Jadi, makhluk lain yang dimaksud ialah makhluk hidup lainnya dan bagian seperti brutu atau tunggir (ekor ayam) itu diberikan sebagai pakan ternak.Â
Oleh karena penyampaian dan bahasa yang mereka gunakan itu menjadi terdengar asing bagi kita, namun itu lah yang mereka percayai.
Sebenarnya, jika kita pikirkan dengan baik, bagian dari ayam tersebut secara mudah kita bisa mengartikan sebagai pakan ternak.
Lalu apa hebatnya dari kearifan lokal ini? Hebatnya ada pada bagaimana cara mereka mengolah bahan pangan yang menerapkan bebas sampah (zero waste) dan biodinamika.Â
Pertama, mengapa kepercayaan itu bisa membawa mereka ke penerapan zero waste?
Kita bisa mengetahui bagaimana cara mereka mempunyai prinsip bahwa tidak semua milik mereka dan mereka harus mengembalikannya untuk alam.Â
Seperti halnya bagian brutu ayam tersebut, mereka akan mengolahnya untuk pakan ternak, yang artinya tidak ada hal yang di sia-siakan.
Kemudian, saya juga menyebutkan tentang biodinamika, apakah ada yang sudah mendengar kata tersebut?
Jika belum, biodinamika ini merupakan suatu metode praktis yang berprinsip pada nilai holistik dan keberlanjutan bagi ekosistem.Â
Misalnya mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pesitisida kimia yang dapat mengganggu kesehatan dan kesuburan tanah.