Pada tanggal 28 Oktober 1956, Soekarno menyerukan pembubaran kedua belah pihak dalam pidatonya. Dua hari kemudian, dia mengungkapkan pemikirannya tentang konsep baru demokrasi terkontrol. Nasir dan para pemimpin Masyumi lainnya menentang gagasan itu. Sementara itu, Murba yang tidak mungkin berkuasa di bawah sistem parlementer, memuji gagasan itu dan telah membangun hubungan dekat dengan Soekarno. PNI dan NU memilih sikap yang ambigu. PKI yang terutama mencari perlindungan, mendukung presiden tetapi tidak ingin membubarkan partai.Â
Orang Jawa prihatin dengan sistem pemerintahan pemerintah Jawa, Sukarno-Murba dengan PKI, PNI, serta NU, dan para militan terhadap mereka dan Masyumi. Di kalangan tentara, para komandan di luar Jawa melihat sistem serupa yang dibentuk Jakarta untuk melawan mereka. (Ricklefs, 2008).
Referensi
Peranan Ali Sastroamidjojo Pada Masa Orde Lama Tahun 1953-1957. (Online)
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho. 1993. Sejarah Nasional Indonesia  VI. Jakarta : Balai Pustaka
Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta
Suryanegara, A.M. 2010. Api Sejarah 2 : Mahakarya Perjuangan Ulama dan santri dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bandung : Surya Dinasti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H