Salman sampai pada suatu waktu saat bertemu dengan para peri, dan sebagian besar dari peri akan berhijrah dari Taman ini. Mereka akan berhijrah ke taman yang lain secara terpisah-pisah. Ketika ia duduk bersama mereka, ia bercerita:
“Aku tak tahu skenario cerita ini. Tapi aku tahu bahwa cerita ini adalah sebuah skenario yan gtelah dirancang. Awal kali bertemu, tak ada yang mengneal aku dan kukenal, tak pula dengan keakraban. Tapi, sebuah biji telah tertanam.
Seperti halnya setangkai bunga yang tertanam dengan dipupuk dan disiram , keakraban pun mulai berkembang. Tanaman keakraban yang telah berkembang pasti tak selalu mulus dan lancar. Selalu ada saja penyakit hambatan yang menghadang. Kita terus berusaha agar kebersamaan ini tak mudah begitu saja tumbang.
Kebersamaan ini bukanlah sekedar bersama. Setiap kita bertemu, kita saling bertukar, bertambah, dan berbagi ilmu. Bukan hanya tentang bahasa dan gramatikanya, tapi juga tentang makna kehidupan bersama dan mutiaranya.
Seiring berjalannya waktu, tanpa terasa sudah sekian lama kita bertemu. Ada kalanya kita bertemu, ada kalanya kita berpisah. Sungguh berat amat terasa. Tapi bumi ini berputar, waktu pun juga begitu. Waktu hanya berputar. Pertemuan dan perpisahan silih berganti tiba, tapi ini tak selamanya.”
Kemudian Salman membuka selembar puisi:
Senyuman tuk Perpisahan
Tibalah saatnya, saat kita tak lagi bersama
Saat dimana kita akan saling berpindah
Perasaan terkoyak merasuk relung jiwa
Mengapa mata ini tiba-tiba mengucurkan linangan airnya
Apakah sedih akan berpisah membuat kita gelisah
Seakan sulit tuk menerima kenyataan apa daya
Namun dunia ini bulat dan waktu sekesar berputar
Karenanya, kita bisa mengenang masa-masa indah
Kita akan belajar dari setiap kejadian yang terkenang
Ini sekedar ujian seberapa besar kerinduan kita tuk bersama
Seberapa kuat kebersamaan kita tuk kembali terulang
Kita berpisah tak selamanya dan akan kembali bersama
Bangggakan jiwa karena telah terukir catatan kecil sejarah nan indah
Hiasi harapan agar kebersamaan tetap jadi keindahan
Dan berikan senyuman rindu tuk sebuah perpisahan
Setalah sejenak terdiam, Salman menyelesaikan ceritanya pada malam yang gerimis itu. Ia kembali menuju mimpinya dan para peri beristirahat tuk menanti mentari esok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H