Mohon tunggu...
Bagas Pangestu
Bagas Pangestu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1

Saya seorang mahasiswa yang memiliki hobi menulis dan membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Karmic Relationsip, Hubungan yang Menyakitkan

1 November 2024   21:00 Diperbarui: 1 November 2024   21:01 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Shelby Deeter on Unsplash

Hubungan idealnya menjadi tempat kita menemukan rasa aman, kenyamanan, dan kedamaian dengan pasangan. Namun, realitas sering kali berkata lain. Ada jenis hubungan yang memikat, tetapi juga menyakitkan, dan terus-menerus menarik kedua pihak kembali ke dalam pola yang sama, hubungan ini dikenal dengan istilah karmic relationship.

Karmic relationship penuh dengan situasi hubungan yang sulit dan menguras emosional. Meski seringkali berakhir dengan perpisahan, karmic relationship dapat membentuk pribadi seseorang melalui berbagai tantangan emosional yang dihadirkan.

Mari kita bahas lebih dalam tentang apa yang dimaksud dengan karmic relationship, bagaimana kita mengidentifikasi tanda-tandanya, kemudian mengapa hubungan ini sering terjadi dan hal apa yang bisa kita pelajari dari hubungan tersebut.

Memahami Karmic Relationship 

Secara harfiah, karmic atau karma dapat diartikan sebagai konsekuensi dari tindakan kita, baik yang dilakukan di masa lalu maupun saat ini. Dalam hal percintaan, konsep karmic relationship muncul dari anggapan bahwa seseorang dan pasangannya telah terikat sejak kehidupan sebelumnya. Entah itu karena kesalahan dalam hubungan sebelumnya atau luka yang belum sembuh, karmic relationship muncul untuk mengingatkan tentang berbagai hal yang perlu diperbaiki di dalam diri.

Meminjam pendapat dari Barbara De Angelis, seorang psikolog yang terkenal dengan tulisan-tulisannya tentang hubungan dan cinta, menjelaskan bahwa karmic relationship sering kali penuh tantangan karena hubungan ini memunculkan bagian dari diri kita yang tersembunyi atau terluka. Tujuan dari karmic relationship hanya untuk mendorong pertumbuhan pribadi dengan menghadapi berbagai sisi negatif dari diri sendiri melalui pasangan.

Meminjam lagi pendapat dari De Angelis, pasangan dalam karmic relationship seperti cermin yang menunjukkan luka batin atau trauma yang mungkin belum kita sadari, sehingga memungkinkan kita untuk menyembuhkan diri dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

Karmic relationship tidak didesain untuk menjadi hubungan yang langgeng. Sebaliknya, ia menjadi cerminan dari tantangan, trauma, dan ketidakamanan yang belum kita selesaikan. Karenanya, hubungan ini bisa sangat intens, penuh gairah, namun juga penuh konflik.

Mengapa Karmic Relationship Bisa Terjadi?

Photo by Shelby Deeter on Unsplash
Photo by Shelby Deeter on Unsplash

Ada berbagai alasan mengapa karmic relationship dapat terjadi. Salah satunya adalah karena hubungan ini sering kali mencerminkan luka emosional atau trauma yang belum terselesaikan di dalam diri kita. Bagi banyak orang, karmic relationship memberikan kesempatan untuk memperbaiki pola pikir atau perilaku yang mungkin belum disadari selama ini.

Meminjam pendapat dari Dr. Judith Orloff, seorang psikiater dan penulis terkenal tentang empati dan hubungan emosional, menjelaskan bahwa karmic relationship bisa sangat menguras energi emosional. Hubungan ini seringkali bersifat manipulatif atau destruktif karena kedua belah pihak saling mencerminkan ketidakamanan dalam luka emosional masing-masing. Hubungan ini sulit diakhiri meski jelas menyakitkan karena keterikatan emosional yang sangat kuat.

Selain itu, dalam karmic relationship, sering kali terjadi ketidakseimbangan dalam hal memberi dan menerima cinta, perhatian, serta dukungan. Biasanya, salah satu pihak merasa harus selalu memberikan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan pasangan, sementara pihak lain lebih pasif.

Ketidakseimbangan ini menciptakan dinamika yang melelahkan secara emosional dan menciptakan rasa ketergantungan yang dalam. Hubungan ini bisa menjadi sangat intens karena salah satu atau kedua pihak berusaha terus-menerus untuk "mencapai" keseimbangan yang sebenarnya sulit dicapai, mengingat ketidakseimbangan emosi dari kebutuhan di antara mereka.

Kemudian, sering kali karmic relationship terjadi sebagai hasil dari keinginan untuk menghindari kegagalan dalam hubungan lagi. Seseorang mungkin terjebak dalam hubungan yang tidak sehat, karena merasa bahwa meninggalkan hubungan tersebut akan membuatnya merasa gagal. Dalam banyak kasus, seseorang ini mungkin telah memiliki pengalaman-pengalaman kegagalan yang membuat dirinya ragu untuk melepaskan hubungan lagi, meskipun hubungan tersebut menyakitkan.

Tanda-Tanda Berada dalam Karmic Relationship

Terdapat beberapa tanda yang menunjukkan bahwa kita mungkin berada dalam karmic relationship. Meskipun setiap hubungan memiliki karakteristik unik, ada pola-pola umum yang kerap muncul dalam karmic relationship, seperti:

  1. Keterikatan Emosional yang Tidak Terkendali 

Pada karmic relationship, ketertarikan emosional terasa sangat kuat dan mengikat, bahkan terkadang hampir seperti candu. Ketertarikan ini begitu dalam hingga menguras energi, membuat kita merasa sulit untuk memisahkan diri. Keterikatan ini membuat kita terus-menerus ingin dekat dengan pasangan, meskipun sudah jelas bahwa hubungan tersebut tidak sehat.

  1. Konflik yang Tidak Pernah Berakhir  

Hubungan ini seringkali ditandai dengan konflik berulang yang sulit diatasi. Masalah-masalah yang muncul cenderung sama dan tidak terselesaikan, berulang kali menghancurkan komunikasi dan membuat hubungan semakin toxic. Di satu sisi, konflik-konflik tersebut membuat hubungan terasa hidup dan berwarna, namun disisi lain, mereka mengikis rasa aman dan kedamaian batin.

  1. Perasaan Mendalam yang Terbentuk Secara Tiba-Tiba 

Salah satu tanda lainnya adalah perkembangan hubungan yang terasa terlalu cepat dan instan. Di awal, hubungan terasa sangat harmonis dan mesra, seolah-olah telah mengenal pasangan sepanjang hidup. Namun, seiring berjalannya waktu, masalah-masalah mulai muncul dan mengacaukan hubungan. Ketergesaan dalam menciptakan keintiman sering kali berujung pada ketidakstabilan emosional di kemudian hari.

  1. Sulit untuk Berpisah Walaupun Saling Menyakiti  

Terjebak dalam hubungan yang menyakitkan merupakan salah satu ciri utama dari karmic relationship. Walaupun pasangan saling menyakiti dan menyadari bahwa perpisahan mungkin menjadi jalan terbaik, ada perasaan ketergantungan yang sulit dihilangkan. Ini sering kali terjadi karena perasaan takut kehilangan dan rasa nyaman yang sulit dijelaskan, meski hubungan itu sendiri penuh penderitaan.

  1. Ketidakseimbangan dalam Memberi dan Menerima  

Ketidakseimbangan dalam hal perhatian, cinta, dan dukungan merupakan karakteristik umum dari hubungan ini. Biasanya, salah satu pihak akan merasa telah memberi terlalu banyak, sementara pihak lain mungkin merasa tidak cukup dihargai. Hal ini menciptakan dinamika yang semakin menambah ketegangan dalam hubungan.

Karmic Relationship sebagai Pelajaran Hidup

Photo by Tim Marshall on Unsplash   
Photo by Tim Marshall on Unsplash   

Karmic relationship merupakan fase hubungan yang intens dan menyakitkan, namun penuh pelajaran berharga. Karmic relationship muncul untuk mengingatkan kita tentang hal-hal yang perlu diperbaiki dalam diri, menghadirkan tantangan yang membantu kita mengenal diri sendiri, dan mempersiapkan kita untuk hubungan yang lebih baik.

Meski sulit dan sering kali berujung pada perpisahan, karmic relationship pada akhirnya menjadi proses penyembuhan dan pembelajaran yang sangat bernilai. Dengan memahami, menerima, serta melepaskan, kita dapat membuka jalan bagi cinta yang lebih sejati dan sehat di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun