Mohon tunggu...
Bagas Hang NIM 121202044
Bagas Hang NIM 121202044 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa jurusan Akuntansi Universitas Dian Nusantara Dengan dosen pengampu Prof. Dr. Apollo, M. Si.Ak Matakuliah Akuntansi Forensik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Fenomena Skandal Kejahatan Akuntansi di Indonesia

21 Mei 2024   10:23 Diperbarui: 21 Mei 2024   10:23 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kibrispdr.org/detail-19/gambar-laporan-laba-rugi.html

Dampak dan Pembelajaran

Dua kasus skandal akuntansi besar ini tidak hanya menyebabkan kerugian finansial yang signifikan tetapi juga mencoreng reputasi perusahaan-perusahaan tersebut serta menimbulkan ketidakpercayaan di kalangan masyarakat dan investor. Kasus-kasus ini menyoroti pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan serta perlunya pengawasan yang lebih ketat dari pihak regulator.

Pembelajaran dari kasus Jiwasraya dan Garuda Indonesia menunjukkan bahwa integritas dalam pelaporan keuangan adalah hal yang mutlak diperlukan untuk menjaga kepercayaan publik dan stabilitas pasar. Kasus-kasus ini juga menjadi peringatan bagi perusahaan lain agar selalu mematuhi standar akuntansi dan etika bisnis yang berlaku, serta bagi regulator untuk memperkuat sistem pengawasan dan penegakan hukum guna mencegah terulangnya skandal serupa di masa depan.

D. Penyebab dan Faktor Pendukung Skandal Akuntansi di Indonesia

Skandal akuntansi merupakan salah satu isu serius dalam dunia bisnis yang dapat merugikan banyak pihak, termasuk investor, karyawan, dan masyarakat umum. Untuk memahami lebih mendalam, berikut adalah faktor-faktor yang menjadi pemicu terjadinya skandal akuntansi di Indonesia dengan penjelasan yang lebih rinci dan kompleks:

  1. Tekanan untuk Mencapai Target Finansial
  • Ekspektasi Pasar

    • Performa Saham: Perusahaan publik sering kali berada di bawah tekanan besar untuk memenuhi atau melampaui ekspektasi analis dan investor. Hal ini karena harga saham mereka sangat bergantung pada persepsi kinerja finansial perusahaan. Kegagalan untuk memenuhi ekspektasi ini dapat menyebabkan penurunan harga saham yang signifikan, kehilangan kepercayaan investor, dan potensi pengambilalihan yang tidak diinginkan.
    • Persyaratan Pinjaman: Banyak perusahaan juga dihadapkan pada tekanan dari kreditor yang mengharuskan mereka untuk mempertahankan rasio keuangan tertentu sebagai bagian dari persyaratan pinjaman. Kegagalan untuk memenuhi persyaratan ini dapat menyebabkan kenaikan suku bunga pinjaman atau penarikan fasilitas kredit.
  • Bonus dan Insentif

    • Struktur Kompensasi: Banyak struktur kompensasi manajemen yang berbasis pada kinerja keuangan jangka pendek. Bonus dan insentif sering kali diberikan berdasarkan pencapaian target tertentu, yang dapat mendorong manipulasi laporan keuangan agar terlihat lebih baik dari kenyataan. Hal ini dapat menciptakan konflik kepentingan yang signifikan, di mana manajemen lebih fokus pada keuntungan pribadi daripada keberlanjutan jangka panjang perusahaan.
    • Stock Options: Pemberian opsi saham sebagai bagian dari paket kompensasi juga dapat mendorong eksekutif untuk meningkatkan harga saham perusahaan dalam jangka pendek, terkadang melalui cara-cara yang tidak etis atau ilegal.
  • Tekanan Kompetitif

    • Lingkungan Pasar: Dalam industri yang sangat kompetitif, tekanan untuk mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar dapat mendorong perusahaan untuk menampilkan kinerja yang lebih baik dari sebenarnya. Hal ini sering kali diperburuk oleh munculnya pesaing baru yang agresif dan inovatif.
    • Krisis Ekonomi: Selama periode krisis ekonomi atau resesi, tekanan untuk menunjukkan stabilitas dan pertumbuhan menjadi lebih intens. Manajemen mungkin merasa perlu untuk mengadopsi praktik-praktik akuntansi yang agresif atau bahkan curang untuk menunjukkan bahwa perusahaan mereka tetap kuat dan tangguh.
  1. Lemahnya Pengawasan Internal dan Eksternal
  • Kontrol Internal yang Tidak Memadai

    • Segregasi Tugas: Kurangnya segregasi tugas yang memadai di dalam organisasi dapat memberikan kesempatan bagi individu untuk melakukan manipulasi tanpa terdeteksi. Ini termasuk situasi di mana satu individu memiliki kontrol atas seluruh siklus transaksi, dari pencatatan hingga persetujuan.
    • Otorisasi dan Dokumentasi: Sistem otorisasi yang tidak ketat dan dokumentasi yang buruk juga dapat mempermudah terjadinya kecurangan. Misalnya, kurangnya prosedur yang jelas untuk menyetujui transaksi besar atau penting dapat memberikan celah bagi manipulasi.
  • Audit Eksternal yang Tidak Efektif

    • Independensi Auditor: Auditor eksternal yang tidak menjalankan tugasnya dengan benar atau yang berkolusi dengan manajemen dapat gagal mendeteksi penyimpangan signifikan dalam laporan keuangan. Independensi auditor sering kali terkompromikan oleh hubungan yang terlalu dekat dengan klien atau oleh tekanan untuk mempertahankan kontrak audit yang menguntungkan.
    • Kualitas Audit: Kualitas audit juga dapat dipengaruhi oleh sumber daya yang tersedia bagi auditor, termasuk waktu dan anggaran yang dialokasikan untuk melakukan audit yang komprehensif. Kekurangan dalam salah satu dari kedua hal ini dapat mengakibatkan audit yang kurang menyeluruh dan rentan terhadap kesalahan atau kecurangan yang tidak terdeteksi.
  • Regulasi yang Lemah

    • Kerangka Hukum: Kerangka hukum dan regulasi yang tidak ketat atau yang tidak diawasi dengan baik oleh otoritas terkait memungkinkan terjadinya skandal akuntansi. Regulasi yang tidak jelas atau yang tidak secara eksplisit melarang praktik-praktik akuntansi tertentu dapat menciptakan area abu-abu yang dapat dieksploitasi oleh manajemen.
    • Penegakan Hukum: Kurangnya sumber daya dan kapasitas pada lembaga penegak hukum untuk mengawasi dan menindak pelanggaran juga menjadi masalah. Ini mencakup kekurangan dalam jumlah staf yang berkompeten, anggaran, dan teknologi yang diperlukan untuk melakukan pengawasan yang efektif.
  1. Kurangnya Integritas Moral dan Profesional
  • Etika yang Rendah

    • Budaya Etika: Akuntan atau eksekutif dengan integritas etika yang rendah cenderung lebih mudah tergoda untuk melakukan tindakan curang, terutama jika ada keuntungan pribadi yang signifikan. Budaya perusahaan yang mengabaikan pentingnya etika dan integritas dapat memperburuk masalah ini.
    • Pengawasan Etika: Kurangnya mekanisme pengawasan etika di dalam perusahaan, seperti komite etika atau pelatihan berkelanjutan tentang integritas profesional, juga dapat menjadi faktor pendukung.
  • Budaya Perusahaan yang Tidak Sehat

    • Fokus pada Hasil: Perusahaan yang memiliki budaya korporat yang menekankan hasil di atas segalanya, bahkan di atas integritas dan kepatuhan terhadap hukum, sering kali menciptakan lingkungan yang mendukung kecurangan. Ini termasuk praktik-praktik seperti memberikan penghargaan kepada karyawan yang mencapai target tanpa mempertimbangkan cara mereka mencapainya.
    • Ketidakpedulian Manajemen: Manajemen yang tidak menunjukkan komitmen terhadap praktik bisnis yang etis dan akuntabel dapat memengaruhi seluruh organisasi, mendorong karyawan untuk mengadopsi pendekatan serupa dalam pekerjaan mereka.
  • Pendidikan dan Pelatihan yang Tidak Memadai

    • Kesadaran Etika: Kurangnya pendidikan dan pelatihan yang cukup dalam etika bisnis dan tanggung jawab profesional di kalangan akuntan dapat menyebabkan kurangnya pemahaman tentang pentingnya integritas dalam pelaporan keuangan. Pendidikan yang berfokus pada keterampilan teknis tanpa menekankan nilai-nilai etika dapat menghasilkan profesional yang terampil tetapi etis.
  1. Sanksi yang Tidak Tegas
  • Hukuman Ringan

    • Efek Jera: Hukuman yang tidak signifikan atau tidak konsisten bagi para pelaku skandal akuntansi tidak memberikan efek jera yang kuat. Jika pelaku hanya mendapat denda kecil atau hukuman yang tidak setimpal dengan kerugian yang ditimbulkan, ini tidak akan mencegah pelanggaran serupa di masa depan.
    • Ketidakpastian Hukum: Ketidakpastian mengenai kemungkinan dan besaran hukuman juga dapat membuat pelaku merasa bahwa risiko tertangkap atau dihukum tidak sebanding dengan keuntungan yang didapat dari manipulasi akuntansi.
  • Proses Hukum yang Lambat

    • Efisiensi Pengadilan: Proses hukum yang berlarut-larut dan rumit dapat membuat pelaku merasa bahwa mereka memiliki banyak waktu untuk menikmati hasil dari kecurangan mereka sebelum dihukum. Ini juga dapat mengurangi kepercayaan publik terhadap sistem hukum dan regulasi.
    • Korupsi: Dalam beberapa kasus, korupsi dalam sistem peradilan dapat memperlambat atau mengganggu proses hukum, memungkinkan pelaku untuk menghindari hukuman atau menerima hukuman yang lebih ringan.
  • Kurangnya Penegakan Hukum

    • Prioritas Penegakan: Kurangnya penegakan hukum yang tegas dan konsisten terhadap pelanggaran akuntansi juga berkontribusi terhadap terjadinya skandal akuntansi. Otoritas yang gagal untuk menindak tegas dan cepat terhadap pelanggaran mengirimkan sinyal bahwa kecurangan bisa ditolerir atau tidak akan selalu dihukum.
    • Sumber Daya: Kurangnya sumber daya di lembaga penegak hukum, termasuk tenaga ahli dan teknologi yang diperlukan untuk menyelidiki dan menuntut kasus-kasus kecurangan akuntansi, juga menjadi hambatan signifikan.

Secara keseluruhan, skandal akuntansi sering kali merupakan hasil dari kombinasi beberapa faktor ini, yang saling memperkuat dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi terjadinya kecurangan. Mengatasi masalah ini memerlukan pendekatan yang holistik, termasuk perbaikan dalam pengawasan, pendidikan etika, regulasi, dan penegakan hukum yang lebih tegas.

https://www.kibrispdr.org/detail-19/gambar-laporan-laba-rugi.html
https://www.kibrispdr.org/detail-19/gambar-laporan-laba-rugi.html
E. Upaya Pencegahan

Untuk mengatasi fenomena skandal akuntansi, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Pemerintah perlu memperkuat regulasi dan pengawasan, termasuk penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku kejahatan akuntansi. Perusahaan harus menerapkan budaya transparansi dan akuntabilitas, serta mengembangkan sistem kontrol internal yang kuat untuk mencegah terjadinya manipulasi. Selain itu, pendidikan dan pelatihan tentang etika akuntansi perlu ditingkatkan, baik di tingkat perguruan tinggi maupun profesional. Sertifikasi dan standar profesi akuntan juga harus diperketat untuk memastikan bahwa hanya mereka yang memiliki integritas tinggi yang dapat bekerja dalam bidang ini.

1. Peningkatan Pengawasan

Peningkatan pengawasan merupakan salah satu langkah penting dalam mencegah terjadinya skandal akuntansi. Pengawasan internal dan eksternal harus diperkuat untuk memastikan bahwa praktik akuntansi yang dijalankan sesuai dengan standar dan regulasi yang berlaku.

  • Pengawasan Internal

Perusahaan perlu mengembangkan sistem kontrol internal yang kuat untuk mencegah terjadinya manipulasi laporan keuangan. Langkah ini bisa dilakukan dengan memperbaiki prosedur audit internal, meningkatkan segregasi tugas, dan memastikan bahwa setiap transaksi dicatat dengan benar dan lengkap. Pengawasan internal juga harus melibatkan penilaian risiko yang komprehensif dan pengujian berkelanjutan terhadap sistem kontrol. Manajemen perusahaan harus berkomitmen untuk menyediakan sumber daya yang cukup untuk mendukung fungsi pengawasan internal, termasuk pelatihan yang berkelanjutan bagi staf audit internal.

  • Pengawasan Eksternal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun