Mohon tunggu...
Bagas Kurniawan
Bagas Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Saya merupakan seorang lulusan Bioteknologi dengan cabang ilmu teknologi pangan. Saya sangat menyukai perkembangan industri pangan, namun tidak hanya sebatas itu saja tetapi merambah ke dunia farmasi dan keamanan pangan.

Saya memiliki hobi membaca dan menikmati konten visual yang berkaitan dengan sains, perkembangan teknologi, dan makanan. Tetapi tidak hanya di situ, saya juga tertarik dalam dunia otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pemanis Buatan itu Memicu Kanker

4 Oktober 2024   22:46 Diperbarui: 4 Oktober 2024   22:47 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi minuman ringan | Sumber gambar: Alexander Mils

Oleh karena itu, FDA dan EFSA masih menggolongkan pemanis buatan itu tetap aman untuk dikonsumsi dengan batas tertentu. Berdasarkan penjelasan tentang asesmen risiko dan bahaya khusus untuk penggunaan aspartam, oleh badan kesehatan dunia (WHO) pada tanggal 14 Juli 2023, menyatakan aspartam itu aman dengan batas konsumsi maksimal 40 mg/kg berat badan. 

Selain itu, agensi riset kanker internasional (International Agency for Research on Cancer disebut IARC) memasukkan aspartam dalam kategori 2B, yaitu bahan yang memiliki keterbatasan bukti menjadi penyebab kanker pada manusia.

Kategori penyebab kanker | Sumber gambar: IARC dari WHO
Kategori penyebab kanker | Sumber gambar: IARC dari WHO

Lalu bagaimana dengan pemanis yang lainnya? Bagaimana menurut BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)? Penggunaan pemanis buatan sudah diatur dalam penjelasan BPOM nomor HM.01.1.2.07.23.24 dan Peraturan BPOM no 11 tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan. (Dokumen ini dapat diakses dan diunduh secara umum, jadi, jika pembaca ingin membaca peraturan tersebut, pembaca dapat langsung mencarinya di laman mesin pencarian)

Tapi saya rasa tidak asik kalau tidak diberikan contoh perhitungan mengenai berapa batas amannya ya? Oke, jadi saya akan mengambil contoh, tentu saja, aspartam. 

Dosis aspartam yang boleh dipergunakan menurut Peraturan BPOM no 11 tahun 2019, yaitu 40 mg/kg berat badan. Dosis yang diterapkan pada BPOM masih mengikuti ketetapan yang disampaikan oleh WHO adalah level ADI (Acceptable Dairy Intake) atau kita sebut sebagai takaran konsumsi harian, yang artinya batas aman harian jika mengonsumsi bahan tambahan pangan tersebut. 

Tapi bagaimana cara menghitungnya? Sederhananya tinggal kita kalikan dengan berat badan kita. 

Misalnya berat badan saya 70 kg, maka berapa batas konsumsi harian saya? Tinggal mengkalikan 40 mg dengan berat badan saya 70 kg, maka saya mendapatkan batas konsumsi harian sebanyak 2800 mg atau sama dengan 2,8 gram per hari. Tapi, karena aspartam itu 200x lebih manis dibandingkan gula biasa, penggunaannya pasti akan sangat kecil dari batas harian saya di 2,8 gram. Bisa jadi konsumsi harian saya hanya di 200 mg atau kurang dari itu.

Nah, biasanya pemanis buatan ini sering kita jumpai di minuman berperisa atau minuman soda yang mengklaim zero calorie (kalori nol) tetapi minumannya masih terasa manis. Memang kembali lagi ke tujuan utama dibuatnya pemanis buatan ini, yaitu untuk menghindari asupan kalori berlebihan akibat penggunaan gula sukrosa atau sirup gula.

Secara organoleptik, memang apabila kebanyakan penggunaan gula biang, secara rasa ada sensasi pahit setelah mengonsumsinya. Hal ini saya rasakan juga ketika menikmati gula stevia yang terlalu banyak. Hal seperti ini sih lebih tepatnya tergantung pemakaiannya, karena tujuan utamanya untuk mencegah terjadi obesitas atau diabetes.

Kesimpulan

Lalu untuk menjawab pertanyaan awal, apakah gula buatan pemicu kanker? Jawabannya aman untuk dikonsumsi selama dalam batas yang sudah ditetapkan.  Meskipun memiliki kemungkinan memicu kanker berdasarkan jurnal, tetapi perlu riset mendalam mengenai bagaimana mekanisme dan interaksinya dengan tubuh kita. Apalagi tujuan dari pemanis buatan ini untuk mencegah masalah kesehatan serius seperti obesitas dan diabetes akibat kelebihan asupan kalori dalam tubuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun