Mohon tunggu...
Bagas Dwi Cahyono
Bagas Dwi Cahyono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa yang menempuh pendidikan s1 Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Toleransi dan Harmoni Pluralisme Beragama di Masjid Agung Jami' dan GPIB Immanuel Kota Malang

8 Juni 2024   07:00 Diperbarui: 8 Juni 2024   07:20 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak

Toleransi beragama adalah sikap untuk saling menerima dan keterbukaan terhadap adanya umat dengan agama yang beragam. Tidak peduli terhadap agama apa yang dianut, setiap orang selayaknya dapat saling menghargai satu dengan yang lain. Tujuan dari toleransi beragama yaitu untuk membuat suasana atau situasi yang damai dan harmonis serta menciptakan kerjasama antar umat beragama. Dalam beragama, jika seseorang memaksakan tidak boleh, apalagi juga mengganggu, tentu tidak dibenarkan. Dipersilahkan seseorang memilih agama dan kepercayaannya masing-masing. Manakala sikap dan pandangan itu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh pemeluk agama, maka sebenarnya tidak akan terjadi masalah. Mereka yang beragama Islam beribadah ke masjid, mereka yang Kristen ke gereja, dan demikian pula lainnya.

Harmoni Religius Moderasi Agama dalam Keberagaman

Indonesia adalah salah satu negara ASEAN yang kaya. Mulai dari kaya akan bahasa, budaya, agama, suku, hingga sumber daya. Sumber daya yang dimaksud tidak hanya alam maupun minyak bumi semata namun juga sumber daya manusia. Hal itu dibuktikan sebagaimana dalam Wikipedia bahwa Indonesia masuk nominasi ke-4 dalam negara dengan penduduk terbanyak di dunia setelah China, India, dan Amerika. Penduduk Indonesia berjumlah sekitar 271.349.889 jiwa, terdiri dari berbagai suku seperti Jawa, Sunda, Batak, dan sebagainya. Lalu ras, seperti Mongoloid, Kaukasoid, dan lainnya, sedangkan agama seperti Konghucu, Kristen, Budha, Hindu, dan Islam. Berbagai perbedaan dan keberagaman yang menghiasi Indonesia tersebutlah tidak bisa dipaksakan harus berada dalam payung hegemoni keseragaman (Fauzan, 2020). Indonesia berdiri dengan segala keberagaman dan perbedaan di dalamnya. Memiliki semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang berarti "Berbeda-beda tetapi tetap satu."

 Mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Islam, tetapi negara ini juga menjadi rumah bagi komunitas Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu yang signifikan. Setiap agama memiliki tradisi, ritus, dan tempat ibadah yang khas, seperti masjid, gereja, pura, vihara, dan kelenteng, yang tersebar di seluruh nusantara. Keberagaman ini tidak hanya terlihat dalam praktek keagamaan tetapi juga dalam perayaan hari besar agama yang dihormati dan dirayakan bersama-sama oleh seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah Indonesia menjamin kebebasan beragama dan mendorong dialog antarumat beragama untuk menjaga keharmonisan dan toleransi. Meski ada tantangan, semangat gotong royong dan kebersamaan dalam keberagaman terus dijaga, menjadikan Indonesia sebagai salah satu contoh negara yang berhasil merawat pluralisme di tengah perbedaan.

 Moderasi agama menjadi salah satu kunci dalam menjaga keharmonisan di tengah keragaman agama di Indonesia. Moderasi agama mengedepankan sikap toleran, inklusif, dan menghargai perbedaan, serta menolak ekstremisme dalam bentuk apapun. Melalui pendekatan ini, pemerintah dan berbagai organisasi masyarakat berusaha membangun dialog yang konstruktif antar umat beragama, mengatasi potensi konflik, dan memperkuat rasa persaudaraan. 

Program-program pendidikan dan sosial yang menekankan pentingnya moderasi agama terus digalakkan, terutama di kalangan generasi muda, untuk memastikan keberlanjutan perdamaian dan persatuan di masa depan. Upaya ini menjadikan Indonesia sebagai model bagaimana masyarakat yang beragam dapat hidup bersama secara damai dan produktif. 

Moderasi beragama sesungguhnya merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Pilihan pada moderasi dengan menolak ekstremisme dan liberalisme dalam beragama adalah kunci keseimbangan, demi terpeliharanya peradaban dan terciptanya perdamaian. Dengan cara inilah masing-masing umat beragama dapat memperlakukan orang lain secara terhormat, menerima perbedaan, serta hidup bersama dalam damai dan harmoni. Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, moderasi beragama bisa jadi bukan pilihan, melainkan keharusan (Saifuddin 2019).

 Keberagaman agama di Indonesia, salah satunya terlihat di Kota Malang, Jawa Timur. Kota ini merupakan contoh harmoni dalam keragaman agama dengan mayoritas penduduk beragama Islam serta komunitas Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Setiap agama memiliki tempat ibadah yang tidak hanya berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan tetapi juga sebagai simbol toleransi dan keberagaman budaya. Keberadaan masjid, gereja, pura, vihara, dan kelenteng yang berdampingan mencerminkan kehidupan masyarakat yang saling menghormati dan bekerja sama menjaga kerukunan. Salah satu keunikan di Kota Malang adalah keberadaan Masjid Agung Jami dan Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Imanuel yang berdiri bersebelahan di sebelah barat Alun-Alun Merdeka. Kedua tempat ibadah ini menjadi bukti nyata keragaman agama dan contoh konkret bagaimana masyarakat dengan keyakinan berbeda dapat hidup berdampingan secara harmonis. Acara keagamaan besar sering kali diadakan dengan memperhatikan waktu dan kegiatan masing-masing, menunjukkan tingginya rasa saling menghormati di antara umat. Keharmonisan ini memperkuat ikatan sosial dan menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam mengelola keberagaman dengan damai dan penuh toleransi.

Interpretasi Nilai Agama dalam Kehidupan Bermasyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun