Mohon tunggu...
Badrul Arifin
Badrul Arifin Mohon Tunggu... Guru - Santri

Belajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dari Catatan Perjalanan Hingga Kritik Lingkungan - Pantai Balekambang

28 Juni 2020   20:29 Diperbarui: 29 Juni 2020   11:07 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya adalah penikmat kopi panas. Aroma asap, ditambah sentuhan panas, serta bunyinya yang khas memiliki sensasi yang sulit untuk tidak diseruput berulang-ulang. Piatos rasa iga penyet dan permainan Pool Billiards melengkapi quality time-ku malam itu.

Pagi harinya, saya membaca WhatsApp dari seorang teman yang menanyakan keadaan saya. Kabarnya terjadi gempa sekitar pukul 03.00 WIB, dini hari. Karena terlelap, kami tidak tahu kalau telah terjadi gempa.

Dok pribadi
Dok pribadi
Usai salat subuh, sampah yang masih berserakan merusak seleraku untuk menikmati keindahan pesisir pantai saat pagi hari. Sampah plasitik dan sampah organik memenuhi hamparan pasir putih.

Dari situ, saya dibebani rasa penasaran dengan pengelolaan kebersihan di pantai ini. Sampai kapan sampah itu akan dibiarkan, bagaimana cara petugas membersihkan sampah di hamparan pasir yang sangat luas itu, dan seberapa banyak tempat sampah yang disediakan oleh pengelola?

Oleh karena sampah ini benar-benar merusak pemandangan dan lingkungan di sekitar tenda, serta baunya yang cukup tajam, kami pun memunguti satu-persatu dan memindahkan ke tempat yang semestinya.

Sebetulnya kami sangat malas, bukan karena malas untuk membantu petugas kebersihan, tetapi malas pada perilaku pengunjung sebelumnya yang nyampah seenaknya, ditambah para penjual yang seakan lepas tangan terhadap kondisi lingkungan.

Tong sampah berwarna biru bertuliskan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang tak cukup mampu menampung tumpukan sampah sisa makanan.

Pukul 07.30 WIB, tampak tiga orang petugas kebersihan melakukan tugasnya. Saya ikut senang, meski jumlahnya tak sebanding dengan luasnya hamparan pantai Balekambang.

Setelah menyeduh kopi dan mi goreng sebagai menu sarapan pagi, rombongan keluarga besar kami menyusul dengan membawa Elf tipe long, Kijang Krista, dan Honda Stream. Kedatangan saudara dan ponakan menambah kemeriahan saat itu.

Setelah puas mandi di pesisir pantai menikmati deburan ombak, kami pun berdoa terkhusus untuk Tazyinul Qolbi (kemenakan istri) tepat di hari ulang tahunnya yang ke-9. Usai makan dan berfoto menggunakan peranti elektronik, semuanya kompak membersihkan sisa-sisa makanan dan membuangnya ke tempat sampah. Kami pun pulang usai melakukan salat asar.

Dok pribadi
Dok pribadi
Sebagai penutup catatan perjalanan ini, saya teringat pada buku Kyai M. Faizi yang berjudul "Merusak Bumi dari Meja Makan". Dalam sinopsisnya tertulis: "Isu lingkungan bukan masalah receh karena ia menyangkut hidup manusia secara menyeluruh. Sampah plastik juga bukan masalah sepele karena secara nyata dampaknya telah terasa. Jadi, gerakan penyelamatan seperti ini bukanlah slogan untuk menghabiskan proyek, tapi gerakan serius, bukan main-main."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun