1. Biaya Awal yang Tinggi
Biaya investasi awal untuk membangun fasilitas vertical farming, membeli lampu LED, sensor, dan perangkat IoT, cukup mahal. Ini dapat menjadi kendala bagi petani kecil atau pengusaha pemula di sektor ini.
2. Konsumsi Energi yang Tinggi
Penggunaan lampu LED dan sistem kontrol suhu membutuhkan energi yang besar. Ini meningkatkan biaya operasional, terutama jika sumber listrik tidak berasal dari energi terbarukan.
3. Keterampilan dan Keahlian Teknis
Vertical farming memerlukan pengelolaan yang lebih rumit dibandingkan pertanian tradisional. Para pekerja perlu memiliki keterampilan teknis dalam pengoperasian perangkat IoT, sistem otomatisasi, dan pengelolaan berbasis AI.
4. Skalabilitas dan Keberlanjutan Ekonomi
Skalabilitas produksi vertical farming masih menjadi tantangan. Meskipun memiliki potensi besar, model bisnis ini perlu pembuktian bahwa operasinya dapat bertahan secara finansial.
Potensi Masa Depan Vertical Farming
Vertical farming memiliki potensi besar dalam membantu mengatasi krisis ketahanan pangan. Berikut beberapa tren yang diprediksi akan mendorong adopsi vertical farming di masa depan:
1. Penggunaan Energi Terbarukan
Penggunaan panel surya dan sumber energi terbarukan lainnya dapat mengurangi ketergantungan pada listrik konvensional, sehingga mengurangi biaya operasional dan dampak lingkungan.