Gun, glory, sad ending.
Jika membicarakan drama Korea, ada banyak sekali jenis cerita dan genre yang tersedia. Mulai dari romance yang ringan seperti Boys Before Flower sampai thriller seperti Save Me. Salah satu genre yang selalu berhasil menarik perhatian adalah genre sejarah. Selain karena jalan cerita yang biasanya dramatis, genre sejarah bisa dijadikan salah satu sarana pembelajaran untuk penonton lokal yang kesulitan belajar sejarah di sekolah.
Salah satu drama sejarah populer dan terbaik sepanjang sejarah adalah Mr. Sunshine. Ya, dengan judul Inggris baik itu untuk judul yang dikenalkan untuk penonton nasional maupun internasional. Cerita dalam drama ini berlatar waktu dan tempat yang sungguhan tercatat dalam sejarah Korea, dan tercatatnya pun sebagai sejarah kelam. Kenapa? Karena drama ini berlatar ketika kerajaan Joseon, nama Korea pada saat itu, mulai diinvasi oleh bangsa asing.Â
Meski berlatar waktu yang sungguhan terjadi, dan cukup sensitif sebenarnya, karakter-karakter dalam drama ini banyak menggunakan karakter fiktif, terutama untuk lima karakter utamanya. Mungkin hal itu dilakukan dengan tujuan untuk menghindari hal-hal yang bisa menyinggung. Mari kita berkenalan dengan lima karakter utama dalam drama ini.
1. Eugene Choi. Memiliki nama Korea Choi (dibaca Chwe) Yujin. Seorang anak budak yang kabur dari rumah tuannya untuk menyelamatkan diri ketika orang tuanya dibunuh karena ingin kabur. Ia pun dibawa oleh seorang misionaris Amerika ke negeri paman Sam dan tumbuh besar di sana. Ia kembali ke Joseon sebagai utusan militer dari Amerika Serikat, berpangkat sebagai Kapten.
2. Go Ae Shin. Seorang putri bangsawan yang memiliki jiwa patriotisme tinggi. Ia diizinkan oleh kakeknya untuk ikut berjuang menggunakan senjata. Ketika menjalankan misi, ia menyamar seperti laki-laki dengan menggunakan topi fedora, kain penutup wajah dan setelan resmi laki-laki ala Eropa pada saat itu. Saat menjalankan misi pertamanya, ia bertemu Eugene Choi.
3. Gu Dong Mae. Seorang anak tukang daging. Pada saat itu, tukang daging adalah kasta paling rendah bahkan di antara rakyat jelata sekalipun. Singkat cerita, ia kabur ke Jepang dan menjadi pemimpin kelompok samurai. Di perjalanan, ia bertemu Ae Shin yang menyelamatkannya. Saat kembali ke Joseon, ia bertemu Ae Shin lagi.
4. Kudo Hina. Dengan nama Korea Lee Yang Hwa. Seorang janda pemilik Glory Hotel, hotel satu-satunya di Hanseong (nama kota Seoul saat itu). Karena sering berinteraksi dengan tamu-tamunya, ia memiliki banyak informasi. Meski begitu, ia menjaga kerahasiaan tamunya. Ia adalah puteri dari Lee Wan Ik, pengkhianat terbesar yang menjadi antagonis di drama ini.
5. Kim Hui Seong. Seorang anak bangsawan yang melanjutkan studi di Jepang dan dijodohkan dengan Go Ae Shin. Namun, ia selalu ingin lepas dari lingkup keluarga yang telah menyusahkan rakyat sekitar. Salah satunya adalah dengan cara tidak pulang ke Joseon. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk pulang ke Joseon. Namun, ia menetap di Glory Hotel dan tidak pulang ke rumah.
Jika melihat dari para tokoh utama ini saja, sudah jelas sekali penulis naskah ingin mengkritisi beberapa hal. Melalui Go Ae Shin dan Kudo Hina, penulis naskah ingin mengkritisi perempuan yang dianggap sebagai gender kedua pada saat itu. Melalui Eugene Choi dan Gu Dong Mae, penulis naskah ingin mengkritisi sistem kasta dan perbudakan. Sementara melalui Kim Hui Seong, penulis ingin mengkritisi "kasih sayang" orang tua yang mengekang anaknya dan itu masih terjadi sampai sekarang.Â
Meski berlatar dan terkait dengan sejarah sungguhan, penulis menyuguhkannya dalam kisah cinta yang apik antara Eugene Choi dan Go Ae Shin. Seorang pria yang sangat membenci bangsawan dan seorang perempuan yang sangat menentang kehadiran orang asing di tanah Joseon. Keduanya terlibat dalam kisah cinta yang murni namun melanggar segala nilai yang berlaku saat itu. Karena biar bagaimanapun, meski Eugene bukan lagi budak, ia akan tetap dianggap seperti itu di tanah Joseon. Sementara Ae Shin adalah perempuan yang dijodohkan oleh keluarga. Jika ia memutuskan perjodohan itu, ia akan diremehkan oleh masyarakat. Namun, mereka berdua mampu menjalin cinta di tengah segala kerumitan.
Tiga tokoh yang lainnya pun punya jalan cerita sendiri. Gu Dong Mae juga memiliki rasa terhadap Ae Shin, namun perasaan bersalahnya pada Ae Shin lebih besar sehingga ia menahan diri. Begitupun Hui Seong yang terlambat mencintai Ae Shin. Dan tujuannya adalah untuk melepas atribut bangsawan keluarganya. Salah satu caranya adalah dengan melepas Ae Shin, meskipun ia sangat mencintai wanita itu. Kudo Hina tertarik pada Eugene dan menganggap Ae Shin adalah rivalnya. Namun, pada akhirnya mereka berdua harus bersekutu.
Ada satu hal yang menyatukan mereka berlima, yaitu keinginan untuk membuat Joseon lebih cepat merdeka. Tujuan Ae Shin adalah kemerdekaan Joseon. Keinginan itu semakin kuat ketika keluarganya sendiri diserang oleh tentara Jepang. Tujuan Eugene adalah menjaga martabat Amerika yang menjalin hubungan baik dengan Joseon dan juga melindungi Ae Shin dan orang-orang di sekitarnya. Dong Mae dikirim ke Joseon untuk memperkuat kedudukan kelompok samurainya di Kekaisaran Jepang. Namun, sama seperti Eugene, tujuannya jadi berubah untuk melindungi Ae Shin. Kudo Hina ingin melawan apapun yang dilakukan ayahnya, dan satu misi besar ayahnya adalah menjatuhkan pemerintahan kerajaan Joseon. Hui Seong yang mulai terlepas dari keluarganya pun memutuskan untuk menjadi jurnalis harian tanpa nama.Â
Jadi, Eugene dan Ae Shin berjuang menggunakan senjata api, Dong Mae menggunakan samurai, Kudo Hina menggunakan kecerdasannya, Hui seong berjuang menggunakan kata-kata. Melalui lima tokoh utama ini, kita bisa melihat bentuk perjuangan yang berbeda. Meski dengan niat yang berbeda, pada akhirnya mereka memiliki tujuan yang sama yaitu kemerdekaan Joseon dari invasi Jepang.
Ada banyak pesan moral yang bisa dipetik dari drama ini. Salah satunya adalah tentang kasih dan kesetiaan. Kesetiaan kepada kekasih, kepada orang-orang di lingkungan sekitar, kasih orang tua kepada anak, dan juga kesetiaan kepada negara. Mungkin di antara pembaca semuanya ada yang sudah menonton dan teringat akan hubungan antara Ae Shin dan dua pengasuhnya. Itu juga merupakan bentuk kasih sayang yang tulus.
Drama ini tercatat sebagai salah satu drama dengan biaya produksi termahal sepanjang sejarah, yaitu sekitar 31 miliar won atau sekitar 380 miliar rupiah untuk penayangan selama 24 episode. Tak heran, karena para kru benar-benar membangun set kota Hanseong dan syuting dilakukan di penjuru negeri dengan menggunakan kamera yang biasa dipakai saat pembuatan film. Karena kolaborasi dari penulis naskah Kim Eunsook dan sutradara Lee Eungbok, yang pernah bekerja sama dalam pembuatan drama fenomenal "Goblin", Netflix pun berani berinvestasi untuk drama ini. "Mr. Sunshine" pun menjadi drama Korea pertama yang merupakan Netflix original series. Drama ini pun meraih rating tinggi dengan rating tertinggi 18 persen di episode terakhir. Saya sangat merekomendasikan drama ini untuk jadi tontonan liburan akhir tahun para pembaca semuanya.
Terima kasih dan selamat berlibur!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H