Meski berlatar dan terkait dengan sejarah sungguhan, penulis menyuguhkannya dalam kisah cinta yang apik antara Eugene Choi dan Go Ae Shin. Seorang pria yang sangat membenci bangsawan dan seorang perempuan yang sangat menentang kehadiran orang asing di tanah Joseon. Keduanya terlibat dalam kisah cinta yang murni namun melanggar segala nilai yang berlaku saat itu. Karena biar bagaimanapun, meski Eugene bukan lagi budak, ia akan tetap dianggap seperti itu di tanah Joseon. Sementara Ae Shin adalah perempuan yang dijodohkan oleh keluarga. Jika ia memutuskan perjodohan itu, ia akan diremehkan oleh masyarakat. Namun, mereka berdua mampu menjalin cinta di tengah segala kerumitan.
Tiga tokoh yang lainnya pun punya jalan cerita sendiri. Gu Dong Mae juga memiliki rasa terhadap Ae Shin, namun perasaan bersalahnya pada Ae Shin lebih besar sehingga ia menahan diri. Begitupun Hui Seong yang terlambat mencintai Ae Shin. Dan tujuannya adalah untuk melepas atribut bangsawan keluarganya. Salah satu caranya adalah dengan melepas Ae Shin, meskipun ia sangat mencintai wanita itu. Kudo Hina tertarik pada Eugene dan menganggap Ae Shin adalah rivalnya. Namun, pada akhirnya mereka berdua harus bersekutu.
Ada satu hal yang menyatukan mereka berlima, yaitu keinginan untuk membuat Joseon lebih cepat merdeka. Tujuan Ae Shin adalah kemerdekaan Joseon. Keinginan itu semakin kuat ketika keluarganya sendiri diserang oleh tentara Jepang. Tujuan Eugene adalah menjaga martabat Amerika yang menjalin hubungan baik dengan Joseon dan juga melindungi Ae Shin dan orang-orang di sekitarnya. Dong Mae dikirim ke Joseon untuk memperkuat kedudukan kelompok samurainya di Kekaisaran Jepang. Namun, sama seperti Eugene, tujuannya jadi berubah untuk melindungi Ae Shin. Kudo Hina ingin melawan apapun yang dilakukan ayahnya, dan satu misi besar ayahnya adalah menjatuhkan pemerintahan kerajaan Joseon. Hui Seong yang mulai terlepas dari keluarganya pun memutuskan untuk menjadi jurnalis harian tanpa nama.Â
Jadi, Eugene dan Ae Shin berjuang menggunakan senjata api, Dong Mae menggunakan samurai, Kudo Hina menggunakan kecerdasannya, Hui seong berjuang menggunakan kata-kata. Melalui lima tokoh utama ini, kita bisa melihat bentuk perjuangan yang berbeda. Meski dengan niat yang berbeda, pada akhirnya mereka memiliki tujuan yang sama yaitu kemerdekaan Joseon dari invasi Jepang.
Ada banyak pesan moral yang bisa dipetik dari drama ini. Salah satunya adalah tentang kasih dan kesetiaan. Kesetiaan kepada kekasih, kepada orang-orang di lingkungan sekitar, kasih orang tua kepada anak, dan juga kesetiaan kepada negara. Mungkin di antara pembaca semuanya ada yang sudah menonton dan teringat akan hubungan antara Ae Shin dan dua pengasuhnya. Itu juga merupakan bentuk kasih sayang yang tulus.
Drama ini tercatat sebagai salah satu drama dengan biaya produksi termahal sepanjang sejarah, yaitu sekitar 31 miliar won atau sekitar 380 miliar rupiah untuk penayangan selama 24 episode. Tak heran, karena para kru benar-benar membangun set kota Hanseong dan syuting dilakukan di penjuru negeri dengan menggunakan kamera yang biasa dipakai saat pembuatan film. Karena kolaborasi dari penulis naskah Kim Eunsook dan sutradara Lee Eungbok, yang pernah bekerja sama dalam pembuatan drama fenomenal "Goblin", Netflix pun berani berinvestasi untuk drama ini. "Mr. Sunshine" pun menjadi drama Korea pertama yang merupakan Netflix original series. Drama ini pun meraih rating tinggi dengan rating tertinggi 18 persen di episode terakhir. Saya sangat merekomendasikan drama ini untuk jadi tontonan liburan akhir tahun para pembaca semuanya.
Terima kasih dan selamat berlibur!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H