Lalu, pengguna tersebut berkomentar, “Gw kok benci sama perokok ya”, sehingga akun tersebut mendapat respon atau balasan sekita ribuan balasan komentar dari pengguna lainnya, yang kebanyakan dari balasan tersebut adalah abusive ad hominem yang tidak sesuai dengan substansi yang dibicarakan.
Dari gambar di atas menunjukkan bukti bahwa saat ini Ad hominem masih sering digunakan oleh pengguna media sosial di Indonesia, serangan abusive ad hominem masih menjadi senjata utama ketika seseorang tidak setuju dengan argument orang lain.
Dalam kasus seperti gambar diatas, pengguna facebook tersebut diserang dengan merendahkan dan mengolok statusnya oleh pengguna lain sebagai seorang kepala keluarga namun memiliki hobi menonton anime yang banyak digandrungi anak muda, dan juga serangan Circumstantial ad hominem dimana pengguna tersebut tidak dianggap valid argumennya karena tidak pernah merokok.
Contoh lainnya juga pernah menimpa seorang mahasiswa berinisial CA yang pernah menjadi korban abusive ad hominem dari pengguna media sosial di platform X.
Saat itu CA men tweet tetang politik di salah satu kampus, CA menyatakan kerisihannya tentang fanatisme mahasiswa di salah satu kampus saat berlangsungnya PEMILWA, beberapa balasan tweet memang masih normal dengan berdiskusi dan berdebat sehat
Namun, CA menumakan balasan tweet dari tiga pengguna lain yang justru menyerang dirinya dengan abusive ad hominem, dimana dia dikatakan sebagai “mahasiswa kupu-kupu tahu apa”.
Selain itu, salah satu pengguna bahkan mengaitkan foto CA dengan narasi “mbak ini dari mukanya ketahuan tidak punya teman di kampus”. Sejak saat itu CA menjadi sedikit trauma, CA menjadi lebih berhati-hati dan saat ini enggan bersuara tentang kampusnya..
Dari kedua contoh kasus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pelaku ad hominem ini ingin mengutarakan pendapatnya terhadap sebuah argument.
Namun, tidak memiliki kapabilitas dan kemampuan berpikir yang mumpuni, sehingga mereka menggunakan cara sesat berpikir untuk menangkal sebuah argument dari seseorang.
Cara Menghindari Debat Ad Hominem