Mohon tunggu...
Bagas Kurniawan
Bagas Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Saya merupakan seorang lulusan Bioteknologi dengan cabang ilmu teknologi pangan. Saya sangat menyukai perkembangan industri pangan, namun tidak hanya sebatas itu saja tetapi merambah ke dunia farmasi dan keamanan pangan.

Saya memiliki hobi membaca dan menikmati konten visual yang berkaitan dengan sains, perkembangan teknologi, dan makanan. Tetapi tidak hanya di situ, saya juga tertarik dalam dunia otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Tren Fobia Makanan dan Minuman Tinggi Kadar Gula

31 Oktober 2024   08:24 Diperbarui: 31 Oktober 2024   11:31 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Takut | Sumber gambar: https://ybis.sch.id

Apalagi soal buah, tidak sepantasnya kita menjadi takut hanya karena buah itu memiliki kandungan gula yang tinggi. Kalau kita bandingkan dengan makanan ringan yang disalut dengan cokelat, karamel, dan ada wafer di tengahnya, jelas tidak seimbang, kenapa?

Di dalam buah, sudah mengandung gula alami yang disebut fruktosa, selain itu mengandung air, vitamin dan mineral alami, serta serat yang membantu menjaga kesehatan tubuh kita. 

Lalu, kalau makanan olahan seperti kudapan di atas, tentu semua bahan seperti gula, vitamin, mineral, itu semua ditambahkan sesuai dengan formula yang dihitung. Belum lagi, semua itu sudah hilang akibat dari proses produksinya. Tetapi kembali lagi, bukan berarti kudapan itu tidak baik, namun tetap lebih sehat jika mengonsumsi buah.

Kesimpulan

Mengenai fenomena ini, saya mengajak kita untuk menjadi konsumen yang bijak, agar kita bisa menentukan makanan atau minuman tinggi gula seperti apa yang baik untuk dikonsumsi. Pertimbangannya, jangan hanya di gulanya saja, tetapi di komponen lainnya, seperti halnya buah. 

Meskipun tinggi gula, tetapi memiliki banyak sekali manfaatnya bagi kesehatan. Jangan jadikan makanan tinggi gula menjadi musuh utama, tetapi sebagai fokus untuk mawas diri agar tidak makan secara berlebihan, bukan untuk ditolak atau dimusuhi.

Sekian pembahasan saya mengenai fenomena fobia terhadap makanan dan minuman tinggi gula, terima kasih sudah membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun