Mohon tunggu...
Muhammad Badrussalam
Muhammad Badrussalam Mohon Tunggu... -

Menjelajahi pemahaman tentang jiwa melalui warna-warni cerita kisah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Senyuman tuk Perpisahan

24 November 2015   23:24 Diperbarui: 24 November 2015   23:57 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Salman sampai pada suatu waktu saat bertemu dengan para peri, dan sebagian besar dari peri akan berhijrah dari Taman ini. Mereka akan berhijrah ke taman yang lain secara terpisah-pisah. Ketika ia duduk bersama mereka, ia bercerita:

“Aku tak tahu skenario cerita ini. Tapi aku tahu bahwa cerita ini adalah sebuah skenario yan gtelah dirancang. Awal kali bertemu, tak ada yang mengneal aku dan kukenal, tak pula dengan keakraban. Tapi, sebuah biji telah tertanam.

Seperti halnya setangkai bunga yang tertanam dengan dipupuk dan disiram , keakraban pun mulai berkembang. Tanaman keakraban yang telah berkembang pasti tak selalu mulus dan lancar. Selalu ada saja penyakit hambatan yang menghadang. Kita terus berusaha agar kebersamaan ini tak mudah begitu saja tumbang.

Kebersamaan ini bukanlah sekedar bersama. Setiap kita bertemu, kita saling bertukar, bertambah, dan berbagi ilmu. Bukan hanya tentang bahasa dan gramatikanya, tapi juga tentang makna kehidupan bersama dan mutiaranya.

Seiring berjalannya waktu, tanpa terasa sudah sekian lama kita bertemu. Ada kalanya kita bertemu, ada kalanya kita berpisah. Sungguh berat amat terasa. Tapi bumi ini berputar, waktu pun juga begitu. Waktu hanya berputar. Pertemuan dan perpisahan silih berganti tiba, tapi ini tak selamanya.”

Kemudian Salman membuka selembar puisi:

Senyuman tuk Perpisahan

                   Tibalah saatnya, saat kita tak lagi bersama

                   Saat dimana kita akan saling berpindah

                   Perasaan terkoyak merasuk relung jiwa

                   Mengapa mata ini tiba-tiba mengucurkan linangan airnya

                   Apakah sedih akan berpisah membuat kita gelisah

                   Seakan sulit tuk menerima kenyataan apa daya

          Namun dunia ini bulat dan waktu sekesar berputar

          Karenanya, kita bisa mengenang masa-masa indah

          Kita akan belajar dari setiap kejadian yang terkenang

Ini sekedar ujian seberapa besar kerinduan kita tuk bersama

Seberapa kuat kebersamaan kita tuk kembali terulang

                   Kita berpisah tak selamanya dan akan kembali bersama

                   Bangggakan jiwa karena telah terukir catatan kecil sejarah nan indah

                   Hiasi harapan agar kebersamaan tetap jadi keindahan

                   Dan berikan senyuman rindu tuk sebuah perpisahan

Setalah sejenak terdiam, Salman menyelesaikan ceritanya pada malam yang gerimis itu. Ia kembali menuju mimpinya dan para peri beristirahat tuk menanti mentari esok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun