Mohon tunggu...
Bagas Satria Abdulgani
Bagas Satria Abdulgani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa program studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN SYARIFHIDAYATULLAH Jakarta

Senang Fotografi, Gaming, Bus Transportation Entushiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Fenomena Ad Hominem dalam Bermedia Sosial

8 Januari 2024   21:00 Diperbarui: 10 Januari 2024   10:15 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu, pengguna tersebut berkomentar, “Gw kok benci sama perokok ya”, sehingga akun tersebut mendapat respon atau balasan sekita ribuan balasan komentar dari pengguna lainnya, yang kebanyakan dari balasan tersebut adalah abusive ad hominem yang tidak sesuai dengan substansi yang dibicarakan.

Dari gambar di atas menunjukkan bukti bahwa saat ini Ad hominem masih sering digunakan oleh pengguna media sosial di Indonesia, serangan abusive ad hominem masih menjadi senjata utama ketika seseorang tidak setuju dengan argument orang lain.

Dalam kasus seperti gambar diatas, pengguna facebook tersebut diserang dengan merendahkan dan mengolok statusnya oleh pengguna lain sebagai seorang kepala keluarga namun memiliki hobi menonton anime yang banyak digandrungi anak muda, dan juga serangan Circumstantial ad hominem dimana pengguna tersebut tidak dianggap valid argumennya karena tidak pernah merokok.

Contoh lainnya juga pernah menimpa seorang mahasiswa berinisial CA yang pernah menjadi korban abusive ad hominem dari pengguna media sosial di platform X.

Saat itu CA men tweet tetang politik di salah satu kampus, CA menyatakan kerisihannya tentang fanatisme mahasiswa di salah satu kampus saat berlangsungnya PEMILWA, beberapa balasan tweet memang masih normal dengan berdiskusi dan berdebat sehat

Namun, CA menumakan balasan tweet dari tiga pengguna lain yang justru menyerang dirinya dengan abusive ad hominem, dimana dia dikatakan sebagai “mahasiswa kupu-kupu tahu apa”.

Selain itu, salah satu pengguna bahkan mengaitkan foto CA dengan narasi “mbak ini dari mukanya ketahuan tidak punya teman di kampus”. Sejak saat itu CA menjadi sedikit trauma, CA menjadi lebih berhati-hati dan saat ini enggan bersuara tentang kampusnya..

Screenshoot komentar postingan facebook / Gambar komentar  dari statement salah satu pengguna facebok, dan balasan abusive ad hominem
Screenshoot komentar postingan facebook / Gambar komentar  dari statement salah satu pengguna facebok, dan balasan abusive ad hominem

Dari kedua contoh kasus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pelaku ad hominem ini ingin mengutarakan pendapatnya terhadap sebuah argument.

Namun, tidak memiliki kapabilitas dan kemampuan berpikir yang mumpuni, sehingga mereka menggunakan cara sesat berpikir untuk menangkal sebuah argument dari seseorang.

Cara Menghindari Debat Ad Hominem

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun