).

2) Strategi Integrasi ke Belakang

     Strategi integrasi ke belakang adalah strategi untuk mencoba memiliki atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pemasok. Strategi ini sangat tepat jika digunakan ketika perusahaan pemasok saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Sementara itu, strategi integrasi horizontal merupakan strategi untuk mencoba memiliki atau meningkatkan kendali perusahaan pesaing. Integrasi horizontal menjadi strategi pertumbuhan yang paling disukai dalam banyak industri.

2. Strategi Intensif

     Strategi intensif dapat diimplementasikan dalam beberapa bentuk strategi, yaitu:

1) Strategi Penetrasi Pasar

     Strategi ini berupaya untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada dipasar melalui usaha pemasaran yang semakin gencar atau intensif. Strategi ini dapat dilakukan melalui menambah pramuniaga, menambah belanja iklan, melakukan promosi penjualan ekstensif serta melakukan upaya publisitas.

2) Strategi Pengembangan Pasar

     Pengembangan pasar dimaksudkan sebagai upaya memperkenalkan produk atau jasa yang ada ke wilayah baru. Munculnya isu perdagangan bebas serta pembentukan zona-zona perdagangan bebas telah membuka peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan pasarnya ke pasar internasional. Hal ini akan semakin terdorong jika perusahaan sudah semakin sulit mempertahankan keunggulan kompetitifnya jika hanya mengandalkan pasar domestik.

3)Strategi Pengembangan Produk

     Strategi pengembangan produk merupakan strategi yang berupaya meningkatkan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada. Pengembangan produk biasanya memerlukan biaya yang besar untuk penelitian dan pengembangan.

3. Strategi Diversifikasi

     Strategi diversifikasi dapat diimplementaasikan dalam beberapa bentuk strategi, yaitu:

1) Strategi Diversifikasi Konsentrik

     Strategi ini berupaya dengan cara menambah produk atau jasa baru namun masih terkait dengan bisnis utamanya.

2) Strategi Diversifikasi Horizontal

     Strategi ini merupakan strategi yang menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada.

3) Strategi Diversifikasi Konglomerat

     Strategi ini merupakan strategi yang dilakukan dengan menambah produk atau jasa baru yang tidak terkait untuk pelanggan yang berbeda.

4. Strategi Defensif

     Selain strategi yang bersifat ofensif, perusahaan dapat pula melakukan strategi yang sifatnya defensif yang antara lain dapat dilakukan melalui cara:

1) Rasionalisasi Biaya

     Rasionalisasi biaya terjadi ketika suatu perusahaan melakukan restrukturisasi melalui penghematan biaya dan aset untuk meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun. Rasionalisasi biaya dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti penjualan aset untuk menambah uang tunai yang diperlukan, mengurangi lini produk, melakukan otomatisasi mesin, mengurangi jumlah karyawan dan melakukan sistem pengendalian biaya.

2) Divestasi

     Divestasi merupakan strategi yang dilakukan dengan menjual suatu divisi atau bagian dari perusahaan. Divestasi sering dilakukan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akuisisi atau investasi strategis lebih lanjut.

3)Likuidasi

     Likuidasi merupakan strategi yang melakukan penjualan terhadap semua aset perusahaan secara bertahap sesuai nilai nyata aset tersebut. Strategi ini dilakukan untuk menghindari dari kerugian yang semakin besar.


DAFTAR PUSTAKA
Dikdas, T. G. (2021). Modul Belajar Mandiri Calon Gruru, Aparatur Sipil Negara (ASN), Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) - Ekonomi. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.


Giawa, C. (2021). Kinerja Usaha sebagai Moderasi Jaringan Usaha terhadap Pengembangan Usaha (Studi Mitra Binaan Pegadaian Medan). Journal of Economics and Business Vol.02, No.02 ISSN: 2714-5719.


Haque Fawzi, M. G. (2021). Strategi Pemasaran (Konsep, Teori dan Implementasi). Tangerang Selatan: Pascal Books.


Harjadi, D. (2015). Pengantar Bisnis (Teori dan Konsep). Kuningan: Uniku Press.


Irawan, D. (2020). Peningkatan Daya Saing Usaha Micro Kecil dan Menengah Melalui Jaringan Usaha. Jurnal Ilmiah Manajemen, XI(2).


Khumaira, M. A. (2024). Strategi Dalam Perencanaan Dan Pengembangan Bisnis . CEMERLANG: Jurnal Manajemen dan Ekonomi Bisnis Vol.4, No.2.


Mihani, & Hutauruk, T. R. (2020). Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Dapur Etam Prosperous Samarinda Dalam Meningkatkan Penjualan. Jurnal Riset Inossa Volume 2 Nomor 2 .


Nganto. (2018). Manajemen Pemasaran. Semarang: EP Press Digimedia.


Putri, D. K. (2024). Pemasaran dan Riset Pemasaran Global: Konsep, Manfaat dan Tantangan. Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah/Vol. 9, No. 1, 2024.


Rijal, S. (2023). Peran Keunggulan Kompetitif, Inovasi Produk, dan Jaringan Bisnis terhadap Kinerja Ekonomi Daerah. Sanskara Ekonomi dan KewirausahaanVol. 1, No. 03, Juni, pp. 173~185ISSN: 2985-7791, DOI: 10.58812/sek.v1.i03.


Sulaiman, A. (2022). Strategi Pengembangan Usaha dalam Meningkatkan Loyalitas Konsumen dan Profitabilitas. Equilibrium Volume 11. No. 1.


Sumardi. (2017). Peran Baitul Maal Wat Tmwil Husnayain terhadap Perkembangan Usaha. Jurnal Ekonomi Syariah dan Filantropi Islam Vol. 1, No. 1.


Vadilla Mutia Zahara, S. (2020). Mikroekonomi (Sebuah Pengantar). Bandung: CV. MEDIA SAINS INDONESIA.


Yulianti, F. (2018). Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun