Mohon tunggu...
Bagas Kurniawan
Bagas Kurniawan Mohon Tunggu... Auditor - Saya merupakan seorang lulusan Bioteknologi dengan cabang ilmu teknologi pangan. Saya sangat menyukai perkembangan industri pangan, namun tidak hanya sebatas itu saja tetapi merambah ke dunia farmasi dan keamanan pangan.

Saya merupakan seorang praktisi di bidang keamanan pangan dan sistem manajemen mutu yang ingin berbagi pengetahuan yang saya miliki untuk membangkitkan minat literasi kita. Saya memiliki latar belakang pendidikan ilmu Bioteknologi dengan cabang ilmu Teknologi Pangan. Konten yang akan saya buat, tidak akan jauh dari informasi mengenai dunia sains dan pangan. Keinginan saya untuk berperang melawan informasi hoax dan informasi sains yang palsu (pseudosains) mendorong saya untuk berkarya melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bahan Pakan yang Menjadi Bahan Pangan

8 Januari 2025   16:26 Diperbarui: 10 Januari 2025   08:03 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya jadi ingat, saat saya masih di awal tahun perkuliahan, kami diminta oleh dosen untuk mencari alternatif bahan pangan lain yang sekiranya ekonomis dan memiliki manfaat yang baik untuk tubuh. Sebagai mahasiswa Bioteknologi yang terpapar tengan dunia pangan, saat itu saya bingung dan berpikir, bahan pangan apa yang bisa dimanfaatkan untuk makanan kita?

Lalu, saya mencoba mencari informasi mengenai pakan ternak. Pada umumnya, pakan ternak itu menggunakan "limbah" dari hasil pengolahan produk pangan. Misalnya, sisa pengolahan pabrik sari kacang kedelai, minyak kedelai, dan tahu adalah bungkil kedelai. Maka bungkil ini yang akan dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Lalu, saya melanjutkan pemikiran saya ke sektor pengolahan produk-produk serealia (biji-bijian seperti beras dan gandum). Sebelum biji-bijian tersebut dijual, maka harus melalui proses pembersihan dari kulit terluarnya. Bahkan ada yang dikupas sampai kulit ari-arinya, sehingga menghasilkan produk beras atau gandum yang bersih. 

Nah, permasalahan selanjutnya, saya mencari tahu mengenai rata-rata konsumsi serat harian, menurut Kementerian Kesehatan, hanya berada di 10-15 gram per hari, padahal yang dianjurkan adalah 25-35 gram per hari. Berdasarkan data tersebut, sudah nyata bahwa memang konsumsi serat harian kita masih tergolong lebih rendah. Oleh karena itu, pemikiran saya mengerucut ke bahan yang sangat jarang terpikirkan dan dimanfaatkan oleh kebanyakan dari kita, padahal apabila kita mengonsumsi makanan dengan tambahan bahan ini, dipercaya dapat membantu kita untuk memenuhi asupan serat harian. Apa bahan yang saya maksud? jawabannya adalah Bekatul. Yap, betul, bekatul yang biasa kita gunakan sebagai bahan pakan.

Bekatul, yang sering kali diabaikan dan dianggap sebagai bahan pangan "rendahan" karena lebih dikenal sebagai pakan ternak, ternyata memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa bagi manusia. Bekatul adalah lapisan bagian dalam dari beras yang terlepas selama proses penggilingan.

Bekatul itu kaya akan serat, vitamin, mineral, dan senyawa bioaktif, yang membuat dedak layak mendapatkan perhatian lebih sebagai bahan pangan yang bermanfaa t untuk kesehatan. Bekatul tidak hanya merupakan sumber nutrisi yang berlimpah, tetapi juga mudah untuk dicampur ke dalam berbagai jenis makanan, menjadikannya tambahan yang sangat berharga untuk diet kita.

Kandungan Nutrisi Bekatul

Bekatul mengandung beragam nutrisi penting yang memberikan banyak manfaat bagi kesehatan. Berikut adalah beberapa kandungan utama dalam dedak:

Serat bekatul sangat kaya akan serat, baik serat larut maupun tidak larut. 

Serat ini membantu menjaga kesehatan pencernaan dengan mencegah sembelit dan mendukung pertumbuhan bakteri baik di usus. Serat larut juga diketahui dapat membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Serat dalam bekatul tidak hanya mendukung kesehatan pencernaan tetapi juga memberikan rasa kenyang lebih lama, yang bermanfaat dalam pengendalian berat badan. Serat juga dapat membantu mengurangi risiko kanker usus besar dengan mempercepat eliminasi limbah dari saluran pencernaan.

Vitamin B Kompleks

Bekatul mengandung berbagai vitamin B kompleks, termasuk tiamin (B1), niasin (B3), dan piridoksin (B6), yang penting untuk metabolisme energi dan fungsi saraf. Vitamin B dalam dedak juga berperan dalam menjaga kesehatan kulit, rambut, dan fungsi otak, serta membantu tubuh dalam konversi makanan menjadi energi yang dapat digunakan. Selain itu, bekatul juga mengandung asam folat yang penting untuk wanita hamil dalam mencegah cacat tabung saraf pada janin.

Mineral

Mineral seperti magnesium, fosfor, dan zat besi ditemukan dalam jumlah tinggi di bekatul. Magnesium berperan dalam menjaga kesehatan tulang dan fungsi otot, sementara zat besi penting untuk pembentukan hemoglobin dan pencegahan anemia. Fosfor dalam dedak membantu dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi yang kuat serta berperan dalam fungsi normal membran sel. Kalium dalam bekatul juga mendukung fungsi jantung dan membantu dalam pengaturan tekanan darah.

Antioksidan

Bekatul mengandung senyawa antioksidan seperti asam ferulat dan fitokimia lainnya yang dapat melawan radikal bebas dan mengurangi risiko penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung. Antioksidan ini juga berperan dalam memperlambat proses penuaan sel, melindungi kulit dari kerusakan akibat paparan sinar UV, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Antioksidan dalam bekatul juga membantu mengurangi peradangan, yang merupakan faktor risiko utama untuk berbagai penyakit degeneratif.

Manfaat Kesehatan Bekatul bagi Manusia

Bekatul itu memiliki manfaat seperti menjaga kesehatan pencernaan. Kandungan serat tinggi dalam dedak membantu memperlancar pencernaan dan mencegah masalah seperti sembelit. Serat juga mendukung kesehatan mikrobiota usus, yang penting untuk sistem kekebalan tubuh dan pencernaan yang optimal. Serat dalam dedak membantu mempercepat waktu transit makanan melalui saluran pencernaan, yang dapat mengurangi risiko gangguan pencernaan seperti divertikulitis. Konsumsi dedak secara rutin juga dikaitkan dengan penurunan risiko pengembangan penyakit usus seperti sindrom iritasi usus besar (IBS).

Serat larut dalam bekatul dapat mengikat kolesterol dalam saluran pencernaan, mencegah penyerapannya kembali ke dalam tubuh. Ini membantu menurunkan kadar kolesterol LDL ("jahat") dan mengurangi risiko penyakit jantung. Studi menunjukkan bahwa konsumsi bekatul secara rutin dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dengan meningkatkan profil lipid darah secara keseluruhan. Bekatul juga dapat membantu meningkatkan kadar kolesterol HDL ("baik"), yang memberikan perlindungan tambahan terhadap penyakit jantung.

Bagaimana Cara Menambahkan Bekatul Sebagai Bahan Pangan?

Penambahan bekatul ke dalam pola makan sehari-hari dapat dilakukan dengan berbagai cara sederhana. Asalkan jangan menambahkan dedak yang dibeli dari toko pakan lalu langsung digunakan ya. Pastinya bekatul yang berasal dari toko pakan tersebut sudah disimpan berhari-hari dalam keadaan terbuka. Selain itu, dedak perlu untuk diolah terlebih dahulu seperti cara yang saya lakukan saat itu, yaitu dengan menyangrai (sangrai) bekatul itu sampai sedikit kecokelatan dan harum. Proses sangrai bertujuan untuk meminimalisir adanya kontaminasi mikroorganisme.

Nah,  berikut ini saya jabarkan beberapa saran penambahan bekatul sebagai bahan pangan:

Gunakan sebagai Subtitusi Tepung

Bekatul dapat digunakan sebagai pengganti sebagian tepung dalam resep roti, muffin, atau kue, yang memberikan tekstur dan nutrisi tambahan. Karena tetap dalam pembuatan roti, muffin, atau kue, kita tetap memerlukan tepung terigu agar kue yang dihasilkan tetap enak, kecuali memang ditujukkan untuk orang yang memiliki masalah pencernaan celiac atau yang sensitif dengan gluten non-celiac. 

Menggunakan bekatul dalam resep dapat meningkatkan kandungan serat dan memberikan rasa yang lebih kaya pada produk panggangan. Bekatul juga dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam adonan pizza untuk memberikan rasa yang lebih penuh dan tekstur yang lebih sehat.

Sebagai Topping Yogurt

Menaburkan bekatul di atas yogurt memberikan rasa gurih sekaligus meningkatkan kandungan serat pada yogurt yang kita konsumsi. Ini adalah cara yang lezat untuk menambahkan tekstur dan nutrisi ekstra ke camilan sehat. Kita juga dapat menambahkan buah-buahan segar untuk meningkatkan rasa dan nilai gizi camilan.

Campuran dalam Adonan Pancake, Waffle, atau Kukis

Menambahkan bekatul ke dalam adonan pancake, waffle, dan kukis dapat meningkatkan kandungan serat dan memberikan rasa yang lebih kompleks. Penambahan dedak artinya meningkatkan kandungan serat, dan diharapkan dapat membantu untuk menjaga rasa kenyang lebih lama setelah sarapan. Kombinasikan dengan sirup maple alami atau madu untuk sarapan yang sehat dan lezat.

Kesimpulan

Bekatul, yang sering dianggap sebagai produk sampingan dari penggilingan biji-bijian, memiliki potensi besar sebagai bahan pangan yang kaya nutrisi. Dengan kandungan serat, vitamin, mineral, dan antioksidan yang tinggi, bekatul dapat memberikan berbagai manfaat kesehatan mulai dari pencernaan yang lebih baik hingga pencegahan penyakit kronis. Integrasi bekatul ke dalam diet sehari-hari dapat menjadi langkah sederhana namun efektif untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk terus menganggap dedak sebagai bahan "rendahan" ketika manfaatnya bagi kesehatan manusia begitu luar biasa. 

Daftar Pustaka

  1. Slavin, J. L. (2003). Why whole grains are protective: biological mechanisms. Proceedings of the Nutrition Society, 62(1), 129-134. https://doi.org/10.1079/PNS2002221

  2. Anderson, J. W., & Hanna, T. J. (1999). Whole grains and protection against coronary heart disease: what are the active components and mechanisms? The American Journal of Clinical Nutrition, 70(3), 307-308. https://doi.org/10.1093/ajcn/70.3.307

  3. Ranhotra, G. S., Gelroth, J. A., & Glaser, B. K. (1996). Effect of processing on the dietary fiber content of cereals and legumes. Cereal Chemistry, 73(2), 173-175.

  4. Champ, M. M. J. (2002). Non-nutrient bioactive substances of pulses. British Journal of Nutrition, 88(3), 307-319. https://doi.org/10.1079/BJN2002710

  5. McKevith, B. (2004). Nutritional aspects of cereals. Nutrition Bulletin, 29(2), 111-142. https://doi.org/10.1111/j.1467-3010.2004.00418.x

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun