Mohon tunggu...
Badrul Arifin
Badrul Arifin Mohon Tunggu... Guru - Santri

Belajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dari Catatan Perjalanan Hingga Kritik Lingkungan - Pantai Balekambang

28 Juni 2020   20:29 Diperbarui: 29 Juni 2020   11:07 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pribadi
Dok pribadi
Setelah memilih tempat parkir yang pas, saya bergegas ke musala untuk melakukan salat magrib. Sambil menunggu hujan reda, istri memesan makanan untuk mengisi perut yang keroncongan. Kopi panas menjadi menu minuman yang tidak boleh dilupakan.

Saat hujan mulai reda, pertanda tenda harus segera terpasang. Saya yang tidak berpengalaman memasang tenda, dengan percaya diri mencoba merakitnya. Sekalipun saya pernah ikut pramuka saat duduk di bangku Tsanawiyah, entah kenapa kegiatan perkemahan selalu gagal dilaksanakan.

Beruntung, istri memiliki sedikit pengalaman memasang tenda. Ia pernah ikut kegiatan perkemahan di Coban Rondo beberapa bulan lalu. Penyelenggaranya adalah Ikatan Guru Raudlatul Athfal (IGRA) Kabupaten Malang.

Pengalamannya itu sangat membantu di saat waktu yang tepat. Dari sini saya tahu alasannya, kenapa tadi di perjalanan ia tidak mengindahkan amaran saya untuk melihat tutorial memasang tenda di Youtube.

Dok pribadi
Dok pribadi
Setalah tenda terpasang dengan baik, istri dan Ladit melepas kepenatan dengan sibuk memainkan gadget-nya, sementara saya harus merekam materi Nahwu untuk kelas dua Wustha.

Tidak butuh waktu lama, keduanya tidur sangat lelap. Suasana semakin sepi saat gemercik air hujan mulai turun untuk kesekian kalinya. Rencana membuat api unggun gagal total.

Saya hendak melakukan salat isya sekitar pukul 22.30 WIB. Tampak seorang ibu dan tiga anaknya mengambil air wudu. Dari awal, saya memprediksi bahwa keluarga tersebut adalah orang baik. Meski berlibur, mereka tidak lupa dengan keawajiban lima waktunya.

Dugaan saya diperkuat ketika ibu paruh baya itu terlihat membayar delapan ribu rupiah sebagai ongkos sewa kamar mandi untuk dirinya dan ketiga anaknya hanya untuk sekali berwudu.

Pemilik kamar mandi itu juga tidak kalah baik. Sebab, ia mengaggap ongkosnya terlalu banyak dan ia hanya mengambil separuhnya.

Saya tidak berhenti memperhatikan keluarga itu. Mereka tampak berjamaah di musala. Anak sulung bertindak menjadi imam di depan ibu dan kedua adiknya. Saya menjadi makmum masbuk karena terlambat satu rakaat. Usai berjamaah, secara bergantian anak-anak itu bersalaman mencium tangan ibu. Pemandangan ini tentu sangat menyejukkan, bukan?

Karena saya ingin menikmati suasana malam di pesisir pantai, saya tidak terburu-buru rihat. Kembali saya memesan kopi di warung yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun