Mohon tunggu...
Bagas AdhiNugroho
Bagas AdhiNugroho Mohon Tunggu... Penulis - Personal and Newbie Writer

Hai everyone my name is Bagas, so glad to know you all!! I'm interested on the content writing so i decide to make this account. Hope you like and love about anything who I share on here guys. Comment if you wanna give your idea!! xoxo

Selanjutnya

Tutup

Money

Fenomena Pandemi, Perilaku Konsumen Terus Silih Berganti

13 November 2021   06:06 Diperbarui: 13 November 2021   06:50 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Situasi dan kondisi pandemi covid-19 masih terus berlangsung di Indonesia terhitung sejak awal tahun 2020 silam. Satu tahun lebih sudah terlewati banyak perubahan yang sudah diakibatkan mulai dari bidang sosial, budaya, kesehatan hingga ekonomi. Pada bidang ekonomi misalnya, Indonesia telah mengalami penurunan laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun 2020 sebanyak  5,32%.

Dari banyaknya perubahan yang terjadi tersebut, perilaku konsumen yang terjadi dalam lingkup masyarakat juga turut membawa perubahan jika dibandingkan dengan keadaan sebelum pandemi. Kotler dan Keller (2008) berbicara mengenai perilaku konsumen yang menyatakan bahwa hal tersebut merupakan studi bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan nya sendiri.

Perilaku konsumen yang sudah bergulir begitu lama terus mengalami perubahan termasuk di era pandemi seperti saat ini. Penelitian yang telah dilakukan oleh Valassis pada bulan Maret dan April 2020 menunjukkan data bahwa 90% konsumen selama masa pandemi menghargai sebuah merek yang sudah berusaha keras untuk bisa menyampaikan informasi yang relevan dan tepat. Selain itu disebutkan setidaknya terdapat 57% konsumen yang lebih memilih untuk melakukan tranksaksi secara online selama periode pandemi berlangsung.

Hal tersebut rasanya wajar terjadi mengingat saat awal terjadinya wabah Covid-19 seluruh lapisan dan elemen masyarakat di tuntut untuk melakukan kegiatan Social Distancing dengan melakukan semua jenis kegiatan hanya dari rumah saja. Tentu saja hal ini menjadi tugas besar untuk para usahawan yang bergerak di sektor barang dan jasa, dimana mereka dipaksa oleh keadaan yang mengharuskan mereka turut menyesuaikan apa yang diinginkan oleh konsumen akibat adanya perubahan perilaku konsumen.

Menjadi tugas besar tentu banyak langkah yang seharusnya diambil oleh pihak yang berkecimpung dalam bidang bisnis dalam melakukan penyesuaian terhadap fenomena berubahnya perilaku konsumen selama masa pandemi Covid-19. Lantas bagaimanakah bentuk dari perubahan tersebut jika ditinjau dari segmentasi para ibu rumah tangga?

1. Merekonstruksi Nilai Awareness

Keberadaan suatu produk pada saat ini merupakan nilai utama yang dapat dijadikan fokus para konsumen khususnya ibu rumah tangga mengingat banyaknya jenis usaha yang sudah tidak mampu menopang hawa panas perekonomian akibat adanya pandemi. Oleh sebab itu pentingnya para pelaku dibidang bisnis untuk membangun kembali nilai awareness dari produk yang dihasilkan. Banyak cara yang dialakukan untuk dapat membangun brand awareness dari suatu produk, terlebih lagi pada era sosial media seperti saat ini. Sebut saaj pelaku bisnis bisa memulai dengan membuat akun sosial media bisnis dari usaha yang ada, membuat konten untuk keperluan marketing hingga bekerja sama dengan pihak eskternal seperti memberikan sponsporhip untuk suatu acara tertentu hingga melakukan kerja sama dengan para influencer di sosial media.

2. Merambat Menjadi Konsumen Online

Sebelum fenonema ini terjadi mungkin kita berfikir bahwa konsumen yang berfokus kepada platform online hanya berasal dari kalangan muda saja, tidak untuk orang tua. Akan tetapi situasi pandemi dan era digitalisasi yang terus memaksa bahwa konsumen online tidak semata-mata hanya untuk kalangan anak muda saja tetapi dari kalangan orang tua bisa turut andil menjadi bagian dari kelompok tersebut. Tentu kejadian  tersebut dapat menjadi momok para pelaku bisnis untuk dapat menyesuaikan terkait produk apa yang mereka miliki terlebih jika memiliki segementasi pasar ibu rumah tangga untuk bisa menambah nilai jual suatu produknya melalui e-commerce.

3. Melakukan Digitalisasi Pembayaran

Berkaca pada poin kedua dimana pada era pandemi yang berjalan beriringan dengan digitalisasi memaksa sebagian orang termasuk ibu rumah tangga untuk dapat menerapkan pembayaran dengan sistem cashless. Sebab pada awal masa terjadinya Covid-19 juga disebutkan bahwasan nya uang dapat menjadi salah satu sumber penyebaran virus. Momen tersebut dapat dijadikan peluang untuk para perilaku bisnis untuk bisa mensukseskan sistem pembayaran cashless yang dianggap lebih cepat dan praktis dilakukan. Sistem tersebut dapat diimplementasikan oleh para pelaku bisnis mulai dari penggunaan m-banking, dompet digital hingga menyediakan scan QR untuk melakukan transaksi pembayaran di tempat.

4. Memilih untuk Memasak Dibandingkan Membeli

Pada era sekarang ini rasanya mengelola keuangan sudah menjadi hal yang tak kalah penting bahkan menjadi hal prioritas untuk setiap harinya. Oleh sebab itu banyak dari ibu rumah tangga yang lebih memilih untuk memasak dan mengolah bahan makanan sendiri daripada membeli makanan yang dapat memperbesar biaya pengeluaran. Hal tersebut wajar terjadi mengingat memang keadaan pandemi yang mengharuskan semua orang untuk mengurangi laju mobilitas nya. Dan kegiatan memasak bagi ibu rumah tangga dapat menjadi hal yang bisa dilakukan untuk dapat menekan angka pengeluaran.

5. Menjamurnya Home Business

Tidak dapat dipungkiri pandemi yang sudah terjadi hamper dua tahun ini membuat banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan tetapnya. Dari latar belakang tersebut, tak sedikit yang mencoba membuka peluang kerja baru dengan modal secukupnya dan melakukan sistem homebase seperti bisnis rumahan atau UMKM. Pertumbuhan UMKM di Indonesia selama masa pandemi mengalami peningkatan luar biasa yang mencapai persentase 81,1% pada periode Juli-Agustus 2020 berdasarkan hasil riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi Dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI). Maraknya home business yang mudah dijangkau dan harga yang bisa bersaing dengan produk serupa membuat perilaku konsumen terutama ibu-ibu seringkali lebih memilih membeli produk home business sekaligus memberikan dukungan secara materi kepada pembisnis skala lokal.

Dengan mengenal perubahan perilaku konsumen yang terjadi pada ibu rumah tangga di atas, tentu para pelaku bisnis perlu melakukan adanya transformasi dan inovasi kegiatan pemasaran pada suatu produk serta menyusun strategi yang tepat. Hal tersebut berguna sebab pada dasarnya perilaku konsumen akan berpengaruh terhadap keputusan pembelian dari suatu produk tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun